Bicara soal premen kayu putih temuan peneliti IPB bisa membawa kesegaran tersendiri. Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi Roxb.) merupakan tanaman khas Indonesia yang dapat menghasilkan minyak. 

Minyak kayu putih diperoleh sebagai hasil penyulingan dari daun dan ranting tanaman kayu putih. Pemanfaatan minyak kayu putih sebagai kekayaan herbal lokal berbasis pangan fungsional telah dilakukan oleh Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. C. Hanny Wijaya. 

Prof. Hanny telah mendapatkan hak paten atas komposisi Cajuputs Candy sebagai pelega tenggorokan. Cajuputs Candy merupakan produk konfeksioneri fungsional dengan komponen utama yaitu sukrosa dan komponen flavor yaitu ekstrak kayu putih dan ekstrak peppermint alami. 

Cajuputs Candy (permen pelega tenggorokan) punya dua varian rasa yaitu Hard candy (original) dan Soft candy (citaras orisinil dan creamy fruity) yang saat ini sedang dikembangkan. Beberapa inovasi produk seperti “Cajuputs Candy tanpa sukrosa” yang rendah kalori dengan komposisi utama isomalt yang diperkaya flavor buah. 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Cajuputs Candy mampu menghambat pembentukan biofilm bakteri Streptococcus mutans, dan Streptococcus sobrinus yang biasa menyebabkan karies pada gigi, serta mampu menghambat viabilitas dan pembentukan biofilm Candida albicans. 

Permen ini juga mempunyai potensi menjaga homeostasis mikroflora dalam mulut dan berfungsi sebagai oral health care yang mampu mencegah karies pada gigi dan infeksi pada luka di rongga mulut.

“Cajuputs Candy muncul menjadi suatu produk dengan bercirikan bahan baku lokal, murah, praktis, mudah dan menyehatkan. Bahan baku permen ini sendiri berbahan minyak atsiri dari tanaman kayu putih yang diperoleh dari Pulau Buru dan Kepulauan Maluku,” kata Prof. Hanny.

 Cajuputs Candy dapat dibeli di Bread Unit IPB Dramaga, Serambi Botani, Agrimart IPB, dan berbagai toko di kawasan IPB dengan harga Rp 500 per bungkus kecil atau tergantung dari varian rasa serta ukuran bentuk bungkus.

Prof. Hanny mengatakan, kendala yang dihadapi saat ini yaitu produksi minyak kayu putih yang dihasilkan setiap daerah berbeda kualitasnya, sehingga perlu dilakukan standardisasi ekstrak minyak kayu putih. 

Ia dan mahasiswa bimbingannya berencana akan melakukan pemetaan terhadap kualitas minyak kayu putih yang dihasilkan setiap daerah, yang akhirnya diperoleh daerah penghasil minyak kayu putih terbaik. 

Tantangan selanjutnya yang sedang dijalankan oleh Prof. Hanny dan tim adalah pengembangan Cajuputs Candy dalam jumlah banyak atau produksi massal skala industri. 

Ia berharap produk Cajuputs Candy  akan lebih dikenal, baik secara lokal maupun internasional dan menjadi panganan yang khas di Indonesia.(AT/NM)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017