Purwakarta (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menambah koleksi taman air mancur dengan membangun dua taman air mancur di kawasan Alun-alun Purwakarta.
"Air mancur ini memiliki nama Pesanggrahan dan Padjadjaran karena taman air mancur itu berada di areal Taman Pasangrahan Padjadjaran (Alun-alun Purwakarta). Peresmiannya sudah digelar pada Sabtu (12/10)," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, di Purwakarta, Minggu.
Ia berharap keberadaan air mancur yang baru itu bisa mengundang animo besar dari masyarakat luas untuk mengunjungi kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat tersebut.
Pesanggrahan dan Padjadjaran dipilih sebagai nama air mancur itu, karena pesanggrahan merupakan kosa kata yang memiliki makna tempat beristirahat berupa rumah tinggal. Sedangkan Padjadjaran merupakan nama kerajaan yang pernah berjaya di tanah Sunda dan memiliki makna tempat yang setara.
Menurut bupati, peradaban Sunda sebenarnya memiliki keterikatan kuat dengan air. Ia menyontohkan, sungai Citarum yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan bukan hanya warga Jawa Barat melainkan juga luar Jawa Barat.
"Citarum bisa melahirkan Waduk Cirata, Waduk Jatiluhur. Jawa Barat ini juga banyak terdapat Situ, di Purwakarta ada Situ Wanayasa, Situ Cikumpay, Situ Cigangsa. Karena itu, air ini harus menjadi tema dalam pembangunan. Makanya, di Purwakarta basis pembangunan pariwisatanya adalah air," katanya.
Dedi menyontohkan fakta kalau air dapat menimbulkan ketenangan bagi orang yang sedang marah. Dari sini, muncul sebuah fakta teologis saat orang sedang marah, ia disunnahkan untuk berwudhu.
Sementara itu, air mancur Taman Pesanggrahan Padjadjaran ini memiliki tinggi sembilan meter dan terbentang di sepanjang kolam air yang berada di Alun-alun Purwakarta.
Ketika masing-masing dari air mancur ini dinyalakan, akan terdengar lantunan lagu.
Air mancur tersebut memiliki teknologi sama dengan Air Mancur Taman Sri Baduga, dan bisa dinikmati pengunjung setiap hari secara gratis. Siang hari, air mancur ini tidak akan menyajikan kilatan laser sebagaimana dapat tersaji pada malam hari.
"Jika ingin menikmati, pengunjung diminta untuk tidak menginjak rumput taman dan tidak membuang sampah sembarangan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Air mancur ini memiliki nama Pesanggrahan dan Padjadjaran karena taman air mancur itu berada di areal Taman Pasangrahan Padjadjaran (Alun-alun Purwakarta). Peresmiannya sudah digelar pada Sabtu (12/10)," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, di Purwakarta, Minggu.
Ia berharap keberadaan air mancur yang baru itu bisa mengundang animo besar dari masyarakat luas untuk mengunjungi kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat tersebut.
Pesanggrahan dan Padjadjaran dipilih sebagai nama air mancur itu, karena pesanggrahan merupakan kosa kata yang memiliki makna tempat beristirahat berupa rumah tinggal. Sedangkan Padjadjaran merupakan nama kerajaan yang pernah berjaya di tanah Sunda dan memiliki makna tempat yang setara.
Menurut bupati, peradaban Sunda sebenarnya memiliki keterikatan kuat dengan air. Ia menyontohkan, sungai Citarum yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan bukan hanya warga Jawa Barat melainkan juga luar Jawa Barat.
"Citarum bisa melahirkan Waduk Cirata, Waduk Jatiluhur. Jawa Barat ini juga banyak terdapat Situ, di Purwakarta ada Situ Wanayasa, Situ Cikumpay, Situ Cigangsa. Karena itu, air ini harus menjadi tema dalam pembangunan. Makanya, di Purwakarta basis pembangunan pariwisatanya adalah air," katanya.
Dedi menyontohkan fakta kalau air dapat menimbulkan ketenangan bagi orang yang sedang marah. Dari sini, muncul sebuah fakta teologis saat orang sedang marah, ia disunnahkan untuk berwudhu.
Sementara itu, air mancur Taman Pesanggrahan Padjadjaran ini memiliki tinggi sembilan meter dan terbentang di sepanjang kolam air yang berada di Alun-alun Purwakarta.
Ketika masing-masing dari air mancur ini dinyalakan, akan terdengar lantunan lagu.
Air mancur tersebut memiliki teknologi sama dengan Air Mancur Taman Sri Baduga, dan bisa dinikmati pengunjung setiap hari secara gratis. Siang hari, air mancur ini tidak akan menyajikan kilatan laser sebagaimana dapat tersaji pada malam hari.
"Jika ingin menikmati, pengunjung diminta untuk tidak menginjak rumput taman dan tidak membuang sampah sembarangan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017