Bogor (Antara Megapolitan) - Produk daging dan ikan adalah produk pangan yang sangat rentan terhadap kerusakan karena mikroorganisme. Pertumbuhan bakteri pada daging khususnya bakteri patogen dapat menyebabkan kerusakan pada produk. Tak hanya itu, daging atau ikan yang sudah tercemar bakteri patogen juga tidak aman dikonsumsi karena dapat menyebabkan penyakit.

Salah satu jenis bakteri patogen yang dapat membahayakan konsumen adalah Escherichia coli, Salmonella typhimurium danStaphylococcus aureus dimana bakteri jenis ini mudah ditemui pada bahan pangan berprotein dan berkadar air tinggi seperti daging dan ikan.
 
Didasari oleh kesulitan para konsumen menelusuri kelayakan daging dan ikan, tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan ''Label Cerdas Pendeteksi Bakteri Patogen Daging''. Para peneliti itu adalah Dr. Ir. Endang Warsiki dan Dr.Ir. Mulyorini Rahayuningsih dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta).
 
Label ini dibuat untuk memberikan informasi keberadaan bakteri patogen yang ditunjukkan dengan perubahan warna label. Label dibuat dari bahan polimer dan media selektif tertentu sesuai dengan bakteri yang ingin diindikasi. Label inovasi ini menggunakan sistem yang sederhana dan murah dibandingkan dengan perangkat lainnya.
 
"Label bisa langsung ditempelkan pada bagian dalam kemasan yang nantinya akan memberikan respon ada tidaknya kerusakan produk melalui perubahan warna," kata Dr. Endang.
 
Warna yang menjadi indikator yakni dari merah bata sampai menjadi kuning. Jika produk daging atau ikan itu masih dalam kondisi baik, maka warna label indikator akan menunjukkan warna merah bata. Sementara, produk yang masuk dalam kategori akan segera rusak ditunjukkan dengan perubahan label menjadi warna oranye.

Jika sudah menunjukkan warna oranye, maka produk itu harus segera dikonsumsi. Sedangkan jika produk telah masuk kategori rusak maka label akan berubah warna menjadi kuning.
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Escherichia coli memberikan perubahan warna label dari oranye menjadi merah muda. Lebih lanjut Salmomella typhimurium dapat dideteksi dengan adanya perubahan warna label dari coklat menjadi merah muda dan label pendeteksi Staphylococcus aureus menunjukkan adanya koloni hitam pada label.
 
''Bahan pembuatan label ini sangat sederhana, seperti agar bubuk, tapioka, gula, garam dan bahan nutrisi lainnya serta pewarna merah venol red. Mekanisme kerjanya berdasarkan pada gas asam volatil dan senyawa asam dari metabolisme bakteri. Secara ilmiah, bakteri memproduksi enzim protease yang dapat memecah protein pada daging menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu gas-gas asam volatil. Ketika kontaminasi terjadi pada daging terjadi, maka kemungkinan udara yang berada di dalam kemasan mengalami kontaminasi yang menyebabkan bakteri berpenetrasi pada label dan mengkontaminasi label. Label yang terkontaminasi akan terjadi fermentasi gula oleh bakteri dan menghasilkan asam. Asam dan gas-gas inilah yang merubah karakter warna label menjadi kuning,'' ujarnya.
 
Aplikasi komersial label ini akan sangat membantu produsen dan konsumen untuk mengenali kualitas dan kerusakan produk daging dan olahannya secara cepat dan praktis. Keuntungan bagi produsen atau pedagang yang menggunakan label ini pada produknya adalah bisa mendapatkan kepercayaan dari konsumen karena jelas kualitas dan kelayakan produknya. Selain itu, uji kelayakan produk dapat dilakukan secara cepat karena tidak perlu ke laboratorium. Kemudahan dan harga yang murah menjadikan label ini dapat dengan mudah diproduksi.(AT/Zul)
 

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017