Seorang pemuda asal Desa Gucialit di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bernama Nur Hasan mengolah limbah batok kelapa menjadi produk ekspor yakni arang briket.
"Kebetulan di Gucialit, limbah tempurung kelapa melimpah ruah dan tidak ada yang memanfaatkan, sehingga saya kumpulkan dan mencari manfaatnya, akhirnya terpikir membuat arang briket," katanya di Desa Gucialit, Minggu.
Menurutnya produk arang briket yang diproduksi berawal dari banyaknya limbah batok atau tempurung kelapa yang tidak dimanfaatkan, sehingga akhirnya terpikir mengolahnya menjadi briket arang dengan cara manual awalnya.
"Usaha yang saya geluti dalam satu tahun terakhir berbuah manis dan kini mendapatkan pembeli arang briket tersebut dengan jumlah 20 hingga 30 ton per 2 bulan untuk diekspor ke Turki," tuturnya.
Baca juga: Arang batok kelapa Bumdes Desa Uling Banggai tembus pasar global
Ia mengatakan, awalnya mempromosikan produknya tersebut dan bertemu buyer dari Turki karena cocok dengan produk yang dibuat nya, sehingga permintaan saat ini melebihi 2 kontainer atau sekitar 36 ton.
"Arang briket kini makin menjadi pilihan utama banyak orang dibandingkan arang konvensional karena kelebihan arang itu dari berbagai aspek baik ramah lingkungan, tahan lama, hasil pembakaran lebih bersih, penggunaan mudah dan praktis untuk aktivitas outdoor," katanya.
Nur Hasan mengatakan, tidak heran arang jenis itu memiliki permintaan tinggi dari beberapa negara tetangga, bahkan arang briket juga semakin populer penggunaannya di dunia kuliner.
Baca juga: Nilai tambah komoditas kelapa ditingkatkan, Berharap harga naik lagi
"Semoga usaha itu semakin berkembang sehingga bisa mengajak para pemuda yang pengangguran di Desa Gucialit untuk bekerja membuat briket, sehingga dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar," ujarnya.
Sebelumnya Pj Bupati Lumajang Indah Wahyuni mengapresiasi berbagai produk yang dihasilkan masyarakat dapat mendongkrak sektor ekonomi, apalagi bisa menembus pasar ekspor.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Kebetulan di Gucialit, limbah tempurung kelapa melimpah ruah dan tidak ada yang memanfaatkan, sehingga saya kumpulkan dan mencari manfaatnya, akhirnya terpikir membuat arang briket," katanya di Desa Gucialit, Minggu.
Menurutnya produk arang briket yang diproduksi berawal dari banyaknya limbah batok atau tempurung kelapa yang tidak dimanfaatkan, sehingga akhirnya terpikir mengolahnya menjadi briket arang dengan cara manual awalnya.
"Usaha yang saya geluti dalam satu tahun terakhir berbuah manis dan kini mendapatkan pembeli arang briket tersebut dengan jumlah 20 hingga 30 ton per 2 bulan untuk diekspor ke Turki," tuturnya.
Baca juga: Arang batok kelapa Bumdes Desa Uling Banggai tembus pasar global
Ia mengatakan, awalnya mempromosikan produknya tersebut dan bertemu buyer dari Turki karena cocok dengan produk yang dibuat nya, sehingga permintaan saat ini melebihi 2 kontainer atau sekitar 36 ton.
"Arang briket kini makin menjadi pilihan utama banyak orang dibandingkan arang konvensional karena kelebihan arang itu dari berbagai aspek baik ramah lingkungan, tahan lama, hasil pembakaran lebih bersih, penggunaan mudah dan praktis untuk aktivitas outdoor," katanya.
Nur Hasan mengatakan, tidak heran arang jenis itu memiliki permintaan tinggi dari beberapa negara tetangga, bahkan arang briket juga semakin populer penggunaannya di dunia kuliner.
Baca juga: Nilai tambah komoditas kelapa ditingkatkan, Berharap harga naik lagi
"Semoga usaha itu semakin berkembang sehingga bisa mengajak para pemuda yang pengangguran di Desa Gucialit untuk bekerja membuat briket, sehingga dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar," ujarnya.
Sebelumnya Pj Bupati Lumajang Indah Wahyuni mengapresiasi berbagai produk yang dihasilkan masyarakat dapat mendongkrak sektor ekonomi, apalagi bisa menembus pasar ekspor.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024