Bogor (Antara Megapolitan) - Alumni Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Rizal Fahreza, didaulat mewakili Indonesia dalam ajang The First Asean Youth Social Entrepreneur Award 2017 (6-8/8). Kegiatan yang digelar dalam rangka peringatan 30 tahun Asean Summit dan peringatan ulang tahun yang ke-50 tahun pembentukan ASEAN ini diadakan di Manila, Philipina.

Rizal pernah dinobatkan sebagai Juara 1 Wirausaha Muda Pemula Berprestasi Tingkat Nasional 2016. Penyerahan penghargaan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI dilakukan bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda di Kalimantan.

Rizal melakukan terobosan membangkitkan kembali produksi jeruk Garut (baik jeruk siam maupun jeruk keprok), karena menurutnya, petani jeruk di Garut sudah “lost their passion” untuk membudidayakan jeruk. Di sini, Rizal bisa membuktikan pada semua orang bahwa dia adalah sarjana IPB dan terjun menjadi petani plus plus.

''Kombinasi talenta, kegigihan, dan pendidikan. Kegigihannya sudah terlihat ketika Rizal sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi dan menjadi panitia Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN),'' ujar Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto mengomentari sosok Rizal.

Sudah lama kita dengar jeruk Garut yang besar, renyah dan manis. Namun, jeruk Garut sudah lama ditinggalkan tuannya. Petani tak tertarik tanam jeruk lagi, harga dipermainkan tengkulak, biaya pupuk, saprotan dan buruh tani mahal, serangan penyakit merajalela, lalu serangan hama, juga kasus-kasus pencurian jeruk siap panen.

''Jeruk Garut menurut mereka tak ada masa depan lagi. Jeruk Garut adalah kejayaan yang hanya layak dikenang. Jeruk Garut adalah cerita masa lalu yang diceritakan di bale-bale menjelang maghrib,'' ujar Rizal.

Rizal adalah pria asal Garut. Ia ingat betapa bahagianya masa kecilnya saat panen jeruk, ingatan yang selalu membayangi walau banyak kebun jeruk di Garut yang terlantar.  Nasib membawa Rizal ke IPB, dia kuliah di Departemen Agronomi dan Hortikuktura, Faperta.

Lulus dari IPB, Rizal mulai merintis usahanya (tahun 2011-2012) dengan mengelola lahan seluas 2,2 hektar untuk produksi sayur dan buah. Ia juga bekerjasama dengan petani mitra membantu pemasaran hasil buah dan sayur petani di Garut seluas 14 hektar yang tersebar di empat kecamatan.

Untuk komoditas buah, Rizal fokus pada jeruk Garut yang harapannya dapat menjadi solusi untuk meminimalisir impor buah Indonesia. Selain itu, usahanya ini juga merupakan salah satu bentuk pelestarian plasma nutfah jeruk Garut yang merupakan salah satu komoditas andalan Kabupaten Garut yang keberadaannya hampir punah akibat serangan hama dan penyakit CVPD.

Saat ini, selain mengusahakan dengan melakukan produksi sendiri, Rizal membina para petani mitra, sudah 17 petani yang dibina, dan sekira 10 petani lagi yang dijadwalkan  telah bersedia bekerjasama untuk dibina.

''Sampai akhir tahun lalu, sekira 27 hingga 30 petani yang kami bina untuk sama-sama tumbuh dan berkembang dalam menjalankan usahanya,'' ujar pria kelahiran 26 tahun silam ini.

Usaha yang ia rintis mulai dari produksi, pengolahan dan distribusi hasil hortikultura, utamanya sayur dan buah. Pemasaran khusus buah, dipasarkan melalui pasar khusus yakni  ke catering dan koperasi karyawan perusahaan BUMN seperti bank Mandiri, bank BRI, Telkom sigma dan perusahaan gas negara, IPB dan lain-lain.

Sedangkan untuk sayur dikirim ke Pangkal Pinang kerjasama memasok ke empat kabupaten di Bangka Belitung, dengan tiga jalur distribusi. Jalur 1, apabila permintaan di atas tujuh ton, menggunakan jalur ekspedisi, melalui Garut - Palembang dan Pangkal Pinang; jalur 2, khusus cabe menggunakan maskapai Lion Cargo lewat Bandara Soekarno Hatta; dan jalur 3 menggunakan jalur pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

Demi menambah wawasannya tentang pertanian, setelah lulus sarjana dari IPB tahun 2014, Rizal memperoleh kesempatan mengikuti International Agriculture Internship Program, melalui The Ohio Program (TOP) kerjasama antara IPB-Indonesia dan Ohio State University Amerika Serikat dan mendapat penempatan di wilayah California, Amerika Serikat selama 13 bulan.

''Fee magang saya tabung sebagian untuk modal usaha, dan untuk kebutuhan harian. Sebagian lagi saya pakai untuk pindah-pindah kota ikut program One Day Lecture Class di perguruan tinggi ternama, seperti Harvard, Yale dan lain-lain. Selebihnya saya beli buku bagus yang tak akan bisa beli di Indonesia,'' terangnya.

Wirausaha menurutnya merupakan salah satu jalan untuk dapat memperoleh income secara lebih cepat dibandingkan dengan bekerja kantoran. Tentunya usaha yang dijalankan harus diawali dengan niat yang benar, bekerja keras dan pantang menyerah, serta visi misi dan value yang jelas dan terarah.

Modal awal usaha yang ia gunakan awalnya sebesar Rp 23.850.000 untuk memulai bisnis di bidang perdagangan sayur. Kemudian dilanjutkan ke tahap di bisnis produksi, pengolahan dan pemasaran sayur dan buah.

Menurut perhitungannya, dengan modal total sebesar Rp 220 juta sudah bisa mencakup keseluruhan  investasi input produksi untuk sepuluh tahun ke depan dengan bekerjasama dengan investor.

Kini omzet usaha per bulannya untuk tahap awal ini sebesar Rp 8-15 juta per bulan untuk sektor produksi sayur dan buah, dan Rp 25-35  juta per bulan untuk sektor distribusi dan penjualan sayur dan buah.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, Rizal menerapkan pola penanaman sesuai standard prosedur penanaman yang direkomendasikan, mulai dari pemilihan benih yang baik dan jelas asal usulnya, pemupukan yang sesuai rekomendasi, pengendalian hama dan penyakit secara selektif, penentuan panen yang benar, serta penanganan pasca panen yang baik dan benar.

''Selain itu beberapa komoditas sayur seperti contohnya cabe tidak hanya kami jual segar, melainkan kami olah menjadi produk turunan, salah satunya adalah abon cabe. Untuk kemasan komoditas buah kami menggunakan kemasan kardus eksklusif dengan bobot tiga kilogram. Selanjutnya, untuk distribusi, kami memotong jalur tata niaga,'' terangnya.

Rizal bukan pemuda yang mudah menyerah. Ia adalah pemuda yang gigih, ulet dan punya ilmu. Jeruk bukan tanaman seumur jagung yang lekas bisa dipanen. Uang bisa habis, menunggu panen.  Rizal tidak kehabisan akal, dia tanam aneka sayur-mayur berumur pendek, semusim dia bisa dapat panen dan dia rintis jalur pemasaran ke konsumen di Jakarta.  Bukan main tantangan dan intimidasi para tengkulak.

Debut terkininya adalah membangun konsep agrowisata di kebunnya dan membangun restoran ''Eptilu''.  Restoran kebun dengan konsep segar, alami dan bergizi. Nama restorannya pun unik ''Eptilu''.  Apa artinya Eptilu?  Ep ada tilu  (tiga), artinya tiga F, yaitu:  Fresh From Farm. Siapa bilang urang sunda gak bisa bilang F, pitnaaaaah!  (Zul).

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017