Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University berinovasi membuat alat deteksi dini radang ambing (mastitis) pada sapi berbasis electric-optical sensor dengan menggunakan machine learning dan Internet of Things (IoT) bernama Mas-Tion (Mastitis Detection).

Ketua Tim Mas-Tion, Rizal Hakim di Kabupaten Bogor, Jumat, menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi susu nasional Indonesia hanya mencapai 837.223,20 ton dari kebutuhan 4,5 juta ton, atau 19 persen dari kebutuhan susu nasional.

Salah satu penyebab rendahnya produksi susu, kata dia, ialah mastitis yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Sejauh ini peternak mendeteksi mastitis dengan melihat langsung atau menggunakan California Mastitis Test (CMT), dengan mencampurkan reagen dengan sampel susu.

“Namun, metode ini kurang ekonomis dan efektif, dan hasil CMT bisa subjektif. karena bergantung pada pengetahuan penguji. Oleh karenanya Mas-Tion hadir sebagai solusi inovatif untuk deteksi dini mastitis klinis dan subklinis, yang dirancang agar mudah digunakan oleh peternak,” ujarnya.

Baca juga: Seminar "greenhouse" dan irigasi presisi digelar di Kampus Vokasi IPB

Sebagai salah satu pelopor alat deteksi mastitis di Indonesia, kata Rizal, Mas-Tion bekerja secara autonomous, mampu mendeteksi mastitis klinis dan subklinis, menggunakan teknologi machine learning serta terintegrasi dengan aplikasi.

Rizal menjelaskan, alat ini bertujuan mengoptimalkan produksi susu sapi perah dan menjaga kualitas susu di Indonesia. Mas-Tion terdiri dari dua perangkat utama yakni Mas-Tion Cam dan Mas-Tion Vity.

Mas-Tion Cam merupakan robot autonomous yang mendeteksi mastitis klinis dengan mengenali gejala seperti kemerahan, pembengkakan, dan panas. Sedangkan Mas-Tion Vity berfungsi untuk mendeteksi mastitis subklinis dengan menggunakan sensor konduktivitas yang mengukur nilai konduktivitas susu.

“Data dari sensor ini dikirim ke aplikasi Mas-Tion App, dimana hasil deteksi dapat dilihat dengan mudah,” jelasnya.

Baca juga: Sekolah Vokasi IPB University gelar pelatihan pastry bagi peserta Kartu Prakerja

Rizal menyebut Mas-Tion memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi, mencapai 96 persen untuk Mas-Tion Vity dan 98 persen untuk Mas-Tion Cam. Alat ini dapat beroperasi secara efektif dengan daya tahan baterai hampir dua jam dan kecepatan 0,29 m/s.

“Mas-Tion merupakan salah satu inovasi terbaru dalam deteksi mastitis, menawarkan efektivitas yang lebih baik dibandingkan alat bantu lainnya yang sudah ada," katanya.

Menurutnya, Mas-Tion menjadi solusi inovatif dalam deteksi dini mastits yang cepat, praktis, ekonomis dan ramah lingkungan. Saat ini, Mas-Tion masih dalam tahap pengembangan dan berbentuk prototipe yang dihasilkan oleh tim PKM-KC IPB University.

“Kami berharap dapat memperoleh dukungan dari berbagai pihak untuk pengembangan lebih lanjut, sehingga alat ini dapat memberikan manfaat besar bagi industri peternakan sapi perah,” harapnya.

Baca juga: Anak buruh dari Semarang jadi wisudawan terbaik di IPB

Tim PKM-KC Sekolah Vokasi IPB merupakan kolaborasi antara Program Studi (Prodi) Teknologi dan Manajemen Ternak dengan Prodi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak, yang beranggotakan Rizal Hakim (ketua), Aditya Rieyza Munif (technical artisan), Dhiyaurrahman Hamizan Haikal Putra (designer and social media strategist), Dzaky Fahri Hadafi (programmer), Ukasyah Muhammad Syafiq (public relation) serta dibimbing oleh Medhanita Dewi Renanti.

Pewarta: Shabrina Zakaria

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024