Peneliti dari Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) I Wayan Sumerata mengatakan pencantuman angka tahun pada prasasti merupakan hal penting dalam epigrafi atau ilmu yang mempelajari peninggalan benda-benda tertulis.
Hal itu ia kemukakan karena dengan tercantumnya angka tahun maka para peneliti prasasti dapat mengetahui bagaimana perkembangan sejarah dan kebudayaan masyarakat pada masa lalu.
"Angka tahun ini sangat penting sekali dalam penelitian epigrafi khususnya terkait dengan prasasti. Hal ini memiliki signifikansi sangat penting untuk mengetahui perkembangan sejarah dan budaya," kata Wayan dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta pada Senin.
Baca juga: Prasasti Nawa Bhakti Satya di puncak Gunung Arjuno jadi spot foto favorit pendaki
Baca juga: Pemkot Bogor wacanakan bangun Museum Pajajaran di Batutulis
Dengan mencatatkan angka tahun, paparnya, prasasti memberikan informasi tentang kronologi peristiwa penting di masa lalu, seperti pendirian bangunan suci, peristiwa politik, pergantian kekuasaan, dan masalah sosial. Dengan begitu, peneliti dapat melacak bagaimana perkembangan budaya, agama, dan sosial di suatu wilayah.
"Oleh karena itu, pencantuman angka tahun dalam prasasti ini menjadi kunci dalam memahami konteks historis dan memelihara warisan budaya yang kaya dan beragam," ujarnya.
Tidak hanya itu, pencantuman angka tahun pada prasasti juga dapat mengungkapkan informasi konkret mengenai sistem penanggalan dan kehidupan masyarakat pada masa itu.
Diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan menggandeng komunitas untuk mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
Baca juga: Pakar: Keaslian Prasasti di Kalapanunggal Sukabumi diragukan
“Ditjen Kebudayaan terus mendorong teman-teman komunitas, salah satunya di bawah Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) untuk sama-sama mengusung diseminasi atau sosialisasi aksara kuno sebagai salah satu upaya pemajuan kebudayaan,” kata Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Judi Wahjudin.
Menurut dia, penting untuk memetakan ekosistem epigrafi atau cabang arkeologi yang mempelajari tentang peninggalan benda-benda tertulis, agar terus bergotong royong untuk lebih mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Hal itu ia kemukakan karena dengan tercantumnya angka tahun maka para peneliti prasasti dapat mengetahui bagaimana perkembangan sejarah dan kebudayaan masyarakat pada masa lalu.
"Angka tahun ini sangat penting sekali dalam penelitian epigrafi khususnya terkait dengan prasasti. Hal ini memiliki signifikansi sangat penting untuk mengetahui perkembangan sejarah dan budaya," kata Wayan dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta pada Senin.
Baca juga: Prasasti Nawa Bhakti Satya di puncak Gunung Arjuno jadi spot foto favorit pendaki
Baca juga: Pemkot Bogor wacanakan bangun Museum Pajajaran di Batutulis
Dengan mencatatkan angka tahun, paparnya, prasasti memberikan informasi tentang kronologi peristiwa penting di masa lalu, seperti pendirian bangunan suci, peristiwa politik, pergantian kekuasaan, dan masalah sosial. Dengan begitu, peneliti dapat melacak bagaimana perkembangan budaya, agama, dan sosial di suatu wilayah.
"Oleh karena itu, pencantuman angka tahun dalam prasasti ini menjadi kunci dalam memahami konteks historis dan memelihara warisan budaya yang kaya dan beragam," ujarnya.
Tidak hanya itu, pencantuman angka tahun pada prasasti juga dapat mengungkapkan informasi konkret mengenai sistem penanggalan dan kehidupan masyarakat pada masa itu.
Diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan menggandeng komunitas untuk mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
Baca juga: Pakar: Keaslian Prasasti di Kalapanunggal Sukabumi diragukan
“Ditjen Kebudayaan terus mendorong teman-teman komunitas, salah satunya di bawah Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) untuk sama-sama mengusung diseminasi atau sosialisasi aksara kuno sebagai salah satu upaya pemajuan kebudayaan,” kata Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Judi Wahjudin.
Menurut dia, penting untuk memetakan ekosistem epigrafi atau cabang arkeologi yang mempelajari tentang peninggalan benda-benda tertulis, agar terus bergotong royong untuk lebih mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024