Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memacu perkembangan riset sumber daya hayati untuk mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045.
Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian melalui keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya terus mengembangkan berbagai riset dan inovasi, bukan hanya pada tingkat spesies, tetapi sudah mencapai tingkat rekayasa genetik, seperti riset biologi struktural untuk mempelajari struktur molekul biologi hayati dan rekayasa genetika, sebagai bagian dari bioteknologi.
"Pengembangan riset di bidang ini sangat penting sebagai dasar untuk mendapatkan nilai bioprospeksi dari beragam sumber daya hayati di Indonesia," katanya.
Dengan memanfaatkan informasi genetik, Amarulla menilai suatu organisme dapat dimodifikasi dengan tujuan meningkatkan kualitas, produktivitas, dan ketahanan organisme tersebut.
Baca juga: Peneliti BRIN nyatakan tidak ada waktu pasti kapan gempa Megathrust terjadi di Indonesia
Ia mengatakan pemahaman dan pengelolaan sumber daya hayati sangat penting untuk mendukung berbagai sektor tersebut.
Hal tersebut, kata Amarulla, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang dan mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam menuju Indonesia Emas 2045 adalah sektor pertanian. Terkait hal tersebut, Profesor Riset Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Enny Sudarmonowati menjelaskan sektor pertanian di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti penurunan luas lahan pertanian, rendahnya produktivitas dan kualitas nutrisi tanaman, serta kebijakan yang kurang mendukung.
"Tantangan ini diperburuk oleh perubahan iklim dan serangan hama serta penyakit yang mengancam ketahanan pangan," ujarnya.
Baca juga: BRIN berharap Hakteknas ke-29 momentum kembangkan ekonomi berbasis pengetahuan
Baca juga: BRIN temukan 13 situs warisan geologi bernilai internasional di Geopark Kebumen
Oleh karena itu Enny mengatakan teknologi omics yang tengah dikembangkan oleh BRIN diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman melalui manipulasi genetik yang lebih efisien dan akurat.
"Teknologi omics menjadi solusi potensial dalam menciptakan sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia, membantu meningkatkan produksi pangan, kualitas nutrisi, dan ketahanan tanaman dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan," kata dia.
Teknologi genomik sebagai bagian dari omics, kata Enny, digunakan untuk menemukan variasi genetik yang dapat meningkatkan hasil tanaman dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Teknologi ini juga memungkinkan identifikasi gen yang terlibat dalam respon tanaman terhadap kontaminan lingkungan, sehingga dapat diterapkan dalam program pemuliaan tanaman untuk meningkatkan ketahanan tanaman pada lahan yang terdegradasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian melalui keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya terus mengembangkan berbagai riset dan inovasi, bukan hanya pada tingkat spesies, tetapi sudah mencapai tingkat rekayasa genetik, seperti riset biologi struktural untuk mempelajari struktur molekul biologi hayati dan rekayasa genetika, sebagai bagian dari bioteknologi.
"Pengembangan riset di bidang ini sangat penting sebagai dasar untuk mendapatkan nilai bioprospeksi dari beragam sumber daya hayati di Indonesia," katanya.
Dengan memanfaatkan informasi genetik, Amarulla menilai suatu organisme dapat dimodifikasi dengan tujuan meningkatkan kualitas, produktivitas, dan ketahanan organisme tersebut.
Baca juga: Peneliti BRIN nyatakan tidak ada waktu pasti kapan gempa Megathrust terjadi di Indonesia
Ia mengatakan pemahaman dan pengelolaan sumber daya hayati sangat penting untuk mendukung berbagai sektor tersebut.
Hal tersebut, kata Amarulla, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang dan mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam menuju Indonesia Emas 2045 adalah sektor pertanian. Terkait hal tersebut, Profesor Riset Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Enny Sudarmonowati menjelaskan sektor pertanian di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti penurunan luas lahan pertanian, rendahnya produktivitas dan kualitas nutrisi tanaman, serta kebijakan yang kurang mendukung.
"Tantangan ini diperburuk oleh perubahan iklim dan serangan hama serta penyakit yang mengancam ketahanan pangan," ujarnya.
Baca juga: BRIN berharap Hakteknas ke-29 momentum kembangkan ekonomi berbasis pengetahuan
Baca juga: BRIN temukan 13 situs warisan geologi bernilai internasional di Geopark Kebumen
Oleh karena itu Enny mengatakan teknologi omics yang tengah dikembangkan oleh BRIN diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman melalui manipulasi genetik yang lebih efisien dan akurat.
"Teknologi omics menjadi solusi potensial dalam menciptakan sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia, membantu meningkatkan produksi pangan, kualitas nutrisi, dan ketahanan tanaman dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan," kata dia.
Teknologi genomik sebagai bagian dari omics, kata Enny, digunakan untuk menemukan variasi genetik yang dapat meningkatkan hasil tanaman dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Teknologi ini juga memungkinkan identifikasi gen yang terlibat dalam respon tanaman terhadap kontaminan lingkungan, sehingga dapat diterapkan dalam program pemuliaan tanaman untuk meningkatkan ketahanan tanaman pada lahan yang terdegradasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024