Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Palang Merah Indonesia (PMI) sangat berperan untuk mewujudkan ketangguhan bencana di masyarakat.
"Relawan Sibat PMI menjadi modal sosial di masyarakat sebagai garda terdepan dalam mewujudkan ketangguhan bencana," kata Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo saat Latihan Gabungan Sibat PMI Tingkat Nasional III tahun 2024 di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis.
Baca juga: Ribuan Sibat PMI se-Indonesia kampanyekan membangun ketangguhan perubahan iklim
Baca juga: Ribuan relawan Sibat PMI se-Indonesia ikuti latihan gabungan di Pantai Pandan
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Relawan Sibat PMI menjadi modal sosial di masyarakat sebagai garda terdepan dalam mewujudkan ketangguhan bencana," kata Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo saat Latihan Gabungan Sibat PMI Tingkat Nasional III tahun 2024 di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis.
Menurut Pangarso, melalui peningkatan kapasitas latihan gabungan ini, peran-peran relawan Sibat PMI sangat dirasakan keberadaannya untuk mewujudkan ketangguhan terhadap bencana.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala (Perka) BNPB Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana, bahwa relawan penanggulangan bencana merupakan seorang atau kelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana seperti para relawan Sibat PMI.
Baca juga: PMI dorong ketangguhan iklim melalui respon antisipatif berbasis prakiraan cuaca
Baca juga: PMI dorong ketangguhan iklim melalui respon antisipatif berbasis prakiraan cuaca
Salah satunya, keberadaan Desa Tangguh Bencana (Destana) merupakan program berbasis pemberdayaan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan dalam mengelola resiko bencana.
Ketangguhan terhadap bencana harus dipandang sebagai sebuah proses yang dilakukan secara terus menerus. Dalam upaya mewujudkan ketangguhan masyarakat harus dilakukan dengan melibatkan multi-pihak.
Ketangguhan tidak hanya aspek kebencanaan saja, tetapi meliputi aspek-aspek lain seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.
Terkait standardisasi nasional, Destana ini penting disosialisasikan kepada relawan untuk menginformasikan dan mencapai praktik regulasi yang baik. Selain itu, kombinasi antara praktik pembuatan kebijakan dan standardisasi harus berjalan seiringan.
Baca juga: Ribuan Sibat PMI se-Indonesia kampanyekan membangun ketangguhan perubahan iklim
Baca juga: Ribuan relawan Sibat PMI se-Indonesia ikuti latihan gabungan di Pantai Pandan
Sementara itu, perwakilan dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta yang juga Komite Teknisi 13-08 BNPB Eko Teguh Paripurno mengatakan dalam standardisasi Destana sedikitnya ada enam perubahan meliputi pembaharuan pada pendefinisian Destana yang menekankan aspek prinsip dan indikator yang mengutamakan pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim di tingkat desa.
Kemudian perubahan cakupan SNI menjadi hanya pada tingkat desa. Selanjutnya susunan indikator tiap tingkatan ketangguhan desa yaitu pratama, madya dan utama.
Penambahan penilaian aspek ketangguhan desa, aspek bencana yang terkait dengan iklim dan perubahan aspek penilaian sesuai Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan risiko bencana 2015-2030.
Dalam kegiatan sosialisasi SNI Destana ini, dihadiri oleh ratusan relawan Sibat PMI se-Indonesia sebagai rangkaian dalam kegiatan latihan gabungan tingkat nasional III 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024