The Caravanserai Collective, Temasek Foundation dan BINUS University mengumumkan peluncuran program CERITA: Storytelling for Harmony: Community Empowerment for Raising Inclusivity and Trust through Action (CERITA) di Indonesia.

Dengan dukungan dari Temasek Foundation, inisiatif program ini dirancang untuk memperkuat hubungan antarbudaya dan antarmasyarakat melalui cerita, dialog, dan pendidikan berbasis pengalaman, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kohesi sosial dan ketahanan di seluruh nusantara yang beragam, kata Ima Abdulrahim, Co-Director of the Caravanserai Collective dalam keterangannya, Senin.

Di bawah “Storytelling for Harmony” program CERITA menjawab kebutuhan mendesak untuk memupuk persatuan dan pemahaman di Indonesia, negara yang ditandai dengan keragaman etnis, budaya, dan agama yang kaya.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial yang membentuk kembali bangsa ini, ada kebutuhan yang semakin besar untuk melawan ideologi-ideologi yang memecah belah dan membangun komunitas yang lebih kuat dan inklusif.

Tujuan dan sasaran program program CERITA memiliki tiga tujuan utama pertama menumbuhkan solidaritas memperkuat suara-suara yang terpinggirkan dan menampilkan kontribusi budaya dari berbagai komunitas. 

Kedua membangun Ketahanan mengembangkan platform bercerita berbasis digital dan komunitas yang memperkuat keterampilan dalam dialog dan fasilitasi. Tujuannya adalah untuk menjembatani kesenjangan sosial dan menciptakan hubungan jangka panjang lintas budaya.

Ketiga memungkinkan Inovasi: Membagikan cerita digital sebagai sumber daya untuk berdialog dan memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan masyarakat. Dengan mengintegrasikan cerita ke dalam media sosial, acara tatap muka, dan platform online, CERITA bertujuan untuk mempertahankan dan memperluas dampaknya dari waktu ke waktu.

Program CERITA: Bercerita untuk Kerukunan akan dilaksanakan melalui serangkaian lokakarya Pelatihan untuk Pelatih (TOT), yang dirancang untuk membekali para tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh, yang dijuluki “Duta CERITA” atau “Duta Cerita”, dengan alat untuk memfasilitasi dialog antarbudaya dan antarmasyarakat serta mendongeng melintasi perbedaan etnis, agama, dan budaya.

Lokakarya ini akan berlangsung di Bandung dan sekitarnya, dengan target peserta generasi milenial dan Gen-Z, pendidik, dan tokoh masyarakat, pendidik, dan anak muda dari berbagai latar belakang.

Para peserta akan dilatih dalam keterampilan bercerita dan fasilitasi dialog, sehingga mereka dapat berbagi cerita mereka sendiri dan berkolaborasi dengan orang lain untuk menciptakan narasi yang menjembatani kesenjangan budaya.

Program ini juga mencakup elemen berjenjang, di mana para duta yang telah dilatih akan mengimplementasikan proyek-proyek berbasis komunitas mereka sendiri, sehingga memperluas jangkauan dan dampak dari program ini kepada sekitar 400-1.000 peserta secara langsung.

Penjangkauan dan Keberlanjutan Masyarakat Puncak dari program CERITA adalah Festival Mendongeng (CERITA Fest), sebuah acara publik yang akan mempertemukan para pendongeng terlatih, komunitas mereka, dan masyarakat umum untuk berbagi cerita dan merayakan keberagaman masyarakat Indonesia.

Festival ini akan menjadi puncak acara di tahun pertama program ini sekaligus menjadi titik awal untuk inisiatif-inisiatif selanjutnya.

Program ini bertujuan untuk menciptakan jaringan pendongeng dan fasilitator dialog yang berkelanjutan yang akan terus mempromosikan kohesi sosial dan keharmonisan di Indonesia setelah program ini selesai.

Dengan mendigitalkan cerita dan membuat arsip permanen, CERITA akan menjadi sumber daya yang berharga bagi para pendidik, media, dan masyarakat, untuk memastikan bahwa dampak dari program ini akan terus berlanjut.


Program CERITA merupakan evolusi dari pekerjaan yang dilakukan oleh The Caravanserai Collective, yang dimulai pada tahun 2015 melalui Yale World Fellows Program. Dengan dukungan dari Google.org dan Meta, program ini telah berhasil melatih ribuan pendongeng di berbagai negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, Ethiopia, dan Inggris.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024