Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan studi terkait bioakumulasi logam berat kadium dan timbal pada kerang kapak-kapak di Kepulauan Seribu. 

Mereka adalah peneliti dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yakni Etty Riani, Harry Sudrajat Johari dan Muhammad Reza Cordova. 

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air di Pulau Panggang dan Pulau Karya, menganalisis kontaminasi logam berat pada air, sedimen dan kerang kapak-kapak serta menganalisis korelasi logam berat antar ketiganya.

DKI Jakarta merupakan ibu kota negara (pusat pemerintahan) yang sekaligus merupakan pusat kegiatan ekonomi, sehingga pembangunan di wilayah DKI Jakarta paling pesat dibanding dengan wilayah lainnya. 

Pembangunan yang sangat pesat tersebut, mengakibatkan munculnya berbagai masalah. Masalah yang muncul akibat sangat pesatnya pembangunan salah satunya adalah terjadinya pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun, misalnya pencemaran logam berat di wilayah perairan DKI Jakarta, terutama pada perairan Teluk Jakarta.

Sehingga perairan Kepulauan Seribu juga berpotensi untuk tercemar logam berat.
Bahan pencemar di perairan Teluk Jakarta yang sudah mengkhawatirkan salah satunya adalah logam berat yang setiap tahun terus meningkat. 

Logam berat tersebut adalah kadium (Cd) dan timbal (Pb). Logam berat Cd dan Pb merupakan bahan pencemar yang berbahaya dan beracun. Hal ini disebabkan logam berat memiliki afinitas tinggi terhadap gugus sulfidril, sehingga logam berat akan berikatan dengan belerang (gugus sulfidril) dalam enzim, sehingga menjadi enzim imobile. 

Gugus karboksilat dan amino yang banyak terdapat dalam tubuh juga dapat bereaksi dengan logam berat. Logam berat Cd dan Pb dapat berikatan pada gugus-gugus tersebut, dan selanjutnya dapat terakumulasi pada tubuh makhluk hidup dan selanjutnya akan menganggu proses fisologis di dalam tubuhnya.

Semua biota laut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi logam berat, begitu pula dengan biota yang hidup di Pulau Seribu yaitu kerang kapak-kapak (Pinna muricata). 

Potensi untuk tercemar logam berat dan potensi terjadi akumulasi cukup tinggi karena berdekatan dan bahkan berada dalam satu hamparan dengan perairan Teluk Jakarta. 

Kerang kapak-kapak banyak ditemukan di Pulau Panggang dan Pulau Karya, keduanya merupakan pulau yang berpenghuni sehingga menarik untuk dilihat akumulasinya terhadap logam berat terutama Cd dan Pb. 

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap bioakumulasi logam berat Cd dan Pb pada kerang kapak-kapak, sehingga dapat menduga kondisi pencemaran logam berat di Pulau Seribu dan memberikan informasi tentang keamanan kerang kapak-kapak apabila dikonsumsi.

Penelitian ini meliputi pengukuran pH, suhu, oksigen terlarut/DO, BOD, salinitas, kekeruhan dan logam berat (Cd dan Pb) pada air, sedimen dan kerang kapak-kapak di perairan Pulau Panggang dan Pulau Karya. Data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di Pulau Panggang dan Pulau Karya dilihat dari pH, salinitas dan temperatur air cenderung menuju ke kurang baik. Kontaminasi Cd dan Pb pada air pada April dan Juli, berada di bawah baku mutu Kepmen LH No.51 th 2004, namun pada Oktober di kedua tempat tersebut, Cd dan Pb melebihi baku mutu yg ditetapkan.

Kontaminasi Cd dan Pb pada sedimen di kedua pulau tersebut masih berada dibawah baku mutu RNO (1981), namun Cd dalam sedimen di Pulau Karya pada Juli dan Oktober berada diatas baku mutunya. Cd dan Pb pada kapak-kapak masih berada di bawah baku mutu Ditjen POM RI No 03725 (1989). 

Korelasi Cd dan Pb antara air dan sedimen positif. Korelasi Cd dan Pb antara air dan kerang paling kuat dibanding korelasi logam berat pada air dan sedimen, kadium memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan timbal.(AT/Zul)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017