Jakarta (Antara Megapolitan-Bogor) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.390 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.392 per dolar Amerika Serikat (AS).

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa pergerakan kurs dolar AS tertahan terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah karena investor meninjau kembali pernyataan para pengambil kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang bervariasi.

"Notulen rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Juni tidak banyak memberi isyarat tentang kecepatan dan jadwal kenaikan suku bunga AS sehingga apresiasi dolar AS tertahan," katanya.

Ia mengemukakan bahwa notulen FOMC menggambarkan perbedaan pendapat antara para pejabat mengenai rencana waktu perampingan neraca, dan prospek inflasi yang melambat membuat pelaku pasar cenderung kembali melirik aset di negara berkembang.

Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan dolar AS relatif terbatas menyusul proyeksi data penggajian non pertanian AS yang meningkat. Namun, jika data itu tidak sesuai harapan maka dolar AS dapat kembali tertekan.

Analis Riset Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan meningkat masih menjadi salah satu yang menopang mata uang domestik.

"Jika terealisasi sesuai proyeksi pasar maka membuka potensi rupiah kembali terapresiasi," katanya.

Tercatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2017 tercatat 124,95 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir April 2017 yang sebesar 123,25 miliar dolar AS.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (7/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.397 dibandingkan hari sebelumnya (Kamis, 6/7) Rp13.364 per dolar AS. (Ant).

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017