Peneliti dari Universitas Diponegoro Semarang Prof Eflita Yohana mengembangkan alat pengering vibro nano dehumidifikasi untuk produksi fine powder teh hijau.

Prof Elita, di Semarang, Rabu, menyebutkan bahwa pengering yang selama ini digunakan industri teh hijau jika ditinjau dari segi teknologi selama ini masih bersifat konvensional.

Dengan sistem konvensional, kata dia, terjadi peristiwa case hardening, yakni bagian luar partikel teh telah kering, tetapi bagian dalamnya masih basah.

"Teh akan terasa soft dan cepat berjamur yang disebabkan oleh suhu outlet terlalu tinggi. 'Bakey, burnt, over fired', yakni terbakar atau gosong disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi, dan bau asap," katanya.

Baca juga: Undip sediakan kuota 50 persen mahasiswa baru dari jalur mandiri

Selain itu, teh kering kurang masak karena terjadi fall trough dan banyak blow out, disebabkan oleh laju alir udara terlalu besar.

Akibatnya, kata dia, produk teh hijau yang dihasilkan memiliki kadar air relatif tinggi yang memungkinkan terjadinya proses oksidasi enzimatik polifenol sehingga kadar katekin teh hijau yang dihasilkan juga relatif rendah.

"Untuk itu inovasi mesin pengering yang dikembangkan berupa pengering vibrating fluidized bed yang didehumidifikasi absorpsi menggunakan nanofluida desiccant," katanya.

Menurut dia, pengembangan mesin 'vibrating fluidized bed drier', yakni pengering vibro unggun terfluidisasi mampu menghasilkan teh hijau berkatekin tinggi dan kadar air sekitar 2–3 persen.

Baca juga: 4.429 calon mahasiswa lolos melalui jalur UTBK Undip

 

Pewarta: Zuhdiar Laeis

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024