Bogor (Antara Megapolitan) - Guru Besar bidang Ekologi dan Manajemen Lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hadi Susilo Arifin mengatakan upaya mencegah pemanasan global dapat dimulai dari skala mikro yakni dari pekarangan rumah sendiri.

"Pekarangan adalah jasa lanskap terkecil dan terdekat yang ada sekitar kita bisa bermanfaat dalam mendekatkan hubungan manusia dengan alam," kata Hadi pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2017 di Bogor, Jawa Barat, Senin.

Menurut Hadi, dalam pekarangan yang sempit di perkotaan, warga bisa menata dengan tanaman dalam pot (tabulampot, container gardens, planter box garden), merancang dengan tanaman gantung, taman dinding, taman balkon, taman depan atau taman belakang jendela, taman atap yang dilakukan secara vertikal ke atas yang disebut dengan kebun vertikal baik dengan media tanah, atau media air (hydroponic) atau media udara (aeroponic).

Sementara itu pada lahan pekarangan yang lebih besar baik di perkotaan maupun di perdesaan, kreasi untuk menciptakan hubungan manusia dengan alam memiliki peluang besar.

"Strata tanaman bisa lebih beragam mulai rerumputan, tanaman herbal tidak berkayu, tanaman semak, tanaman perdu, sampai pohon tinggi," katanya.

Ia mengatakan secara horizontal di perkarangan bisa dihadirkan tumbuhan dan tanaman, hewan ternak dan piaraan, serta kolam ikan jika jumlah air berlimpah di lingkungan.

Tanaman pun bisa beragam mulai dari tanaman hias, tanaman buah, sayuran, obat-obatan, bumbu, penghasil karbohidrat, tanaman bahan baku industri dan tanaman lainnya semisal penghasil kayu bakar, bahan baku kerajinan tangan, penghasil bahan bangunan dan furnitur.

Menurut Hadi, dengan keberagaman hayati yang ada di perkarangan rumah, selain dapat menghasilkan pangan bagi pemiliknya, tetapi bisa mengundang datangnya satwa liar seperti burung, aneka serangga, kupu-kupu, kadal, bunglon, tupai, musang dan lainnya.

"Kehidupan alam perkarangan bisa memberikan manfaat fungsional yang berguna, dan manfaat estetika yang indah bagi manusia dan makhluk hidup penghuni perkarangan lainnya," kata dia.

Hadi mengatakan dalam mengelola dan memanfaatkan lingkungan, alam semesta, kita memiliki etika lingkungan.

Etika lingkungan yang dikembangkan oleh manusia adalah pendekatan antroposentrisme (kepentingan manusia sebagai hal utama), biosentrisme (manusia melihat hubungannya dengan makhluk hidup lainnya di alam), dan ekosentrisme (manusia melihat hubungannya dengan habitatnya, dengan lingkungannya).

"Di manapun kita perlu menjaga tata air, tanah, udara dengan baik. Mulailah dari perkarangan," kata Hadi.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017