Bogor (Antara Megapolitan) - Indonesia terancam mengalami krisis pangan untuk beberapa tahun ke depan.
Menurut BPS tahun 2014, produksi hasil pertanian semakin rendah disebabkan lahan pertanian yang semakin sempit, makin sedikitnya tenaga kerja di bidang pertanian dan tingginya biaya produksi dengan "output" yang rendah.

Sementara kepemilikan lahan rata-rata petani Indonesia untuk usaha pertanian antara 0,3 - 0,4 hektar. Jumlah petani pada tahun 2011 turun 2,16 juta, sedangkan luas lahan minimal untuk hidup layak menurut Nazam (2011)
adalah 0,78 hektar per rumah tangga petani.

Yumina Bumina merupakan salah satu inovasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Yumina merupakan akronim dari Yu: sayuran dan mina: ikan, sedangkan Bumina adalah singkatan dari Bu: buah
dan mina: ikan.

Jadi yumina dapat diartikan sebagai teknik budidaya yang memadukan antara ikan dengan sayuran, sedangkan bumina adalah teknik budidaya yang memadukan antara ikan dengan buahan.

Melihat permasalahan dan potensi tersebut, Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), Institut Pertanian Bogor (IPB) berinisiatif membentuk *Hydrofresh*.

Mereka adalah Maulana Yusuf Ibrahim, Siska Rosdina dan Eva Kurniasih. Mereka berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi Manajemen. Ide ini menggabungkan antara aspek pertanian, teknologi dan aspek syariah.

''Hydrofresh menerapkan sistem yumina bumina dan manajemen bisnis pertanian berbasis syariah dan merupakan solusi cerdas dalam menanggulangi masalah penurunan produktifitas dan degradasi pertanian,'' jelas Maulana salah satu mahasiswa PKM tersebut.

Dalam proses produksinya sendiri tidak menggunakan pestisida, sehingga produk yang dihasilkam *pure rganic*
(murni organik), sehat dan bermutu tinggi.

Selain itu, *Hydrofresh* memegang prinsip syariah dalam usahanya, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang terbagi menjadi 40 persen bagi hasil keuntungan, 20 persen simpan produksi, 30 persen simpan usaha dan 10 persen infak.

Melalui produk yang mereka tawarkan dapat memberikan nilai tambah yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan pasar produk pertanian, meningkatkan produktivitas secara signifikan dan menghasilkan produk organik dan ramah lingkungan. Produk ini akan dipasarkan seluruh kalangan masyarakat, lokal, rumah tangga, restoran, pasar swalayan dan pasar tradisional.

Maulana menambahkan, ''Kisaran harga produk *Hydrofresh *berkisar Rp. 6.000 hingga Rp 18.000 per kilogram,''.

Sedangkan untuk promosi dilakukan secara *online* seperti *instagram, facebook, twitter, line dan whatsapp*.

''Ke depannya mereka berharap dapat mengangkat potensi produk pertanian Indonesia ke kancah internasional,'' ungkap tim PKM tersebut. (AT/ris)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017