Anak-anak merupakan aset penting yang dimiliki bangsa. Bagaimana tidak, peranannya sangat dibutuhkan bagi masa depan sebuah generasi. Keberlanjutan kehidupan ada di tangan mereka.
Anak-anak yang terdidik dengan baik, akan memiliki karakter baik di masa yang akan datang. Begitu pun sebaliknya, jika pendidikan bagi anak-anak terabaikan maka ia akan memiliki jalan lain yang bisa bertentangan dengan harapan yang diinginkan pada umumnya.
Perilaku anak-anak kini banyak dipengaruhi oleh kehadiran dunia gadget.
Tidak dapat dipungkiri, kehadiran gadget mempunyai andil besar dalam pembentukan karakter anak-anak saat ini. Di luar kendali orangtua atau orang dewasa yang mendampingi, anak-anak akan sesuka hati menggunakan gadget yang dimilikinya.
Jika takdir Tuhan baik, maka anak-anak tanpa pengawasan itu akan baik. Namun jika tidak, bisa dilihat contoh-contoh manusia yang hanya menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kecanduan anak-anak terhadap gadget ini tidak bisa dihindari, karena ini merupakan tuntutan zaman. Oleh karena itu, harus ada inovasi.
Penyediaan fitur-fitur yang mendidik di gadget sangatlah diperlukan.
Hal ini pula yang membuat lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mencipatkan sebuah inovasi yang mendidik berbasis gadget melalui komik.
Komik ini dinamakan KOCIL atau Komik Cinta Lingkungan. Lima mahasiswa ini terdiri dari Nur Maezulpah, Ngudi Nurhidayat, Haning Anggunira, RM Muhammad Nur Fauzan, dan Fahmi Abdurrahman.
Gerakan yang diketuai oleh Nur Maezulpah ini menitikberatkan pada tema lingkungan. Hal ini dikarenakan akibat kecanduan gadget pada anak-anak menyebabkan mereka acuh terhadap lingkungan sekitar.
Inovasi yang dipilih berbentuk komik ini pun dilatarbelakangi oleh keprihatinan Nur dan kawan-kawan terhadap minat baca rendah yang dimiliki oleh penduduk Indonesia.
Menurut data UNESCO pada tahun 2012, minat baca di Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari setiap seribu orang Indonesia hanya satu orang yang gemar membaca.
Harapannya, dengan adanya komik ini bisa meningkatkan minat baca pada anak-anak karena komik cenderung tidak monoton seperti buku bacaan yang lain dan menarik bagi anak-anak.
Komik ini harus menggambarkan karakter tentang kecintaan terhadap lingkungan dengan menampilkan alur cerita menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak.
KOCIL tidak hanya mencakup edukasi mengenai kebersihan saja. Lebih dari itu, KOCIL mencakup tema lingkungan yang lebih luas yaitu menghargai alam seperti mengenal peran pohon yang ada di sekitar mereka dalam menjaga stabilitas lingkungan.
Penerapan KOCIL ini dimulai di lingkungan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinangka 01, Kabupaten Bogor.
Sekolah ini merupakan sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 239 anak. Kebersihan sekolah masih menjadi tanggungjawab penjaga kebersihan sekolah dan guru-guru.
Minat membaca siswa SDN Cinangka 01 juga masih bersifat rendah. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan fasilitas perpustakaan yang belum maksimal.
Buku bacaan yang umumnya bersifat monoton ini merupakan alasan para siswa malas dalam membaca.
Penerapan KOCIL saat ini masih dalam bentuk buku komik.
Gerakan yang bertujuan untuk meningkatkn minat baca ini ingin menggaet langsung masyarakat di sekitar mereka khususnya anak-anak untuk merasakan manfaat KOCIL.
Garapan KOCIL untuk menjadi salah satu fitur di gadget sedang digagas oleh Nur dan tim melalui Webtoon.
''Semoga dengan menjadi salah satu fitur yang bisa diakses internet, semakin banyak manfaat yang dirasakan
oleh banyak orang,'' ujarnya. (KHO/NM).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Anak-anak yang terdidik dengan baik, akan memiliki karakter baik di masa yang akan datang. Begitu pun sebaliknya, jika pendidikan bagi anak-anak terabaikan maka ia akan memiliki jalan lain yang bisa bertentangan dengan harapan yang diinginkan pada umumnya.
Perilaku anak-anak kini banyak dipengaruhi oleh kehadiran dunia gadget.
Tidak dapat dipungkiri, kehadiran gadget mempunyai andil besar dalam pembentukan karakter anak-anak saat ini. Di luar kendali orangtua atau orang dewasa yang mendampingi, anak-anak akan sesuka hati menggunakan gadget yang dimilikinya.
Jika takdir Tuhan baik, maka anak-anak tanpa pengawasan itu akan baik. Namun jika tidak, bisa dilihat contoh-contoh manusia yang hanya menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kecanduan anak-anak terhadap gadget ini tidak bisa dihindari, karena ini merupakan tuntutan zaman. Oleh karena itu, harus ada inovasi.
Penyediaan fitur-fitur yang mendidik di gadget sangatlah diperlukan.
Hal ini pula yang membuat lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mencipatkan sebuah inovasi yang mendidik berbasis gadget melalui komik.
Komik ini dinamakan KOCIL atau Komik Cinta Lingkungan. Lima mahasiswa ini terdiri dari Nur Maezulpah, Ngudi Nurhidayat, Haning Anggunira, RM Muhammad Nur Fauzan, dan Fahmi Abdurrahman.
Gerakan yang diketuai oleh Nur Maezulpah ini menitikberatkan pada tema lingkungan. Hal ini dikarenakan akibat kecanduan gadget pada anak-anak menyebabkan mereka acuh terhadap lingkungan sekitar.
Inovasi yang dipilih berbentuk komik ini pun dilatarbelakangi oleh keprihatinan Nur dan kawan-kawan terhadap minat baca rendah yang dimiliki oleh penduduk Indonesia.
Menurut data UNESCO pada tahun 2012, minat baca di Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari setiap seribu orang Indonesia hanya satu orang yang gemar membaca.
Harapannya, dengan adanya komik ini bisa meningkatkan minat baca pada anak-anak karena komik cenderung tidak monoton seperti buku bacaan yang lain dan menarik bagi anak-anak.
Komik ini harus menggambarkan karakter tentang kecintaan terhadap lingkungan dengan menampilkan alur cerita menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak.
KOCIL tidak hanya mencakup edukasi mengenai kebersihan saja. Lebih dari itu, KOCIL mencakup tema lingkungan yang lebih luas yaitu menghargai alam seperti mengenal peran pohon yang ada di sekitar mereka dalam menjaga stabilitas lingkungan.
Penerapan KOCIL ini dimulai di lingkungan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinangka 01, Kabupaten Bogor.
Sekolah ini merupakan sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 239 anak. Kebersihan sekolah masih menjadi tanggungjawab penjaga kebersihan sekolah dan guru-guru.
Minat membaca siswa SDN Cinangka 01 juga masih bersifat rendah. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan fasilitas perpustakaan yang belum maksimal.
Buku bacaan yang umumnya bersifat monoton ini merupakan alasan para siswa malas dalam membaca.
Penerapan KOCIL saat ini masih dalam bentuk buku komik.
Gerakan yang bertujuan untuk meningkatkn minat baca ini ingin menggaet langsung masyarakat di sekitar mereka khususnya anak-anak untuk merasakan manfaat KOCIL.
Garapan KOCIL untuk menjadi salah satu fitur di gadget sedang digagas oleh Nur dan tim melalui Webtoon.
''Semoga dengan menjadi salah satu fitur yang bisa diakses internet, semakin banyak manfaat yang dirasakan
oleh banyak orang,'' ujarnya. (KHO/NM).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017