Sesar Cimandiri merupakan salah satu sesar paling aktif di Jawa Barat karena kerap bergerak sehingga menimbulkan gempa bumi di daerah-daerah yang berada di garis atau sekitar sesar seperti Kabupaten/Kota Sukabumi dan Cianjur, Jabar.
Meskipun kekuatan gempa bumi yang ditimbulkan dari pergerakan Sesar Cimandiri ini rata-rata di bawah Magnitudo (M) 4 sesuai data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perlu diingat bahwa bencana gempa bumi M 5,6 yang berpusat di Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 juga dipicu oleh pergerakan Sesar Cimandiri.
Meskipun kekuatannya bisa dikatakan tidak terlalu besar, guncangannya menimbulkan dampak kerusakan sangat besar. Sesuai data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah rumah rusak akibat bencana itu sebanyak 56.480 unit, terdiri atas 13.633 rusak berat, 16.059 rusak sedang, dan 26.856 rusak ringan.
Adapun jumlah korban jiwa mencapai 271 orang, 37 persen di antaranya anak-anak. Tidak hanya di Kabupaten Cianjur, dampak gempa ini juga dirasakan di wilayah Kabupaten Sukabumi. Sesuai data BPBD setempat, jumlah rumah yang rusak tercatat 956 unit.
Pengetahuan masyarakat tentang Sesar Cimandiri bisa dikatakan masih minim. Dikutip dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Sesar Cimandiri merupakan sesar tua yang terbentuk oleh fenomena alam puluhan jutaan tahun yang lalu.
Sesar ini membentang panjang dari Teluk Pelabuhanratu ke arah timur hingga melewati bagian selatan Kota Sukabumi hingga daerah Kecamatan Cireungas dan Gegerbitung batas timur Kabupaten Sukabumi dengan Kabupaten Cianjur.
Di daerah sepanjang Sesar Cimandiri ini banyak dijumpai permukiman warga dan beberapa infrastruktur sehingga apabila terjadi gempa yang bersumber dari sesar tersebut maka berpotensi menimbulkan kerusakan.
Baca juga: Ahli: Penting mitigasi bencana kurangi dampak gempa dari Sesar Cimandiri
Adapun daerah-daerah yang berada dalam kawasan sesar ini ditandai banyaknya kejadian bencana, seperti tanah longsor, pergerakan tanah, likuifaksi, hingga gempa bumi.
Maka dari itu, wilayah Sukabumi dan Cianjur merupakan wilayah di Provinsi Jawa Barat yang masuk dalam zona merah daerah rawan gempa bumi di Indonesia, yang ditandai sering terjadi gempa bumi dan beberapa kejadian di antaranya bersifat merusak.
Berdasarkan catatan Badan Geologi Kementerian ESDM, daerah Sukabumi mengalami beberapa kejadian gempa bumi yang bersifat merusak yang bersumber dari zona subduski di pantai selatan Pulau Jawa dan juga diakibatkan sesar aktif yang berlokasi di darat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya, sesar aktif yang telah didefinisikan sebagai sumber gempa bumi di daerah Sukabumi adalah Sesar Cimandiri.
Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM sedang melakukan penyelidikan sesar aktif di daerah Sukabumi dengan skala 1 banding 100 ribu sebagai proyek percontohan dalam daerah perkotaan dan merupakan implementasi sebagai wali data patahan atau sesar aktif nasional.
Metode penyelidikan Sesar Cimandiri
Beberapa metode dan hasil yang telah dicapai dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Geologi tersebut yakni pengamatan data citra satelit yang memberikan gambaran pola kelurusan yang berhubungan dengan zona Sesar Cimandiri dan daerah-daerah yang terkena dampak deformasi Sesar Cimandiri.
Dari pengamatan data citra satelit ini telah dikonfirmasi dengan pengecekan data lapangan yang memperlihatkan morfologi ciri khas atau karakteristik sesar aktif Cimandiri.
Kajian geologi struktur di lapangan atau pada batuan yang terdampak deformasi sepanjang Sesar Cimandiri memperlihatkan kinematika struktur geologi sesar yang memberikan gambaran cabang atau orde dari Sesar Cimandiri yang berhubungan dengan kejadian-kejadian longsor di sepanjang zona Sesar Cimandiri.
Beberapa penemuan baru hasil penyelidikan Pusat Survei Geologi memberikan gambaran bahwa Sesar Cimandiri tidak murni jenis sesar mendatar tetapi ditemukan beberapa jenis sesar naik dan sesar turun. Temuan jenis sesar ini sangat penting untuk mitigasi bencana gempa bumi.
Hasil penyelidikan juga menemukan beberapa segmen atau jenis sesar aktif baru salah satunya Sesar Cimandiri segmen Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, yang melintang daerah Panglengseran, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, kemudian mengarah ke wilayah Kota Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Lembursitu hingga Kecamatan Baros.
Baca juga: BMKG imbau masyarakat pahami keberadaan megathrust dan sesar
Selain itu, Sesar Cimandiri segmen Lembursitu ini berhubungan dengan segmen Gandasoli, yang pergerakannya menyebabkan gempa bumi bersifat merusak, seperti yang terjadi pada 10 Februari 1982 dan yang terbaru gempa bumi yang berpusat di Cianjur pada 21 November 2022.
Bahkan Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Sukahar Eka Adi Saputra mewanti-wanti masyarakat khususnya Pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk meningkatkan sistem mitigasi bencana karena keberadaan Sesar Cimandiri diisyaratkan sebagai "bom waktu" yang pergerakannya aktif sehingga bisa memicu terjadinya bencana gempa bumi yang bersifat merusak.
Mitigasi bencana
Oleh karena itu, mau tidak mau warga yang tinggal dalam kawasan Sesar Cimandiri harus mengenal patahan Bumi ini. Untuk mengetahui sejarah hingga dampak yang timbulkan jika sesar ini bergerak bisa ditemukan di internet.
Keberadaan Sesar Cimandiri pun terbukti dari data kejadian bencana di Kabupaten Sukabumi yang setiap bulan selalu didominasi oleh bencana tanah longsor, seperti data dari BPBD Kabupaten Sukabumi pada Juni 2024 terjadi 61 kejadian bencana di mana dari jumlah tersebut longsor mendominasi, yakni sebanyak 28 kejadian di susul oleh banjir 21 kejadian.
Sama halnya pada April lalu, dari 155 kejadian bencana, 63 kejadian merupakan tanah longsor, sementara pada Mei, dari 35 kejadian bencana, 22 kejadian di antaranya tanah longsor.
Namun demikian, sudah menjadi keharusan dari pemerintah daerah khususnya Kota dan Kabupaten Sukabumi secara rutin melakukan mitigasi bencana yang berkaitan erat dengan keberadaan Sesar Cimandiri.
Peran mitigasi bencana sangat penting untuk menekan dampak yang ditimbulkan jika terjadi bencana gempa bumi yang bersumber dari pergerakan Sesar Cimandiri, baik upaya menekan dari sisi jumlah korban jiwa maupun kerugian material.
Mitigasi tidak hanya tugas Pemerintah, tetapi perlu didukung komunitas maupun lembaga seperti yang dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi, salah satu lembaga yang paling aktif memberikan sosialisasi dan edukasi tentang Sesar Cimandiri.
Bahkan, kepedulian lembaga kemanusiaan terbesar di Indonesia ini dibuktikan dengan melaksanakan mitigasi bencana secara rutin, misalnya, memberikan edukasi tentang aman dari bencana gempa bumi, mulai untuk anak usia dini, pelajar tingkat SD hingga SMA dan mahasiswa hingga ke berbagai elemen masyarakat, baik melalui simulasi langsung maupun secara daring atau online.
Baca juga: Pakar: Sesar Cimandiri merupakan sumber energi terdekat dari episentrum gempa di Cianjur
Ketua PMI Kota Sukabumi Suranto Sumowiryo mengatakan harus diakui selama ini warga Sukabumi masih bisa dikatakan belum paham "perilaku" Sesar Cimandiri. Padahal, keberadaan patahan Bumi ini merupakan salah satu yang paling aktif di Indonesia, ditandai dengan banyaknya kejadian gempa dengan kekuatan kecil.
Tanda-tanda alam itu seharusnya menjadi perhatian masyarakat, bukan hanya Pemerintah atau lembaga terkait lainnya. Maka dari itu, PMI yang merupakan mitra dari Pemerintah ikut bertanggung jawab dalam memperkuat mitigasi bencana gempa bumi.
"Mitigasi bencana merupakan hal yang penting dan harus dilakukan secara rutin, baik melalui edukasi, sosialisasi, maupun berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan mengingatkan bahwa kita tinggal di lokasi zona merah rawan gempa bumi, agar jika terjadi bencana, dampak yang dirasakan tidak terlalu besar," katanya.
Dalam melakukan mitigasi bencana, PMI memiliki beberapa metode yang disesuaikan dengan tingkatan usia dan kalangan. Salah satunya edukasi mitigasi gempa bumi kepada anak usia dini dan pelajar tingkat SD. Para sukarelawan ini memberikan pelajaran dengan cara sambil bermain agar anak tidak jenuh dan bisa menerima informasi serta mengingat ilmu apa yang telah didapat.
Minimal anak tersebut mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa, misalnya, lari ke halaman yang luas, menjauhi bangunan dan pohon tinggi, bersembunyi di bawah meja, atau tempat yang bisa menopang dari reruntuhan bangunan.
Kemudian mitigasi bencana untuk remaja, dewasa, masyarakat umum, maupun lembaga dilakukan dengan cara simulasi penanganan bencana, mulai dari menyelamatkan diri, menolong orang lain (pemberian pertolongan pertama), berkomunikasi dengan instansi terkait, hingga pemulihan pascabencana.
Selain itu, PMI juga melakukan penyadaran masyarakat, salah satunya membentuk satuan pendidikan aman bencana (SPAB) untuk anak usia dini.
Penjabat Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji mengatakan pihaknya secara rutin melakukan mitigasi bencana melalui BPBD Kota Sukabumi. Mitigasi ini memiliki peran yang sangat penting untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari bencana khususnya gempa bumi.
Edukasi keberadaan Sesar Cimandiri pun kerap dilakukan pihaknya karena selama ini warga lebih mengetahui nama Cimandiri sebagai salah satu sungai terpanjang di Sukabumi yang membelah wilayah Kota dan Kabupaten Sukabumi dan bermuara di laut selatan Kabupaten Sukabumi.
Maka dari itu, ke depan pihaknya ingin membentuk komunitas masyarakat peduli Sesar Cimandiri yang bertugas memberikan informasi, edukasi, karakteristik, hingga dampak yang ditimbulkan jika sesar ini bergerak.
Kemudian dalam melakukan mitigasi bencana, Pemkot Sukabumi menggandeng berbagai lembaga seperti PMI, Pramuka Peduli, dan komunitas lainnya sehingga jika terjadi gempa, mereka mengetahui apa yang harus dilakukan.
Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Sukahar Eka Adi Saputra mengatakan hasil penyelidikan atau penelitian Sesar Cimandiri yang dilakukan oleh Badan Geologi selain untuk data pihaknya, hasilnya juga diserahkan ke Pemkab dan Pemkot Sukabumi sebagai dasar untuk membuat program mitigasi bencana.
Hasil penelitian ini juga sebagai referensi dalam hal penanganan bencana karena data tersebut memuat banyak fakta dan penelitian jika sesar ini bergerak dan menimbulkan gempa bumi yang bersifat merusak.
Salah satunya memuat tentang simulasi jumlah rumah, bangunan, dan fasilitas lainnya yang terdampak jika terjadi gempa. Kemudian juga bisa dijadikan dasar oleh Pemerintah dalam membuat kebijakan terkait mitigasi maupun penanggulangan bencana.
Oleh karena itu, informasi tentang Sesar Cimandiri harus makin diperbanyak agar masyarakat mengetahui apa karakteristik, fenomena alam, hingga dampak-dampak yang ditimbulkan jika patahan Bumi bergerak.
Khusus di sepanjang zona Sesar Cimandiri, perlu ada petunjuk tentang jalur dan tempat evakuasi gempa bumi. Selain itu,sosialisasi dan simulasi juga harus rutin dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan aparat setempat.
Di sisi lain, keberadaan Sesar Cimandiri juga menjadi berkah bagi masyarakat yang tinggal di kawasannya seperti kondisi tanah yang subur dan terdapat sumber daya alam yang melimpah dan memiliki potensi wisata salah satunya yang sudah dimanfaatkan dan dikelola oleh Pemkot Sukabumi adalah sumber pemandian air panas di Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu.
Jadi, keberadaan Sesar Cimandiri tidak hanya harus diwaspadai warga Sukabumi dan Cianjur, tetapi berbagai daerah lain, seperti Jabodetabek, Bandung, dan lainnya dengan cara memperkuat mitigasi bencana.
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Meskipun kekuatan gempa bumi yang ditimbulkan dari pergerakan Sesar Cimandiri ini rata-rata di bawah Magnitudo (M) 4 sesuai data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perlu diingat bahwa bencana gempa bumi M 5,6 yang berpusat di Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 juga dipicu oleh pergerakan Sesar Cimandiri.
Meskipun kekuatannya bisa dikatakan tidak terlalu besar, guncangannya menimbulkan dampak kerusakan sangat besar. Sesuai data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah rumah rusak akibat bencana itu sebanyak 56.480 unit, terdiri atas 13.633 rusak berat, 16.059 rusak sedang, dan 26.856 rusak ringan.
Adapun jumlah korban jiwa mencapai 271 orang, 37 persen di antaranya anak-anak. Tidak hanya di Kabupaten Cianjur, dampak gempa ini juga dirasakan di wilayah Kabupaten Sukabumi. Sesuai data BPBD setempat, jumlah rumah yang rusak tercatat 956 unit.
Pengetahuan masyarakat tentang Sesar Cimandiri bisa dikatakan masih minim. Dikutip dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Sesar Cimandiri merupakan sesar tua yang terbentuk oleh fenomena alam puluhan jutaan tahun yang lalu.
Sesar ini membentang panjang dari Teluk Pelabuhanratu ke arah timur hingga melewati bagian selatan Kota Sukabumi hingga daerah Kecamatan Cireungas dan Gegerbitung batas timur Kabupaten Sukabumi dengan Kabupaten Cianjur.
Di daerah sepanjang Sesar Cimandiri ini banyak dijumpai permukiman warga dan beberapa infrastruktur sehingga apabila terjadi gempa yang bersumber dari sesar tersebut maka berpotensi menimbulkan kerusakan.
Baca juga: Ahli: Penting mitigasi bencana kurangi dampak gempa dari Sesar Cimandiri
Adapun daerah-daerah yang berada dalam kawasan sesar ini ditandai banyaknya kejadian bencana, seperti tanah longsor, pergerakan tanah, likuifaksi, hingga gempa bumi.
Maka dari itu, wilayah Sukabumi dan Cianjur merupakan wilayah di Provinsi Jawa Barat yang masuk dalam zona merah daerah rawan gempa bumi di Indonesia, yang ditandai sering terjadi gempa bumi dan beberapa kejadian di antaranya bersifat merusak.
Berdasarkan catatan Badan Geologi Kementerian ESDM, daerah Sukabumi mengalami beberapa kejadian gempa bumi yang bersifat merusak yang bersumber dari zona subduski di pantai selatan Pulau Jawa dan juga diakibatkan sesar aktif yang berlokasi di darat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya, sesar aktif yang telah didefinisikan sebagai sumber gempa bumi di daerah Sukabumi adalah Sesar Cimandiri.
Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM sedang melakukan penyelidikan sesar aktif di daerah Sukabumi dengan skala 1 banding 100 ribu sebagai proyek percontohan dalam daerah perkotaan dan merupakan implementasi sebagai wali data patahan atau sesar aktif nasional.
Metode penyelidikan Sesar Cimandiri
Beberapa metode dan hasil yang telah dicapai dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Geologi tersebut yakni pengamatan data citra satelit yang memberikan gambaran pola kelurusan yang berhubungan dengan zona Sesar Cimandiri dan daerah-daerah yang terkena dampak deformasi Sesar Cimandiri.
Dari pengamatan data citra satelit ini telah dikonfirmasi dengan pengecekan data lapangan yang memperlihatkan morfologi ciri khas atau karakteristik sesar aktif Cimandiri.
Kajian geologi struktur di lapangan atau pada batuan yang terdampak deformasi sepanjang Sesar Cimandiri memperlihatkan kinematika struktur geologi sesar yang memberikan gambaran cabang atau orde dari Sesar Cimandiri yang berhubungan dengan kejadian-kejadian longsor di sepanjang zona Sesar Cimandiri.
Beberapa penemuan baru hasil penyelidikan Pusat Survei Geologi memberikan gambaran bahwa Sesar Cimandiri tidak murni jenis sesar mendatar tetapi ditemukan beberapa jenis sesar naik dan sesar turun. Temuan jenis sesar ini sangat penting untuk mitigasi bencana gempa bumi.
Hasil penyelidikan juga menemukan beberapa segmen atau jenis sesar aktif baru salah satunya Sesar Cimandiri segmen Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, yang melintang daerah Panglengseran, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, kemudian mengarah ke wilayah Kota Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Lembursitu hingga Kecamatan Baros.
Baca juga: BMKG imbau masyarakat pahami keberadaan megathrust dan sesar
Selain itu, Sesar Cimandiri segmen Lembursitu ini berhubungan dengan segmen Gandasoli, yang pergerakannya menyebabkan gempa bumi bersifat merusak, seperti yang terjadi pada 10 Februari 1982 dan yang terbaru gempa bumi yang berpusat di Cianjur pada 21 November 2022.
Bahkan Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Sukahar Eka Adi Saputra mewanti-wanti masyarakat khususnya Pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk meningkatkan sistem mitigasi bencana karena keberadaan Sesar Cimandiri diisyaratkan sebagai "bom waktu" yang pergerakannya aktif sehingga bisa memicu terjadinya bencana gempa bumi yang bersifat merusak.
Mitigasi bencana
Oleh karena itu, mau tidak mau warga yang tinggal dalam kawasan Sesar Cimandiri harus mengenal patahan Bumi ini. Untuk mengetahui sejarah hingga dampak yang timbulkan jika sesar ini bergerak bisa ditemukan di internet.
Keberadaan Sesar Cimandiri pun terbukti dari data kejadian bencana di Kabupaten Sukabumi yang setiap bulan selalu didominasi oleh bencana tanah longsor, seperti data dari BPBD Kabupaten Sukabumi pada Juni 2024 terjadi 61 kejadian bencana di mana dari jumlah tersebut longsor mendominasi, yakni sebanyak 28 kejadian di susul oleh banjir 21 kejadian.
Sama halnya pada April lalu, dari 155 kejadian bencana, 63 kejadian merupakan tanah longsor, sementara pada Mei, dari 35 kejadian bencana, 22 kejadian di antaranya tanah longsor.
Namun demikian, sudah menjadi keharusan dari pemerintah daerah khususnya Kota dan Kabupaten Sukabumi secara rutin melakukan mitigasi bencana yang berkaitan erat dengan keberadaan Sesar Cimandiri.
Peran mitigasi bencana sangat penting untuk menekan dampak yang ditimbulkan jika terjadi bencana gempa bumi yang bersumber dari pergerakan Sesar Cimandiri, baik upaya menekan dari sisi jumlah korban jiwa maupun kerugian material.
Mitigasi tidak hanya tugas Pemerintah, tetapi perlu didukung komunitas maupun lembaga seperti yang dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi, salah satu lembaga yang paling aktif memberikan sosialisasi dan edukasi tentang Sesar Cimandiri.
Bahkan, kepedulian lembaga kemanusiaan terbesar di Indonesia ini dibuktikan dengan melaksanakan mitigasi bencana secara rutin, misalnya, memberikan edukasi tentang aman dari bencana gempa bumi, mulai untuk anak usia dini, pelajar tingkat SD hingga SMA dan mahasiswa hingga ke berbagai elemen masyarakat, baik melalui simulasi langsung maupun secara daring atau online.
Baca juga: Pakar: Sesar Cimandiri merupakan sumber energi terdekat dari episentrum gempa di Cianjur
Ketua PMI Kota Sukabumi Suranto Sumowiryo mengatakan harus diakui selama ini warga Sukabumi masih bisa dikatakan belum paham "perilaku" Sesar Cimandiri. Padahal, keberadaan patahan Bumi ini merupakan salah satu yang paling aktif di Indonesia, ditandai dengan banyaknya kejadian gempa dengan kekuatan kecil.
Tanda-tanda alam itu seharusnya menjadi perhatian masyarakat, bukan hanya Pemerintah atau lembaga terkait lainnya. Maka dari itu, PMI yang merupakan mitra dari Pemerintah ikut bertanggung jawab dalam memperkuat mitigasi bencana gempa bumi.
"Mitigasi bencana merupakan hal yang penting dan harus dilakukan secara rutin, baik melalui edukasi, sosialisasi, maupun berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan mengingatkan bahwa kita tinggal di lokasi zona merah rawan gempa bumi, agar jika terjadi bencana, dampak yang dirasakan tidak terlalu besar," katanya.
Dalam melakukan mitigasi bencana, PMI memiliki beberapa metode yang disesuaikan dengan tingkatan usia dan kalangan. Salah satunya edukasi mitigasi gempa bumi kepada anak usia dini dan pelajar tingkat SD. Para sukarelawan ini memberikan pelajaran dengan cara sambil bermain agar anak tidak jenuh dan bisa menerima informasi serta mengingat ilmu apa yang telah didapat.
Minimal anak tersebut mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa, misalnya, lari ke halaman yang luas, menjauhi bangunan dan pohon tinggi, bersembunyi di bawah meja, atau tempat yang bisa menopang dari reruntuhan bangunan.
Kemudian mitigasi bencana untuk remaja, dewasa, masyarakat umum, maupun lembaga dilakukan dengan cara simulasi penanganan bencana, mulai dari menyelamatkan diri, menolong orang lain (pemberian pertolongan pertama), berkomunikasi dengan instansi terkait, hingga pemulihan pascabencana.
Selain itu, PMI juga melakukan penyadaran masyarakat, salah satunya membentuk satuan pendidikan aman bencana (SPAB) untuk anak usia dini.
Penjabat Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji mengatakan pihaknya secara rutin melakukan mitigasi bencana melalui BPBD Kota Sukabumi. Mitigasi ini memiliki peran yang sangat penting untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari bencana khususnya gempa bumi.
Edukasi keberadaan Sesar Cimandiri pun kerap dilakukan pihaknya karena selama ini warga lebih mengetahui nama Cimandiri sebagai salah satu sungai terpanjang di Sukabumi yang membelah wilayah Kota dan Kabupaten Sukabumi dan bermuara di laut selatan Kabupaten Sukabumi.
Maka dari itu, ke depan pihaknya ingin membentuk komunitas masyarakat peduli Sesar Cimandiri yang bertugas memberikan informasi, edukasi, karakteristik, hingga dampak yang ditimbulkan jika sesar ini bergerak.
Kemudian dalam melakukan mitigasi bencana, Pemkot Sukabumi menggandeng berbagai lembaga seperti PMI, Pramuka Peduli, dan komunitas lainnya sehingga jika terjadi gempa, mereka mengetahui apa yang harus dilakukan.
Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Sukahar Eka Adi Saputra mengatakan hasil penyelidikan atau penelitian Sesar Cimandiri yang dilakukan oleh Badan Geologi selain untuk data pihaknya, hasilnya juga diserahkan ke Pemkab dan Pemkot Sukabumi sebagai dasar untuk membuat program mitigasi bencana.
Hasil penelitian ini juga sebagai referensi dalam hal penanganan bencana karena data tersebut memuat banyak fakta dan penelitian jika sesar ini bergerak dan menimbulkan gempa bumi yang bersifat merusak.
Salah satunya memuat tentang simulasi jumlah rumah, bangunan, dan fasilitas lainnya yang terdampak jika terjadi gempa. Kemudian juga bisa dijadikan dasar oleh Pemerintah dalam membuat kebijakan terkait mitigasi maupun penanggulangan bencana.
Oleh karena itu, informasi tentang Sesar Cimandiri harus makin diperbanyak agar masyarakat mengetahui apa karakteristik, fenomena alam, hingga dampak-dampak yang ditimbulkan jika patahan Bumi bergerak.
Khusus di sepanjang zona Sesar Cimandiri, perlu ada petunjuk tentang jalur dan tempat evakuasi gempa bumi. Selain itu,sosialisasi dan simulasi juga harus rutin dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan aparat setempat.
Di sisi lain, keberadaan Sesar Cimandiri juga menjadi berkah bagi masyarakat yang tinggal di kawasannya seperti kondisi tanah yang subur dan terdapat sumber daya alam yang melimpah dan memiliki potensi wisata salah satunya yang sudah dimanfaatkan dan dikelola oleh Pemkot Sukabumi adalah sumber pemandian air panas di Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu.
Jadi, keberadaan Sesar Cimandiri tidak hanya harus diwaspadai warga Sukabumi dan Cianjur, tetapi berbagai daerah lain, seperti Jabodetabek, Bandung, dan lainnya dengan cara memperkuat mitigasi bencana.
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024