Jakarta (Antara Megapolitan) - Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu mengaku tertarik dengan sejumlah industri militer dari Swedia, seperti persenjataan, sistem teknologi militer, termasuk pesawat tempur JAS 39 Gripen yang diproduksi oleh Saab.
"Prinsipnya kita akan mengganti alutsista yang sudah tua," kata Menhan dalam situs resmi Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Selasa.
Namun, lanjut Menhan usai pertemuan bilateral dengan Menteri Pertahanan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist di Kalberg Castle, Stockholm, Swedia, Senin (8/5), wacana penggantian alutsista itu tidak bisa dilakukan instan.
"Ada tahapan yang perlu ditempuh sebelum laporan disampaikan ke Presiden, yakni melalui perundingan terbatas antara sejumlah perusahaan industri pertahanan asal Indonesia dan Swedia," ujar Ryamizard.
Kedatangan Menhan ke Swedia merupakan tindak lanjut dari persetujuan kerja sama dalam bidang pertahanan yang telah ditandangani Menhan RI bersama Menhan Swedia di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, pada awal Desember 2016.
"Semoga apa yang dibicarakan ini bisa terlaksana. Sebagai wujud keseriusan kami untuk kerja sama, di sini kami bawa lima direktur perusahaan industri pertahanan lokal dan pejabat utama dari Kementerian Pertahanan RI," ujarnya.
Dalam kunjungan itu, Menhan didampingi, antara lain, oleh Dirjen Strahan Kemhan RI Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Dirjen Renhan Kemhan RI Marsda TNI Abdul Muis, Dirjen Pothan Kemhan Sutrimo Sumarlan dan Kabaranahan Kemhan Laksda TNI Leonardi. Turut pula sejumlah pimpinan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan Indonesia antara lain Dirut PT PAL Indonesia Budiman Saleh, Dirut PT Pindad Abraham Mosse, Dirut PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dan Dirut PT Len Industri Zakky Gamal Yassin.
Menurut Menhan, peningkatan hubungan dengan Swedia di bidang pertahanan, dapat menjadi modal bagi Indonesia dalam menjalin hubungan yang lebih baik pula dengan negara-negara di kawasan Nordic lainnya, seperti Denmark, Finlandia dan Norwegia.
Menhan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist mengapresiasi kedatangan Menhan RI beserta rombongan. Menhan Swedia menilai pertemuan kedua Menhan dapat meningkatkan mutu pertemuan sebagai mitra strategis, khususnya di bidang pertahanan.
"Nantinya kami akan melakukan pertemuan lebih dalam lagi. Kami juga punya banyak agenda dan kerja sama lain. Terimakasih atas dukungan dan kunjungan ini," lanjut Menhan Swedia.
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan Sutrimo Sumarlan, mengatakan, bila Indonesia telah memastikan untuk membeli alutsista jet tempur dari Swedia, maka harus ada beberapa hal prasyarat pemenuhan kebutuhan persenjataan yang telah disepakati dalam Memorandum of Undertanding (MoU) akhir 2016.
"Sesuai UU Pertahanan Negara, yaitu harus ada kesediaan untuk memberikan produksi offset, koordinasi dengan sistem G to G, dan transfer of technology (ToT)," kata Sutrimo.
Syarat lain yang perlu diperhatikan ialah transfer alih teknologi wajib melibatkan industri pertahanan lokal dari BUMN dan swasta. Bahkan, Swedia juga harus memastikan adanya garansi tidak akan terjadi potensi embargo di masa depan serta jaminan kelangsungan suku cadang maupun sistem pemeliharaan alutsista.
TNI memiliki banyak perawat tempur berusia di atas 30 tahun serta kapal perang yang berumur lebih 40 tahun. Jika tidak ada rintangan, maka alutista darat dan udara usang itu akan diganti dengan alustista baru yang dibeli dari Swedia.
"Hanya saja itu masih wacana. Tahun depan baru kita pikirkan mengenai alutista apa saja yang sesuai kebutuhan kita. Intinya segala kemungkinan itu (wacana pembelian) tetap menunggu setelah dilaporkan ke Presiden," jelas Dirjen Pothan.
Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Leonardi menambahkan, tujuan kedatangan Menhan Ryamizard Ryacudu dan sejumlah pejabat utama Kemhan ialah untuk menjajaki kerja sama bidang pertahanan bersama pemangku kepentingan dari industri pertahanan Swedia.
"Contohnya, Swedia menawarkan kemungkinan kerja sama dalam pengadaan kapal, sementara kita juga sudah punya program-program untuk pengadaan kapal itu. Kita masih memikirkan apakah akan memilih Swedia atau negara lain," ujar Kabaranahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Prinsipnya kita akan mengganti alutsista yang sudah tua," kata Menhan dalam situs resmi Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Selasa.
Namun, lanjut Menhan usai pertemuan bilateral dengan Menteri Pertahanan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist di Kalberg Castle, Stockholm, Swedia, Senin (8/5), wacana penggantian alutsista itu tidak bisa dilakukan instan.
"Ada tahapan yang perlu ditempuh sebelum laporan disampaikan ke Presiden, yakni melalui perundingan terbatas antara sejumlah perusahaan industri pertahanan asal Indonesia dan Swedia," ujar Ryamizard.
Kedatangan Menhan ke Swedia merupakan tindak lanjut dari persetujuan kerja sama dalam bidang pertahanan yang telah ditandangani Menhan RI bersama Menhan Swedia di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, pada awal Desember 2016.
"Semoga apa yang dibicarakan ini bisa terlaksana. Sebagai wujud keseriusan kami untuk kerja sama, di sini kami bawa lima direktur perusahaan industri pertahanan lokal dan pejabat utama dari Kementerian Pertahanan RI," ujarnya.
Dalam kunjungan itu, Menhan didampingi, antara lain, oleh Dirjen Strahan Kemhan RI Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Dirjen Renhan Kemhan RI Marsda TNI Abdul Muis, Dirjen Pothan Kemhan Sutrimo Sumarlan dan Kabaranahan Kemhan Laksda TNI Leonardi. Turut pula sejumlah pimpinan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan Indonesia antara lain Dirut PT PAL Indonesia Budiman Saleh, Dirut PT Pindad Abraham Mosse, Dirut PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dan Dirut PT Len Industri Zakky Gamal Yassin.
Menurut Menhan, peningkatan hubungan dengan Swedia di bidang pertahanan, dapat menjadi modal bagi Indonesia dalam menjalin hubungan yang lebih baik pula dengan negara-negara di kawasan Nordic lainnya, seperti Denmark, Finlandia dan Norwegia.
Menhan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist mengapresiasi kedatangan Menhan RI beserta rombongan. Menhan Swedia menilai pertemuan kedua Menhan dapat meningkatkan mutu pertemuan sebagai mitra strategis, khususnya di bidang pertahanan.
"Nantinya kami akan melakukan pertemuan lebih dalam lagi. Kami juga punya banyak agenda dan kerja sama lain. Terimakasih atas dukungan dan kunjungan ini," lanjut Menhan Swedia.
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan Sutrimo Sumarlan, mengatakan, bila Indonesia telah memastikan untuk membeli alutsista jet tempur dari Swedia, maka harus ada beberapa hal prasyarat pemenuhan kebutuhan persenjataan yang telah disepakati dalam Memorandum of Undertanding (MoU) akhir 2016.
"Sesuai UU Pertahanan Negara, yaitu harus ada kesediaan untuk memberikan produksi offset, koordinasi dengan sistem G to G, dan transfer of technology (ToT)," kata Sutrimo.
Syarat lain yang perlu diperhatikan ialah transfer alih teknologi wajib melibatkan industri pertahanan lokal dari BUMN dan swasta. Bahkan, Swedia juga harus memastikan adanya garansi tidak akan terjadi potensi embargo di masa depan serta jaminan kelangsungan suku cadang maupun sistem pemeliharaan alutsista.
TNI memiliki banyak perawat tempur berusia di atas 30 tahun serta kapal perang yang berumur lebih 40 tahun. Jika tidak ada rintangan, maka alutista darat dan udara usang itu akan diganti dengan alustista baru yang dibeli dari Swedia.
"Hanya saja itu masih wacana. Tahun depan baru kita pikirkan mengenai alutista apa saja yang sesuai kebutuhan kita. Intinya segala kemungkinan itu (wacana pembelian) tetap menunggu setelah dilaporkan ke Presiden," jelas Dirjen Pothan.
Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Leonardi menambahkan, tujuan kedatangan Menhan Ryamizard Ryacudu dan sejumlah pejabat utama Kemhan ialah untuk menjajaki kerja sama bidang pertahanan bersama pemangku kepentingan dari industri pertahanan Swedia.
"Contohnya, Swedia menawarkan kemungkinan kerja sama dalam pengadaan kapal, sementara kita juga sudah punya program-program untuk pengadaan kapal itu. Kita masih memikirkan apakah akan memilih Swedia atau negara lain," ujar Kabaranahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017