Senin 20 Mei 2024 saat Bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi saya harus merasakan berkabung.

Kolega, salah satu sahabat yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri, Panca Hari Prabowo pagi ini berpulang ke pangkuan Ilahi.

Innalillaahi wa innailaaihi rajiun. Semua berasal dari Allaah dan akan kembali kepada Allaah.

Spontan terbayang wajah ramah yang senantiasa menghiasi raut Panca selama saya kenal dia sejak tahun 2004 saat lulus Susdape (Kursus Dasar Pewarta) Angkatan XIII, saat dia pertama kali bergabung dengan Kantor Berita Antara.
 
Proses pemakaman wartawan Perum LKBN ANTARA, Panca Hari Prabowo di Makam Taman Giri Tama, Tonjong, Kabupaten Bogor. (Foto Antara/Budi Setiawanto).

Sebagai senior, saya lulusan Susdape IX tahun 1992, turut memberikan pembekalan kepada Panca dan teman2 seangkatannya selama Susdape XIII, bagaimana menjadi wartawan kantor berita yang baik dan memiliki kecepatan dalam pemberitaan.

Nilai-nilai jurnalistik itu pula yang diterapkan oleh Panca. Kebetulan kami sama-sama menyelesaikan penugasan lapangan sebagai wartawan Istana Kepresidenan, walaupun berbeda tahun.

Selama karir di Redaksi Antara, bersyukur saya bisa berbarengan dengan Antara di Desk Polhukam. Panca memiliki kelebihan dalam memanfaatkan waktu untuk berbagi ilmu dengan menjadi dosen di Universitas Multimedia Nusantara dan beberapa perguruan tinggi swasta lain di Jakarta, juga di lembaga inhouse training Antara.
 
Foto kenangan Panca Hari Prabowo saat mewawancarai dengan Presiden Jokowi. (Foto Antara).

Kehilangan Panca merupakan kehilangan sebagian marwah dan kebanggaan Antara, semangat muda yang tak pernah menyerah.

Satu almamater dari Universitas Padjadjaran, Panca kelahiran 25 September 1977, juga tak berhenti belajar, dengan menyelesaikan S-2 dari Universitas Indonesia. Istrinya, Mbak Prima, juga adik kelas saya di SMA Negeri 28 Jakarta.

Saat saya masih membidangi pemberitaan Polhukam, kami beberapa kali mengadakan family gathering. Anak pertamanya, Saras, berteman baik dengan anak ketiga saya. Anak bungsunya, Veda, kerap saya gendong saat bertemu.
 
Foto kenangan Budi Setiawanto (kiri) bersama Panca Hari Prabowo (kedua kiri) dan istri (keempat kiri) bersama senior-senior Antara dan keluarga. (Foto Antara).

Kehilangan Panca merupakan kehilangan keluarga. Serangan stroke yang Panca alami memberikan pelajaran sangat berharga untuk senantiasa menjaga kesehatan secara optimal.

Selamat jalan Panca. Saya bersaksi kamu orang baik dan menebar nilai-nilai kebaikan buat sesama. Semoga husnul kotimah dan keluarga yang ditinggalkan tabah dan ikhlas menerima takdir yang akan dialami setiap insan.

Kullu nafsin dzaiqatul maut. Setiap yang bernyawa akan mengalami kematian. *

(Budi Setiawanto menulis dari Makam Taman Giri Tama)

Pewarta: Budi Setiawanto

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024