Jakarta (Antara Megapolitan) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memantau dampak gempa bumi berkekuatan 7,1 Skala Richter (SR) di Mindanao, Filipina, terhadap wilayah Indonesia.
"Hingga saat ini dampak gempa 7,1 SR di wilayah di Indonesia belum ada. Kondisi masih aman. Belum ada laporan korban jiwa, kerusakan bangunan dan terjadinya tsunami di wilayah Indonesia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Sabtu.
Sutopo menjelaskan BNPB telah menyampaikan peringatan dini potensi tsunami kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Pemantauan dan kewaspadaan terus dilakukan BPBD," kata dia.
Berdasarkan informasi gempa bumi yang dikeluarkan BMKG, gempa 7,1 SR tersebut terjadi pada 29 April 2017 pukul 03:23 WIB di Mindanao, tepatnya di 5,45 derajat Lintang Utara dan 125 derajat Bujur Timur dengan kedalaman 10 kilometer.
Pusat gempa tercatat berjarak 246 kilometer sebelah Barat Laut Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, atau 2.397 kilometer arah Timur Laut dari Jakarta.
Informasi dari BNPB menjelaskan bahwa gempa tersebut kemungkinan menyebabkan tsunami lokal yang merusak untuk radius kurang dari 100 kilometer dari pusat gempa.
Sutopo menyebutkan, berdasarkan laporan dari BPBD, gempa dirasakan lemah di Sulawesi Utara (Manado dan Kepulauan Sangihe) dan Maluku Utara. BPBD juga melaporkan belum ada tanda-tanda tsunami di sekitar pantai di wilayah tersebut.
Berdasarkan analisis peta gempa dirasakan (shake map) dari Indonesia All Warning and Risk Evaluation (InAWARE) BNPB, gempa merusak diperkirakan hanya terjadi di sekitar Kepulauan Mindanao, seperti Glan, General Santos, Kiamba, Palimbang, Koronadal, Kalamansig, Digos dan lainnya. Gempa tersebut kemungkinan menimbulkan banyak kerusakan bangunan. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Hingga saat ini dampak gempa 7,1 SR di wilayah di Indonesia belum ada. Kondisi masih aman. Belum ada laporan korban jiwa, kerusakan bangunan dan terjadinya tsunami di wilayah Indonesia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Sabtu.
Sutopo menjelaskan BNPB telah menyampaikan peringatan dini potensi tsunami kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Pemantauan dan kewaspadaan terus dilakukan BPBD," kata dia.
Berdasarkan informasi gempa bumi yang dikeluarkan BMKG, gempa 7,1 SR tersebut terjadi pada 29 April 2017 pukul 03:23 WIB di Mindanao, tepatnya di 5,45 derajat Lintang Utara dan 125 derajat Bujur Timur dengan kedalaman 10 kilometer.
Pusat gempa tercatat berjarak 246 kilometer sebelah Barat Laut Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, atau 2.397 kilometer arah Timur Laut dari Jakarta.
Informasi dari BNPB menjelaskan bahwa gempa tersebut kemungkinan menyebabkan tsunami lokal yang merusak untuk radius kurang dari 100 kilometer dari pusat gempa.
Sutopo menyebutkan, berdasarkan laporan dari BPBD, gempa dirasakan lemah di Sulawesi Utara (Manado dan Kepulauan Sangihe) dan Maluku Utara. BPBD juga melaporkan belum ada tanda-tanda tsunami di sekitar pantai di wilayah tersebut.
Berdasarkan analisis peta gempa dirasakan (shake map) dari Indonesia All Warning and Risk Evaluation (InAWARE) BNPB, gempa merusak diperkirakan hanya terjadi di sekitar Kepulauan Mindanao, seperti Glan, General Santos, Kiamba, Palimbang, Koronadal, Kalamansig, Digos dan lainnya. Gempa tersebut kemungkinan menimbulkan banyak kerusakan bangunan. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017