Bogor (Antara Megapolitan) - Humas PT Chareon Pokphand Indonesia (CPI) Hendra Lukito menyatakan perusahaannya sengaja mengajak akademisi Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) untuk melakukan modernisasi perunggasan dalam menjawab tantangan bisnis unggas masa depan.

"Kita sudah bekerjasama lima belas tahun lalu dengan IPB, bisa dilihat tantangan perunggasan ke depan menurut Pokphand perlu kerja sama akademisi untuk memajukan unggas Indonesia," ujarnya di Bogor, Senin.

Ia mengatakan kerja sama antara SB-IPB dan CPI telah dimulai sejak tahun 2002 PT CPI dalam kegiatan seminar-seminar, maupun kuliah-kuliah enterprenuership IPB yang melibatkan praktisi dari Management CPI dalam meriset perkembangan perunggasan di Indonesia.

Puncak kerja sama perusahaannya dengan IPB, kata dia yakni membangun satu kandang modern dengan kapasitas 20.000 ekor ayam untuk kegiatan mahasiswa dalam budidaya ayam modern.

Pada kandang tersebut mahasiswa dapat langsung ikut terjun dalam proses budidaya ayam, dimana hasil penjualan budidaya ayam itu diberikan kepada IPB.

Selain itu sejak bulan November 2007, CPI menjaring bibit-bibit unggul yang ada di IPB melalui Lembaga Karya Pokphand (LKP) dengan memberikan program Beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu sebanyak 40 orang setiap tahun ajaran.

Untuk mengapresiasi mahasiswa yang memperdalam ilmu perunggasan itu, lanjut Hendra menyebutkan para akademisi tersebut dijadwalkan akan mengunjungi pabrik yang dimiliki Charoen Pokphand di Bangkok, Thailand pada pertengahan tahun 2017 ini.

Sementara itu, Direktur CPI Jemmy Wijaya menyebutkan peranan akademisi diperlukan untuk menjawab tantangan industri perunggasan yang berkembang pesat.

Oleh karena itu pihaknya menantang akademisi IPB yang akan dibawa ke Thailand untuk menjadi pendorong modernisasi perunggasan Indonesia setelah menimba ilmu di industri unggas di luar negeri tersebut.

Ia mengatakan dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak lebih kurang 250 juta jiwa dan lima besar bisnis perunggasan dunia memerlukan percepatan pengembangan teknologi pelbagai aspek industri unggas.

"Bukan tidak mungkin Indonesia jadi lumbung pangan dunia secara global jika akademisinya terus memberikan terobosan dengan potensi yang ada," kata Dia.

Jemmy menyebutkan, saat ini perkembangan bisnis perunggasan Indonesia berada di atas negara Asia lainnya seperti Thailand, Cina, Malaysia dan Singapura seiring perkembangan kebutuhan berbanding jumlah penduduk dan varian makanan saji.

Sehingga menurutnya tinggal bagaimana modernisasi peternakan hingga masuk dalam perindustrian segera dilakukan di Indonesia.

Pewarta: Linna Susanti & Mayolus Fajar D

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017