Rangga Pandu Asmara Jingga, IK Sutika, Jimmy Ayal, Rendhik Andika, Aubrey Kandelila Fanani & Hanni Sofia Soepardi
    
Jakarta (Antara Megapolitan) - Perayaan Hari Raya Nyepi di sejumlah daerah dilaporkan berlangsung khidmat sejak Selasa (28/3) pagi.

Keheningan dan suasana gelap mewarnai prosesi Catur Brata penyepian umat Hindu yang meliputi amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu atau tanpa hiburan/bersenang-senang).

Di Provinsi Bali yang berpenduduk sekitar 4,3 juta jiwa, tampak keheningan dan suasana gelap dimulai sejak Selasa pukul 06.00 WITA, saat umat Hindu mengurung diri di dalam rumah masing-masing untuk melaksanakan ibadah Catur Brata sekaligus melakukan introspeksi selama 24 jam.

Di seluruh pelosok perdesaan di Pulau Dewata, termasuk sejumlah perdesaan di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, keadaan dilaporkan sunyi senyap.

Hal serupa juga terjadi di Kompleks Perum-Perumnas Monang-Maning, Denpasar yang dihuni sekitar 2.500 kepala keluarga dari berbagai etnis. Di kompleks tersebut nuansa toleransi antarumat beragama memang dikenal sangat kental.

Sedangkan wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Bali bertepatan dengan perayaan Nyepi hanya diperkenankan melakukan aktivitas di dalam kawasan hotel tempat mereka menginap.

Sementara itu, di Ambon, sejumlah umat Hindu memilih melaksanakan Hari Raya Nyepi di Pura Stana Giri Ciwa, kawasan Taman Makmur, Kecamatan Nusaniwe.

Puluhan umat Hindu mendatangi Pura sejak Selasa subuh untuk memanjatkan doa.

Mereka terlihat khusyuk melantunkan doa di Pura yang dihiasi dengan ornamen bewarna kuning dan putih.

Meskipun berada di Ambon, kebanyakan umat Hindu yang datang ke pura baik tua maupun muda mengenakan pakaian khas Bali.

Dalam prosesi keagamaan yang dilakukan umat Hindu di Ambon pada Hari Raya Nyepi tak terlihat kegiatan yang mencolok.

Umat Hindu melakukan ritual doa sebanyak tiga kali, yakni saat pagi hari atau matahari terbit, siang hari dan jelang malam hari.

Aktivitas mencolok juga tidak tampak di sekitar Pura. Hanya saja, sebelum prosesi Catur Brata Penyepian dilakukan, sejumlah umat Hindu menggelar prosesi Tawur Agung Kesanga pada Senin (27/3), dengan mengarak boneka besar yang menggambarkan roh jahat yang dikenal dengan sebutan ogoh-ogoh, di sejumlah ruas jalan di Pusat Kota Ambon.

Menurut masyarakat Hindu, Prosesi Tawur Agung Kesanga dilakukan umat Hindu untuk memanjatkan doa syukur dan juga meminta perlindungan para dewa serta menggelar pertunjukan tari-tarian untuk menyambut Dewa.

Tawur Agung Kesanga merupakan salah satu dari empat ritual utama perayaan Nyepi yakni Melasti, Catur Brata Penyepian, dan Ngembak Geni.

Ritual ini bertujuan menetralkan energi negatif dari bethorokolo atau makhluk simbol keserakahan supaya terjadi harmoni yang menciptakan kemakmuran, kenyamanan, dan keamanan bagi seluruh masyarakat.

Sebelumnya pada Minggu (26/3) umat Hindu di Ambon juga melakukan ritual Melasti untuk penyucian atau pembersihan segala sarana/prasarana sembahyang di Pantai Negeri Halong, Kecamatan Sirimau.

Sarana sembahyang yang disucikan antara lain pratima dan pralingga, untuk dibersihkan di laut dengan tujuan memohon Tirtha Amerta sebagai air pembersih dari Hyang Widhi.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Maluku Nyoman Sukadane mengatakan, setelah perayaan Nyepi umat Hindu akan melakukan ritual Ngembak Geni, yakni persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru, dan biasanya umat saling bersalaman dan memaafkan.

Beralih ke Palangkaraya, suasana Nyepi dikabarkan berlangsung khidmat dan sakral. Pantauan di Jalan Kinibalu, suasana Pura Pitamaha terlihat sepi, begitu pula rumah warga yang merayakan Nyepi terlihat sepi.

Menurut penduduk sekitar, warga Palangkaraya khususnya yang berada di sekitar pura menghormati dan menghargai umat Hindu yang sedang beribadah.

Serangkaian acara yang dilakukan umat Hindu di Palangkaraya selain pembersihan diri, yakni pembersihan benda-benda pusaka di dalam pura yang dianggap sakral.

Sementara itu di ibu kota, DKI Jakarta, sejumlah umat Hindu terlihat khusyuk melantunkan doa pada Hari Raya Nyepi di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta.

Layaknya di Ambon, mayoritas umat Hindu yang datang ke pura yang dihiasi dengan ornamen berwarna kuning dan putih itu tampak mengenakan pakaian khas Bali.

Presiden RI Joko Widodo mengajak masyarakat untuk memaknai Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 dengan membangun semangat dan optimisme.

Melalui kanal media sosial twitter resminya @jokowi, Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk berintrospeksi dan membersihkan jiwa dari segala perilaku yang tidak baik mellaui perayaan Nyepi.

"Kita luruhkan amarah, dendam, dan sifat-sifat buruk. Kita bangun optimisme dan semangat. Selamat Hari Raya Nyepi Tahun 2017 - Jkw," tulis Presiden dalam akun twitter resminya itu pula. (Ant).

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga, IK Sutika, Jimmy Ayal, Rendhik Andika, Aubrey Kandelila Fanani & Hanni S

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017