Bogor (Antara Megapolitan) - Baraya Kujang Pajajaran (BKP), sebuah komunitas budaya Sunda pemegang "ageman" atau kujang pusaka Pajajaran, menggagas upacara adat berupa "Napak Tilas Prabu Siliwangi" yang akan dilaksanakan pada 7 Mei 2017.

Ketua Dewan Pembina BKP, Abah Wahyu Affandi Suradinata, di Bogor, Jawa Barat, Rabu menjelaskan napak tilas Prabu Siliwangi digagas sebagai upaya menghormati kelahiran sang prabu, yang jatuh pada 7 Mei 1447.

Prabu Siliwangi kecil, lanjut Abah Wahyu, bernama Raden Pamanah Rasa.

Lahir di keraton Sunda Galuh di daerah Kawali (sekarang Kabupaten Ciamis, Jawa Barat), ia adalah putra Prabu Dewa Niskala, cucu Prabu Niskala Wastu Kancana, dan cicit Prabu Lingga Buana alias Prabu Wangi yang gugur di medan bubat.

Saat didaulat sebagai maharaja Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran pada 3 Juni 1.482, sang prabu memindahkan pusat pemerintahan dari Kawali ke Bogor. Tanggal 3 Juni 1.482 sekaligus menjadi tonggak sejarah Hari Jadi Bogor (HJB) yang selalu diperingati hingga sekarang.

"Prabu Siliwangi bertahta sebagai Raja Pajajaran mulai 1.482 hingga 1521, sekitar 39 tahun. Di bawah kepemimpinannya Pajajaran mengalami puncak keemasan, yang membuat namanya melegenda ke seantero dunia hingga sekarang," kata Wahyu.

Dalam naskah-naskah sejarah Sunda kuno, Prabu Siliwangi wafat di Bogor dan dipusarakan di pasir (bukit) Badigul, yang sekarang masuk dalam areal properti Rancamaya Golf & Country Estate, Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Ketua Panitia Napak Tilas Prabu Siliwangi, Ahmad Fahir, M.Si mengatakan, atas dasar catatan sejarah dan keyakinan sebagian besar warga Bogor, napak tilas akan dilakukan dengan rute dari eks Keraton Pajajaran di kawasan Lawang Gintung hingga eks Situs Badigul di Rancamaya.

"Napak tilas ini berupa `long march` sepanjang 4,5 km dengan rute start dari Lawang Gintung menuju Batutulis, Cipaku, Gunung Gadung, dan Bukit Badigul sebagai titik finish," kata Fahir yang juga Sekretaris Baraya Kujang Pajajaran.

Untuk menyukseskan agenda yang baru pertama digagas sepanjang sejarah Bogor itu, pihaknya menggandeng sejumlah paguyuban Sunda, antara lain Benteng Bogor Raya Pajajaran (BBRP), Angkatan Muda Siliwangi (AMS), Bhakatul, Gentra Pajajaran, dan Sunda Wisesa.

Pada Sabtu (18/3) malam, pihak panitia bersama sejumlah tokoh budaya Sunda menggelar "babakti" atau munajat doa di Petilasan Eyang Rangga Gading, Rangga Mekar, Bogor Selatan, yang dipimpin koordinator acara Ki Agus Firmansyah dan pembina panitia Ki Atma Wirya.

"Babakti ini sebagai `soft launching` yang dikemas dengan munajat doa sekaligus mendoakan para leluhur Pajajaran, sebelum kami melaksanakan napak tilas pada 7 Mei mendatang," kata Fahir.

Anggota pembina panitia, Gatut Susanta menambahkan, agenda napak tilas Prabu Siliwangi sebagai gagasan besar insan budaya di tatar Sunda, karena merupakan kegiatan perdana yang digagas dan memiliki banyak pesan dalam upaya melestarikan budaya Sunda.

"Budaya harus terus hadir di tengah masyarakat. Kita harus terus berikhtiar melakukan langkah nyata dalam melestarikannya. Dalam konteks Sunda, kita tanamkan kembali nilai-nilai luhur yang diwariskan Prabu Siliwangi," katanya.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017