Jerman dan Prancis menyuarakan keprihatinan mereka atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, kata Perdana Menteri baru Prancis Gabriel Attal pada Senin (5/2), setelah pembicaraannya dengan Kanselir Olaf Scholz di Berlin.

"Selama kami berunding, kami juga sekali lagi menyatakan keprihatinan kami terkait situasi kemanusiaan di Jalur Gaza dan hilangnya banyak nyawa warga sipil di Palestina," kata Attal dalam konferensi pers gabungan dengan Scholz.

"Saya ingin menegaskan kembali: bahwa hukum internasional harus dihormati dan harus ada gencatan senjata kemanusiaan agar bantuan dapat tersedia bagi warga sipil. Satu-satunya solusi damai adalah solusi damai dua negara di mana masyarakat bisa hidup damai dan aman," tambahnya.

Baca juga: Unjuk rasa ribuan orang di sejumlah negara Eropa tuntut gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Masjid Al-Aqsa nyaris kosong di Jumat ke-17 akibat pembatasan Israel sejak dimulainya perang di Jalur Gaza

Sementara itu, Scholz mendesak "akses yang lebih baik terhadap bantuan kemanusiaan" bagi warga Gaza.

"Kami menyerukan agar warga Palestina di Gaza akhirnya bisa memperoleh akses yang lebih baik terhadap bantuan kemanusiaan dan agar penduduk sipil mendapatkan perlindungan lebih baik selama operasi militer. Saya telah dapat memperjelas hal ini kembali kepada PM Israel (Benjamin) Netanyahu dalam percakapan via telepon sore ini," ujar Scholz.

Netanyahu juga memberi informasi terbaru kepada kanselir "tentang situasi militer di Jalur Gaza dan di perbatasan Israel-Lebanon," menurut juru bicara pemerintah Jerman Steffen Hebestreit.

Baca juga: Presiden Abbas bersumpah lawan rencana Israel pisahkan Gaza dari Palestina

"Dia menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk secara signifikan meningkatkan akses dan penyaluran bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza. Suplai dan situasi keamanan bagi penduduk sipil Palestina saat ini sangat mengkhawatirkan," lanjut Hebestreit.

Kanselir Scholz kembali menekankan bahwa "hanya solusi dua negara yang dinegosiasikan akan membuka prospek solusi berkelanjutan terhadap konflik Timur Tengah," menurut Hebestreit.

Sumber: Anadolu

Pewarta: Katriana

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024