Bogor (Antara Megapolitan), Tiga sekolah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat sepakat menurunkan sejumlah iklan rokok yang ada di sekitar sekolah sebagai reaksi penolakan menjadi target industri rokok, Senin.

Penurunan iklan rokok di sekitar sekolah dilakukan para siswa SMP Negeri 1 Bojong Gede, SMP dan SMK Al Basyariah di Bojong Gede.

Menurut Purwadi, guru sekaligus pembina komunitas sekolah sebagai kawasan tanpa rokok di SMPN 1 Bojong Gede, banyaknya iklan yang mengelilingi sekolahnya sangat disayangkan.

Ia mengatakan iklan yang ditempatkan persis di gerbang sekolahnya sangat tidak pantas, apalagi Kabupaten Bogor telah menyatakan diri sebagai kawasan tanpa rokok, dengan diterbitkannya Perda KTR 2016 lalu.

"Anak-anak setiap hari terpapar iklan itu, dapat dilihat saat pergi dan pulang sekolah setiap harinya, mereka jadi terpengaruh untuk merokok," katanya.

Siswa-siswi SMPN 1 Bojong Gede, dan SMP serta SMK Al-Basyariah juga menurunkan iklan rokok di warung depan sekolahnya.

Menurut Nurheza, siswa kelas X SMK Al Basyariah, pihak sekolah telah melakukan sosialisasi sebelumnya kepada warung-warung sekitar sekolahnya agar tidak memajang iklan rokok, akan mempengaruhi teman-temannya.

"Waktu kami sosialisasikan, pemilik warungnya menolak dikasih tahu, soalnya warungnya dikasih uang sama orang rokok untuk pasang iklan setiap tiga bulan," katanya.

Ketiga sekolah di Kabupaten Bogor ini mengkampanyekan gerakan Tolak Jadi Target bersama Yayasan Lentera Anak yang bekerjasama dengan lima Dinas Pendidikan di Indonesia yakni Kota Padang, Mataram, Bekasi, Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor dengan total 90 sekolah dampingan.

Dari hasil monitoring Tim Lentera Anak pada tahun 2016 ditemukan 61 merek rokok yang mengepung sekolah-sekolah di lima kota tersebut.

"Aksi yang dilakukan tiga sekolah ini merupakan lanjutan dari berbagai aksi kreatif tolak jadi target industri rokok yang dilakukan sejumlah sekolah pada Desember 2016 lalu," kata Fara, media officer Lentera Anak.

Ia menyebutkan penurunan iklan rokok di sekitar sekolah ini adalah bentuk penolakan siswa, guru serta masyarakat sekitar sekolah terhadap perusahaan rokok yang dengan sengaja meletakkan iklan rokok disekitar sekolah untuk menargetkan anak-anak sebagai perokok pengganti.

Selain itu, para pelajar ini juga telah menyosialisasikan mengenai penolakannya menjadi target industri rokok sekaligus menggalang dukungan dari siswa dan guru serta masyarakat sekitar sekolah mereka.

"Kampanye ini bertujuan untuk melindungi dan memperkuat anak-anak agar mampu menolak menjadi target industri rokok yang dengan sengaja menempatkan iklan rokok di sektar sekolah," katanya.

Fara menambahkan iklan rokok terbukti memiliki pengaruh kuat pada anak untuk mulai merokok. Sebagaimana disebutkan dalam hasil studi pada tahun 2007, sebanyak 46,3 persen anak mengaku terpengaruh merokok karena melihat iklan rokok.

"Kampanye ini diharapkan mampu menciptakan kesadaran kritis siswa, guru dan seluruh elemen masyarakat untuk menolak jadi target industri rokok yang semakin hari, semakin gencar menargetkan anak-anak sebagai konsumen mereka," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017