Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang juga epidemilog Universitas Indonesia (UI), DR. Dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc. memberikan tips untuk mengatasi lonjakan kasus COVID-19 pada saat libur akhir tahun.
"Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati, dan perlu dilakukan sebelum wabah besar kembali terjadi," kata Dr. Tri Yunis Miko Wahyono di Kampus UI Depok, Rabu.
Menurut dia protokol kesehatan adalah kunci dalam pencegahan COVID-19. Dengan melakukan protokol kesehatan yang tidak setengah-setengah, artinya dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka upaya pencegahan COVID-19 dapat berjalan dengan efektif. Walaupun tidak 100 persen, tetapi protokol kesehatan tersebut dapat menghindari peningkatan kasus COVID-19 dengan baik.
"Demi mengurangi kemungkinan penularan kasus, menjaga jarak dan menggunakan masker merupakan suatu keharusan, baik di tempat pariwisata, penginapan, restoran, atau tempat umum lainnya," katanya.
Baca juga: Prof Tjandra Yoga terima empat surat apresiasi berkat kontribusi semasa COVID-19
Dr. Tri Yunis Miko Wahyono menekankan bahwa kebijakan dan protokol kesehatan di tempat umum merupakan peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan dan ada hukuman yang berarti bagi pelanggarnya.
Selain itu, masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 seperti batuk, sesak napas, pilek, dan demam apalagi disertai batuk dianjurkan untuk tidak berkerumun dan tidak memaksakan diri untuk bepergian.
Mengingat saat ini sedang memasuki musim hujan yang kerap menimbulkan penyakit seperti flu dan batuk yang mirip dengan gejala COVID-19, masyarakat perlu lebih jeli dan proaktif melakukan pemeriksaan.
Dr. Miko mengatakan penyakit influensa atau batuk pilek yang disebabkan oleh virus influenzae A dan B serta oleh mikroogranisme lainnya sulit dibedakan dengan infeksi virus COVID-19.
Pemeriksaan khusus untuk COVID-19, virus influenzae, atau mikroorganisme lainnya diperlukan untuk mengetahui dengan pasti penyebab dari gejala-gejala tersebut.
Baca juga: Epidemiolog: Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap subvarian baru Arcturus
Bagi masyarakat yang berencana bepergian jauh, Dr. Miko menilai transportasi yang paling aman digunakan saat ini adalah pesawat terbang, disusul kereta api antarprovinsi, kemudian bus dan semua angkutan yang ketat dalam memberlakukan peraturan.
Penting juga untuk memilih hotel atau akomodasi yang memberlakukan protokol kesehatan. “Tetapi kebijakan pakai masker sekarang jarang dilakukan oleh masyarakat di semua tempat dan di semua angkutan. Oleh karena itu, Pemerintah harus menggaungkan lagi protokol kesehatan secara cermat dan adekuat agar transmisi COVID-19 dapat dikurangi,” ujarnya.
Untuk memantau dinamika dan perkembangan kasus COVID-19 di daerah tujuan liburan, Dr. Miko menilai surveilans kasus COVID-19 dan keberadaan reagen untuk pemeriksaan swab tenggorok harus segera dilakukan di semua kabupaten/kota di Indonesia.
Ia mengatakan surveilans ini seharusnya dilakukan sejak ditetapkannya pandemi berakhir, yaitu pada Maret 2023, hingga sekarang.
"Dengan surveilans kasus COVID-19 dan Whole Genome Sequencing Surveillance (WGSS) yang baik, kita dapat mengetahui penyebaran penyakit COVID-19 dan mutasi virusnya di Indonesia. Saat ini, mutasi virus COVID-19 di seluruh dunia terus terjadi," katanya.
Baca juga: UI mendapat 10 penghargaan PPKM Awards 2023
Dr. Miko mengatakan subvarian COVID-19 yang telah teridentifikasi di Indonesia, Singapura, dan Malaysia saat ini adalah XBB.1.5, EG.5 dan JN.1.
Ketiga subvarian itu merupakan subvarian dari varian Omicron dengan karakteristik penularan yang lebih cepat dan terkadang hadir tanpa gejala demam yang jelas.
Sementara itu, subvarian EG.1.dan EG.2 masih hanya teridentifikasi di Singapura. Namun, dengan terbukanya penerbangan internasional dan melonggarnya protokol kesehatan, subvarian tersebut mungkin dapat masuk ke Indonesia.
Dr. Miko berpendapat bahwa vaksinasi perlu digalakkan dengan harapan dapat mengurangi jumlah kasus yang berat di Indonesia. Akan tetapi, ia juga mengungkapkan bahwa vaksin yang dimiliki saat ini belum dapat mengantisipasi subvarian atau varian baru.
Hal ini memunculkan perdebatan apakah vaksin dapat mencegah infeksi atau sekedar mengurangi keparahan penyakit COVID-19. Oleh karena itu, di samping vaksinasi, masyarakat juga diimbau untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung probiotik karena dapat mencegah penyakit infeksi yang menular melalui droplet atau udara.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati, dan perlu dilakukan sebelum wabah besar kembali terjadi," kata Dr. Tri Yunis Miko Wahyono di Kampus UI Depok, Rabu.
Menurut dia protokol kesehatan adalah kunci dalam pencegahan COVID-19. Dengan melakukan protokol kesehatan yang tidak setengah-setengah, artinya dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka upaya pencegahan COVID-19 dapat berjalan dengan efektif. Walaupun tidak 100 persen, tetapi protokol kesehatan tersebut dapat menghindari peningkatan kasus COVID-19 dengan baik.
"Demi mengurangi kemungkinan penularan kasus, menjaga jarak dan menggunakan masker merupakan suatu keharusan, baik di tempat pariwisata, penginapan, restoran, atau tempat umum lainnya," katanya.
Baca juga: Prof Tjandra Yoga terima empat surat apresiasi berkat kontribusi semasa COVID-19
Dr. Tri Yunis Miko Wahyono menekankan bahwa kebijakan dan protokol kesehatan di tempat umum merupakan peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan dan ada hukuman yang berarti bagi pelanggarnya.
Selain itu, masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 seperti batuk, sesak napas, pilek, dan demam apalagi disertai batuk dianjurkan untuk tidak berkerumun dan tidak memaksakan diri untuk bepergian.
Mengingat saat ini sedang memasuki musim hujan yang kerap menimbulkan penyakit seperti flu dan batuk yang mirip dengan gejala COVID-19, masyarakat perlu lebih jeli dan proaktif melakukan pemeriksaan.
Dr. Miko mengatakan penyakit influensa atau batuk pilek yang disebabkan oleh virus influenzae A dan B serta oleh mikroogranisme lainnya sulit dibedakan dengan infeksi virus COVID-19.
Pemeriksaan khusus untuk COVID-19, virus influenzae, atau mikroorganisme lainnya diperlukan untuk mengetahui dengan pasti penyebab dari gejala-gejala tersebut.
Baca juga: Epidemiolog: Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap subvarian baru Arcturus
Bagi masyarakat yang berencana bepergian jauh, Dr. Miko menilai transportasi yang paling aman digunakan saat ini adalah pesawat terbang, disusul kereta api antarprovinsi, kemudian bus dan semua angkutan yang ketat dalam memberlakukan peraturan.
Penting juga untuk memilih hotel atau akomodasi yang memberlakukan protokol kesehatan. “Tetapi kebijakan pakai masker sekarang jarang dilakukan oleh masyarakat di semua tempat dan di semua angkutan. Oleh karena itu, Pemerintah harus menggaungkan lagi protokol kesehatan secara cermat dan adekuat agar transmisi COVID-19 dapat dikurangi,” ujarnya.
Untuk memantau dinamika dan perkembangan kasus COVID-19 di daerah tujuan liburan, Dr. Miko menilai surveilans kasus COVID-19 dan keberadaan reagen untuk pemeriksaan swab tenggorok harus segera dilakukan di semua kabupaten/kota di Indonesia.
Ia mengatakan surveilans ini seharusnya dilakukan sejak ditetapkannya pandemi berakhir, yaitu pada Maret 2023, hingga sekarang.
"Dengan surveilans kasus COVID-19 dan Whole Genome Sequencing Surveillance (WGSS) yang baik, kita dapat mengetahui penyebaran penyakit COVID-19 dan mutasi virusnya di Indonesia. Saat ini, mutasi virus COVID-19 di seluruh dunia terus terjadi," katanya.
Baca juga: UI mendapat 10 penghargaan PPKM Awards 2023
Dr. Miko mengatakan subvarian COVID-19 yang telah teridentifikasi di Indonesia, Singapura, dan Malaysia saat ini adalah XBB.1.5, EG.5 dan JN.1.
Ketiga subvarian itu merupakan subvarian dari varian Omicron dengan karakteristik penularan yang lebih cepat dan terkadang hadir tanpa gejala demam yang jelas.
Sementara itu, subvarian EG.1.dan EG.2 masih hanya teridentifikasi di Singapura. Namun, dengan terbukanya penerbangan internasional dan melonggarnya protokol kesehatan, subvarian tersebut mungkin dapat masuk ke Indonesia.
Dr. Miko berpendapat bahwa vaksinasi perlu digalakkan dengan harapan dapat mengurangi jumlah kasus yang berat di Indonesia. Akan tetapi, ia juga mengungkapkan bahwa vaksin yang dimiliki saat ini belum dapat mengantisipasi subvarian atau varian baru.
Hal ini memunculkan perdebatan apakah vaksin dapat mencegah infeksi atau sekedar mengurangi keparahan penyakit COVID-19. Oleh karena itu, di samping vaksinasi, masyarakat juga diimbau untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung probiotik karena dapat mencegah penyakit infeksi yang menular melalui droplet atau udara.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023