Majelis Nasional Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) menyebutkan bahwa kegagalan rencana pemerintah impor beras 1 juta ton dari China sudah diprediksi sejak awal.

"Memang sudah diprediksi, impor beras dari China tidak mungkin," kata anggota Majelis Nasional SKI Syaiful Bahari di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis.

Syaiful menyampaikan, China membutuhkan beras sebagai cadangan nasional untuk rakyatnya yang jumlahnya cukup banyak, mencapai sekitar 1,4 miliar penduduk.

Atas hal tersebut, China tidak mungkin memenuhi permintaan impor beras dari Indonesia .

Faktor lainnya juga karena harga yang ditawarkan kurang cocok dengan penawaran dari pemerintah.

Artinya, kata dia lagi, harga beras di China tidak sesuai dengan harga yang diinginkan Pemerintah Indonesia yang selama ini pelaksanaan impor beras diserahkan ke pihak ketiga.

“Jadi selama ini peran untuk mengimpor beras secara G-to-G itu tidak terjadi, yang ada adalah Indonesia menyerahkan pihak ketiga untuk mengimpor beras dan itu yang membuat harga beras di Tanah Air semakin mahal,” katanya pula.

Dia mengaku ragu kalau harga beras domestik akan mengalami penurunan, mengingat saat ini masalahnya terdapat indikasi pengiriman beras impor tidak langsung dari negara eksportir ke Indonesia. Melainkan lewat Singapura dan menggunakan kapal-kapal negara tersebut untuk shipment ke Indonesia.

"Jadi itu menurut saya yang membuat harga beras tidak akan pernah turun,” kata dia lagi.

Disebutkan di berbagai daerah, kini masyarakat mulai mengeluhkan harga beras yang semakin mahal.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dikutip dari laman Kemenkeu, pada Rabu (8/11) juga menyebutkan kenaikan harga pangan akibat El Nino telah terjadi.

Ia mengatakan, harga beras meningkat cukup tajam dalam enam bulan terakhir dan itu menyebabkan juga volatile inflation yang berasal dari food menjadi salah satu kontributor terbesar. 
 

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023