Tim Pengabdi Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia (UI) melakukan revitalisasi rumah adat Suku Modo sekaligus mengembangkan industri kreatif dengan mengembangkan potensi wisata di Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketua Tim Pengmas UI Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum., di Kampus UI Depok, Senin berharap agar rumah adat yang sudah dibangun oleh UI dan suku Modo dapat dimanfaatkan menjadi pusat kegiatan pelestarian budaya sekaligus menjadi destinasi wisata di Desa Komodo.

"Hal ini sebagai upaya pemajuan kebudayaan sekaligus pengembangan industri kreatif, khususnya sektor wisata," katanya.

Baca juga: FK UI edukasi seputar kesehatan reproduksi pranikah pada calon pengantin dukung program KKBPK

Bersama dengan masyarakat adat suku Modo, Tim Pengmas UI kembali menghadirkan peradaban lama tersebut dalam bentuk rumah adat.

Dekan FIB UI Dr. Bondan Kanumoyoso mengatakan dibangunnya rumah adat ini merupakan bentuk komitmen kami dalam mendampingi warga Desa Komodo untuk melestarikan warisan budaya yang dimiliki sekaligus membangun potensi wisata budaya.

Peresmian rumah adat suku Modo ini ditandai dengan serah terima dari pihak UI sekaligus pemotongan pita oleh Direktur Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) UI, Prof. Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D. kepada Kepala Suku Modo pada Sabtu (14/10) di Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Suku Modo adalah suku asli dari desa yang tinggal di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Mereka berperan aktif dalam melindungi dan menjaga pelestarian satwa komodo di pulau ini.

Baca juga: Mahasiswa UI gelar Program Pengmas Depok Kita 2023 di Kampung KB Cipayung Jaya

Hal ini dapat dilihat dari adat dan budaya suku Modo yang meyakini bahwa leluhur orang Modo dan satwa Komodo adalah sama, yang lahir dari satu rahim. Mitos manusia lahir kembar dengan komodo merupakan sebuah pengetahuan yang terus diwariskan kepada anak cucu suku Modo.

Oleh karena itu, hingga saat ini suku Modo dan satwa komodo dapat hidup berdampingan dan saling jaga.

Berdasarkan hasil kajian awal dari Tim Pengabdian Masyarakat (pengmas) Universitas Indonesia (UI), didapatkan informasi bahwa suku Modo memiliki peradaban yang panjang.

Salah salah satu literatur tertua mengenai Pulau Komodo tertulis dalam Naskah Bo Sangaji Kai, naskah kuno milik Kerajaan Bima, aslinya ditulis menggunakan aksara Bima. Naskah ini kemudian ditulis ulang pada abad ke-19 dengan menggunakan huruf Arab-Melayu. Pulau Komodo pada saat itu merupakan wilayah dari Kesultanan Bima.

Baca juga: UI edukasi warga Desa Sukajaya Sumedang hasilkan produk rempah bernilai tinggi

Kedatangan misionaris Belanda di Kabupaten Manggarai turut ikut campur dalam hal tersebut, yaitu memberikan kekuasaan Pulau Komodo dari Sultan Bima kepada Raja Manggarai pada awal abad 19.

Bagi masyarakat adat, memiliki rumah adat merupakan identitas dan lambang kebanggaan yang membedakan dengan suku lainnya. Munculnya kesadaran masyarakat suku Modo untuk terus mempertahankan budaya dan tradisi yang mereka miliki adalah dengan masih terus terjaganya nilai-nilai spiritual dan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang suku mereka.

Sayangnya, jejak peradaban suku Modo hingga saat ini masih sulit dilacak. Beberapa hal yang masih kuat adalah tradisi lisan. Sementara itu, hal-hal fisik seperti baju adat, rumah adat, dan simbol-simbol lainnya sudah tidak ditemukan.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023