Jakarta (Antara Megapolitan) - Air kran tidak mengalir, tisu beserakan, jejak kaki penuh tanah di lantai hingga lampu tidak menyala, adalah sederet gambaran yang mudah ditemukan di toilet/WC berbagai tujuan wisata di Tanah Air saat liburan.

Tengok saja keadaan WC di lokasi tujuan wisata di mana pun, apalagi di daerah. WC jorok seakan telah begitu melekat dengan gambaran pariwisata di Indonesia selama puluhan tahun ini. Sehingga banyak pihak yang merasa geram karena menilai tak ada upaya yang serius dari pemerintah untuk menghapuskan noda kotor di wajah pariwisata Indonesia.

Keluhan WC jorok akhirnya sampai ke telinga Presiden Jokowi yang kemudian menjadi perhatian industri pariwisata belakangan ini. Presiden menyentil Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk memperbaiki kebersihan WC di destinasi wisata. Hasil survei internasional memperkuat tuduhan Indonesia sebagai negara yang punya sanitasi yang rendah.

Presiden Joko Widodo bahkan mengancam akan mencopot Menteri Pariwisata Arief Yahya jika tak berhasil mencapai target kunjungan wisata yang telah ditetapkan pemerintah tersebut. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Pimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia beberapa waktu lalu.

Jokowi mengatakan bahwa dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, maka Indonesia sangat ketinggalan dalam hal perolehan wisatawan ke negaranya. Thailand misalnya, sudah mampu menarik 29 juta wisatawan dan Malaysia sudah mencapai 24 juta.

"Padahal destinasi, lokasi tujuan wisata kita lebih baik dan banyak, tetapi hanya 9 juta saja. Target Kemenpar pada tahun 2019 kunjungan turis asing sebesar 20 juta orang. Kalau enggak ketemu 20 juta, ya dicopot," ucap Jokowi.

Saat ini, pemerintah sedang mengembangkan 10 tujuan wisata baru, di antaranya adalah Danau Toba, Wakatobi, Pulau Komodo, Labuan Bajo, Mandalika dan Nusa Tenggara Timur. Saat ini iklan promosi wisata Indonesia telah ditayangkan di berbagai penjuru dunia mulai dari New York, Paris hingga London.

Masalah kebersihan WC juga menjadi sorotan anggota DPR.   Pertanyaan seputar masalah sanitasi dan solusinya menjadi topik hangat yang kerap diajukan anggota dewan kepada pihak Kemenpar. Seperti lagu lama yang diputar berulang-ulang di ruang sidang.

Para anggota dewan pantas bertanya karena khawatir soal sanitasi akan menjadi ganjalan bagi tercapainya target kunjungan wisata yang dicanangkan pemerintah Jokowi yaitu 20 juta pada tahun 2019.

   
Langkah Kemenpar

Menteri Pariwisata Arief Yahya bukan tak menyadari kondisi ini. Bahkan dalam berbagai kesempatan, Arief Yahya mengatakan bahwa kondisi WC di berbagai objek wisata di Indonesia sudah berada pada level sangat buruk dan memalukan.

"Dalam soal kebersihan dan sanitasi wisata, Indonesia ada di peringkat 109 dari 141 negara dalam Indeks Daya Saing Wisata dan Perjalanan Wisata (TTCI). Salah satu penyebab buruknya sanitasi dan kebersihan adalah kurangnya fasilitas toilet bersih di berbagai objek wisata khususnya di pegunungan dan pantai," kata Menteri.

Itu sebabnya kementerian pariwisata pun bergegas mengambil langkah dengan mencanangkan pembangunan 50.000 toilet dengan skema KPR yang tersebar di seluruh Indonesia.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan mendukung pembiayaan bagi pembangunan 50.000 sarana toilet umum ini dan ini merupakan dukungan BTN terhadap pengembangan pariwisata di Indonesia.

    
Belajar dari Jiran

Kementerian Pariwisata Indonesia tampaknya bisa belajar dari Malaysia dalam hal memberesi masalah sanitasi. Salah satunya adalah bagaimana upaya mereka dalam mendorong kebersihan WC menjadi isu penting dan bersifat nasional yang harus diperhatikan oleh seluruh pihak, termasuk pelaku usaha industri pariwisata di Malaysia.

Sejak tahun 2010, misalnya, pihak Kementerian Pariwisata di Malaysia telah terlibat dalam kompetisi "Anugerah Tandas Bersih 1Malaysia" yang mempertandingkan kebersihan tandas (WC dalam bahasa Indonesia) di antara berbagai institusi atau lembaga yang ada di seluruh Malaysia.

Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia menjadi salah satu pihak yang mendukung pemberian anugerah ini, selain Kementerian Kesehatan dan Pendidikan. Adapun penggagas acara ini adalah pihak Kementerian Perumahan Malaysia.

Para peserta kompetisi yang terdiri dari berbagai institusi mulai dari pemerintahan daerah, pendidikan (sekolah), pengelola stasiun pemberhentian bus, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), pengelola rumah ibadah dan pengelola kawasan wisata ditantang untuk bisa memenuhi seluruh standar kebersihan sebuah WC yang telah ditetapkan oleh pihak panitia penyelenggara. Anugerah ini memang memiliki 12 kategori dan penghargaan diberikan di tingkat kebangsaan (nasional).

Bahkan mantan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi yang akrab dipanggil "Pak Lah" pada masa pemerintahannya seringkali tampil di TV nasional mengampanyekan kebersihan toilet dan mengatakan bahwa dari WC umum inilah cermin kebersihan Malaysia. Bayangkan, seorang perdana menteri turun langsung dalam kampanye "tandas" (WC) bersih.

Tak heran jika Malaysia akhirnya mampu menarik banyak wisatawan mancanegara untuk melancong ke berbagai tujuan wisata.

Data Kementerian Pariwisata Malaysia menunjukkan bahwa angka wisatawan yang datang ke negara itu senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2010 jumlah wisatawan hanya mencapai 24,58 juta, maka tahun 2014 angkanya telah menjadi 27,4 juta. Bandingkan dengan jumlah wisatawan ke Malaysia yang hanya mencapai 16,4 juta saja pada tahun 2005.

 Jadi, inilah saatnya pemerintah Indonesia, pemerintah daerah dan segenap pelaku usaha industri wisata di Tanah Air memberikan kepedulian yang lebih besar terhadap kebersihan berbagai WC umum di seluruh objek wisata di Tanah Air. Jangan sampai hanya karena urusan buang hajat target 20 juta wisatawan di Indonesia gagal diraih.

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016