Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), menyatakan ribuan ikan mati di pesisir Pantai Sasa Ternate akibat pencemaran limbah organik.
"Berdasarkan hasil uji laboratorium dari Water Laboratory Nusantara di Kota Manado, penyebab ribuan ikan mati di pesisir Pantai Sasa Ternate, akibat adanya limbah organik dari dua pabrik tahu dan pembuangan limbah cair dari warga sekitar," kata Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate Syarif Tjan di Ternate, Kamis.
Dia menyebut setelah DLH mengantongi sampel dari pabrik tahu dan memeriksa limbah parameter air limbah yang keluar dari IPAL pabrik tersebut tidak memadai untuk menampung limbah.
Baca juga: Penggunaan ekoenzim perbaiki kualitas dan kurangi pencemaran air Danau Toba
"Dua pabrik itu memang telah mengantongi IPAL, hanya saja volume IPAL yang tidak memadai untuk penampungan limbah, sehingga langkah yang harus diambil adalah menambah daya tampung, agar retensi waktu air limbah dan prosesnya maksimal.
Oleh karena itu, kata Syarif, DLH mengambil langkah lain yakni menanam bakau atau mangrove di area sekitar, agar sedimentasi air yang mengandung lemak limbah organik bisa direduksi.
Syarif memaparkan ada beberapa dugaan yang membuat fenomena ribuan ikan mendadak mati di Pantai Sasa, pertama biasanya ikan mati akibat terlalu banyak mengkonsumsi limbah organik.
Baca juga: Air Sungai Cileungsi kembali menghitam dan ikan-ikan mati
"Ini dugaan kami sementara karena tingginya limbah organik di pesisir pantai mengakibatkan terjadi peledakan planktong ikan. Sebenarnya limbah organik ini bagus untuk pakan ikan tapi jika terlalu banyak atau melebihi daya dukung perairan maka dapat menimbulkan peledakan planktong," katanya.
Selain itu, pada saat planktong banyak ikan mengambil oksigen karena mengalami kesulitan bernafas, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Berdasarkan hasil uji laboratorium dari Water Laboratory Nusantara di Kota Manado, penyebab ribuan ikan mati di pesisir Pantai Sasa Ternate, akibat adanya limbah organik dari dua pabrik tahu dan pembuangan limbah cair dari warga sekitar," kata Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate Syarif Tjan di Ternate, Kamis.
Dia menyebut setelah DLH mengantongi sampel dari pabrik tahu dan memeriksa limbah parameter air limbah yang keluar dari IPAL pabrik tersebut tidak memadai untuk menampung limbah.
Baca juga: Penggunaan ekoenzim perbaiki kualitas dan kurangi pencemaran air Danau Toba
"Dua pabrik itu memang telah mengantongi IPAL, hanya saja volume IPAL yang tidak memadai untuk penampungan limbah, sehingga langkah yang harus diambil adalah menambah daya tampung, agar retensi waktu air limbah dan prosesnya maksimal.
Oleh karena itu, kata Syarif, DLH mengambil langkah lain yakni menanam bakau atau mangrove di area sekitar, agar sedimentasi air yang mengandung lemak limbah organik bisa direduksi.
Syarif memaparkan ada beberapa dugaan yang membuat fenomena ribuan ikan mendadak mati di Pantai Sasa, pertama biasanya ikan mati akibat terlalu banyak mengkonsumsi limbah organik.
Baca juga: Air Sungai Cileungsi kembali menghitam dan ikan-ikan mati
"Ini dugaan kami sementara karena tingginya limbah organik di pesisir pantai mengakibatkan terjadi peledakan planktong ikan. Sebenarnya limbah organik ini bagus untuk pakan ikan tapi jika terlalu banyak atau melebihi daya dukung perairan maka dapat menimbulkan peledakan planktong," katanya.
Selain itu, pada saat planktong banyak ikan mengambil oksigen karena mengalami kesulitan bernafas, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023