London (Antara Megapolitanra ) - Gerakan bela Al Quran sebagian besar ditanggapi positif umat muslim Indonesia di luar negeri khususnya komunitas muslimah Mutiara Umat Indonesia di Eropa, seperti Inggris dan Norwegia, mengharapkan aksi umat Islam yang tulus jangan dipolitisasi.
Hal itu terungkap dalam kajian online bertema "Bela Islam, Bela Al Quran" yang digelar komunitas muslimah Mutiara Umat merespon berita yang terjadi di Tanah Air, demikian staf dosen IPDN dan mahasiswi riset Ilmu politik, Universitas Essex, UK, Hasna Azmi Fadhilah kepada Antara London, Senin.
Dikatakan, pernyataan Basuki Tjahaya Purnama terkait Surat Al Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu berbuntut menggerakkan massa untuk melakukan aksi bela Islam, menarik perhatian kalangan umat muslim tidak hanya di Indonesia tapi dunia, termasuk komunitas muslim Indonesia di beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Norwegia.
Acara dimoderatori Maya Puspitasari, kandidat doktor dari University of Glasgow mendatangkan lima narasumber antara lain Mela Amalia Mustika, alumnus UIN Sunan Gunung Djati, Bandung yang kini menetap di Liverpool, dr. Dyah Mustikaning Pitha Prawesti, SpOG Divisi Muslimah Kibar UK, Hasna Azmi Fadhilah (staf dosen IPDN dan mahasiswi riset Ilmu politik, Universitas Essex, UK, Ummu Syakira muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dan Arie Vatresia staf dosen Universitas Bengkulu dan kandidat doktor di Universitas Birmingham, UK.
Kajian online bertema: Bela Islam, Bela Al Quran membedah gerakan umat Islam di Indonesia yang menuntut agar calon petahana Gubernur DKI ditahan oleh kepolisian.
Dan kali ini, bukan hanya ahli tafsir dan perwakilan dari Keluarga Muslim Indonesia di Britania Raya (Kibar) yang diundang, perwakilan dari pengamat politik dari Indonesia dan muslimah Hizbut Tahrir turut membahas kompleksitas kasus Ahok-panggilan dari Incumbent gubernur ini- dari ranah politik, hukum, dan budaya Islam.
Santernya berita gerakan bela Al Quran sebagian besar ditanggapi positif oleh umat muslim Indonesia yang bermukim di luar negeri. Meskipun ada yang menganggap pernyataan maaf Basuki Tjahaya Purnama sudah menunjukkan sikap ksatria, namun perwakilan Kibar menyatakan tetap mendukung tuntutan umat muslim di Tanah Air untuk mengasut kasus tersebut secara adil karena kasus penistaan agama yang sebelumnya pernah terjadi di Indonesia selalu diusut tuntas dan pelakunya dihukum.
Merespon kekhawatiran kaum muslim yang takut akan meruncingnya konflik personal dengan kaum minoritas di Indonesia, Ummu Syakira menyebutkan aksi damai dilakukan bertujuan menuntut keadilan atas perbuatan individu. Sehingga ketakutan kaum minoritas sebaiknya dijawab dengan akhlakul karimah diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk itu, sebagai umat muslim, diharapkan tetap menjaga hubungan baik dengan saudara setanah air yang berbeda keyakinan maupun latar belakang budaya agar hasutan oknum yang ingin menjatuhkan Islam dan mencederai perdamaian umat beragama di Indonesia dapat dicegah.
Kompleksitas kasus ini tidak hanya membawa Ahok sebagai tersangka kasus penistaan agama, tapi juga menyeret beberapa politisi dan tokoh lain dengan tuduhan makar. Sikap pemerintah tentu saja lahir dari kekhawatiran akan tertularnya situasi Arab Spring di Indonesia dan juga persaingan sengit ketiga pasangan calon gubernur di pilkada DKI Jakarta tahun depan.
Dengan adanya kekeliruan analisis pemerintah, seluruh narasumber melalui forum ini berharap kepolisian dapat memberikan keputusan seadil-adilnya terhadap kasus Ahok karena umat muslim yang melakukan aksi secara tulus bergerak memohon keadilan dari pihak berwenang tanpa campur tangan para politisi.
Diharapkan umat muslim dan juga pemimpin di tingkat nasional maupun di daerah berhati-hati dalam bersikap agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi sehingga situasi damai di Indonesia dapat terjaga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Hal itu terungkap dalam kajian online bertema "Bela Islam, Bela Al Quran" yang digelar komunitas muslimah Mutiara Umat merespon berita yang terjadi di Tanah Air, demikian staf dosen IPDN dan mahasiswi riset Ilmu politik, Universitas Essex, UK, Hasna Azmi Fadhilah kepada Antara London, Senin.
Dikatakan, pernyataan Basuki Tjahaya Purnama terkait Surat Al Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu berbuntut menggerakkan massa untuk melakukan aksi bela Islam, menarik perhatian kalangan umat muslim tidak hanya di Indonesia tapi dunia, termasuk komunitas muslim Indonesia di beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Norwegia.
Acara dimoderatori Maya Puspitasari, kandidat doktor dari University of Glasgow mendatangkan lima narasumber antara lain Mela Amalia Mustika, alumnus UIN Sunan Gunung Djati, Bandung yang kini menetap di Liverpool, dr. Dyah Mustikaning Pitha Prawesti, SpOG Divisi Muslimah Kibar UK, Hasna Azmi Fadhilah (staf dosen IPDN dan mahasiswi riset Ilmu politik, Universitas Essex, UK, Ummu Syakira muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dan Arie Vatresia staf dosen Universitas Bengkulu dan kandidat doktor di Universitas Birmingham, UK.
Kajian online bertema: Bela Islam, Bela Al Quran membedah gerakan umat Islam di Indonesia yang menuntut agar calon petahana Gubernur DKI ditahan oleh kepolisian.
Dan kali ini, bukan hanya ahli tafsir dan perwakilan dari Keluarga Muslim Indonesia di Britania Raya (Kibar) yang diundang, perwakilan dari pengamat politik dari Indonesia dan muslimah Hizbut Tahrir turut membahas kompleksitas kasus Ahok-panggilan dari Incumbent gubernur ini- dari ranah politik, hukum, dan budaya Islam.
Santernya berita gerakan bela Al Quran sebagian besar ditanggapi positif oleh umat muslim Indonesia yang bermukim di luar negeri. Meskipun ada yang menganggap pernyataan maaf Basuki Tjahaya Purnama sudah menunjukkan sikap ksatria, namun perwakilan Kibar menyatakan tetap mendukung tuntutan umat muslim di Tanah Air untuk mengasut kasus tersebut secara adil karena kasus penistaan agama yang sebelumnya pernah terjadi di Indonesia selalu diusut tuntas dan pelakunya dihukum.
Merespon kekhawatiran kaum muslim yang takut akan meruncingnya konflik personal dengan kaum minoritas di Indonesia, Ummu Syakira menyebutkan aksi damai dilakukan bertujuan menuntut keadilan atas perbuatan individu. Sehingga ketakutan kaum minoritas sebaiknya dijawab dengan akhlakul karimah diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk itu, sebagai umat muslim, diharapkan tetap menjaga hubungan baik dengan saudara setanah air yang berbeda keyakinan maupun latar belakang budaya agar hasutan oknum yang ingin menjatuhkan Islam dan mencederai perdamaian umat beragama di Indonesia dapat dicegah.
Kompleksitas kasus ini tidak hanya membawa Ahok sebagai tersangka kasus penistaan agama, tapi juga menyeret beberapa politisi dan tokoh lain dengan tuduhan makar. Sikap pemerintah tentu saja lahir dari kekhawatiran akan tertularnya situasi Arab Spring di Indonesia dan juga persaingan sengit ketiga pasangan calon gubernur di pilkada DKI Jakarta tahun depan.
Dengan adanya kekeliruan analisis pemerintah, seluruh narasumber melalui forum ini berharap kepolisian dapat memberikan keputusan seadil-adilnya terhadap kasus Ahok karena umat muslim yang melakukan aksi secara tulus bergerak memohon keadilan dari pihak berwenang tanpa campur tangan para politisi.
Diharapkan umat muslim dan juga pemimpin di tingkat nasional maupun di daerah berhati-hati dalam bersikap agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi sehingga situasi damai di Indonesia dapat terjaga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016