Peneliti Institut Pertanian Bogor Profesor Endang Warsiki memaparkan tiga konsep perkembangan teknologi kemasan yang perlu diketahui masyarakat agar aman dalam mengkonsumsi makanan dan produk lain yang dikemas.

Dalam jumpa pers pra orasi ilmiah secara daring, Kamis, Ia mengatakan, menyikapi masalah makanan dalam kemasan yang telah rusak sebelum kadaluarsa terlihat kasat mata oleh konsumen ada pengetahuan yang perlu disampaikan baik kepada produsen maupun konsumen mengenai teknologi kemasan.

"Jadi sebetulnya sudah banyak dilakukan oleh para produsen untuk membuat makanan tidak mudah rusak, seperti menaruh kemasan, saat ini banyak bahannya sintetis atau chemical di dalam kotak kecil di dalam kemasan, itu salah satu usaha, meskipun bisa lebih ramah lingkungan dengan garam misalnya," kata Profesor Endang.

Baca juga: IPB: Kain dari limbah sawit era masa depan

Profesor Endang menjelaskan bahwa perjalanan produk sudah mengalami proses panjang sejak di dalam perjalanan hingga dijajakan di dalam rak penjualan, sehingga produk meskipun dalam kemasan sudah berpotensi rusak sejak di jalan.

Konsep dan teknik pengemasan produk oleh produsen penting untuk mempengaruhi umur layak pakai atau layak makan oleh konsumen hingga waktu kadaluarsa yang ditentukan.

Endang menerangkan, yang pertama adalah konsep kemasan aktif yang dapat memberikan perlindungan lebih baik dan lebih lama untuk produk dalam kemasan sehingga penjaminan kualitas produk dapat dipercaya.

Salah satu kemasan aktif yang telah dikembangkan adalah kemasan antimikroba, kemasan aktif penjerap etilen, karton penunda kematangan, desikan komposit untuk gula semut terjaga kering.

Baca juga: IPB bersama PT Biolife luncurkan obat asam urat herbal

Perkembangan kemasan modern yang kedua adalah kemasan cerdas, yaitu kemasan yang dapat berkomunikasi dengan konsumen dan memberitahukan serta memonitor kesegaran produk secara berkala.

Kemasan ini dapat berupa indikator/sensor yang memberikan perubahan pada label kemasan yang ditempelkan di dalam atau di luar kemasan.

Perubahan ini bisa diperlihatkan dengan perubahan warna yang dapat dilihat dengan mata. Contoh, kata dia, pengembangan kemasan cerdas indikator daun erpa telah berhasil mendeteksi kerusakan susu segar pasteurisasi, kebusukan ikan, daging dan produk olahannya dan melihat kematangan buah tanpa pencet- pencet.

Konsep ketiga, kemasan intelijen yang mengacu pada penggunaan teknologi dan fitur canggih dalam kemasan produk untuk memberikan fungsionalitas dan manfaat tambahan, di luar fungsi dasar kemasan sebagai wadah dan perlindungan.

Baca juga: Inovasi baru, tas jinjing dari ampas tebu karya mahasiswa IPB

Penggunaan dan penggabungan alat sensor, indikator, atau komponen elektronik lainnya ke dalam bahan atau desain kemasan ditujukan untuk meningkatkan kinerja, keamanan, dan penjaminan mutu produk yang dikemas.

Sebagai contoh kasus adalah perekaman suhu, kelembaban dan emisi gas etilen pada ruang kontainer untuk transportasi buah segar.

Pada perangkat ini, sistem dimungkinkan untuk menghubungkan perangkat melalui jaringan internet sehingga perangkat dapat mengirimkan peringatan dan pemberitahuan kondisi kontainer kepada yang berkepentingan, baik produsen, jasa truk, sopir, pembeli dan ritel.

Dengan demikian perangkat dapat bertindak sebagai penjamin kualitas produk.

Profesor Endang menyampaikan, sebagai kesimpulan bahwa menjaga kualitas dan keamanan pangan merupakan salah satu fungsi dalam kemasan modern. Sistem pengemasan aktif akan memberikan jaminan kualitas produk lebih lama sehingga kesegaran tetap terjaga sampai di tangan konsumen.

Sedangkan kemasan cerdas mampu menginformasikan kepada konsumen tentang kualitas produk dan kesesuaiannya untuk dikonsumsi dan kemasan intelijen berdasarkan indikator, sensor, perekam, data, grafik dan lain lain, dapat memastikan dan memantau kualitas secara berkala untuk produk agroindustri.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023