Bekasi, 6/11 (Antara) - Puluhan ribu warga yang tinggal di sepanjang tepian Sungai Cileungsi, Cikeas dan Kali Bekasi hingga kini masih mengandalkan informasi waspada banjir yang dikirim dari dua orang petugas pantau telemetri.
"Dua orang inilah yang selama ini memiliki jasa kepada warga di sekitar tepian sungai atas perannya menginformasikan tinggi muka air (TMA) di Sungai Cileungsi, Cikeas dan Kali Bekasi secara tepat dan akurat, sehingga warga dapat lebih waspada terhadap datangnya banjir kiriman dari wilayah hulu," kata Penasehat Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman di Bekasi, Minggu.
Menurut dia, sumber data terkait TMA ketiga sungai itu bersumber dari informasi yang dikirim oleh petugas pantau telemetri di hulu sungai kepada pihaknya untuk diteruskan secara luas kepada 2.000 perwakilan warga dari 20 perumahan yang berdomisili di sepanjang tepian sungai lewat media sosial Whatsapp dan Telegram.
"Bahkan data kami di KP2C ini telah menjadi rujukan bagi pemerintah pusat melalui Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan petugas Bendung Kali Bekasi," katanya.
Puarman mengaku menyayangkan kebijakan pemerintah yang hanya mengaktifkan petugas piket banjir selamam musim hujan yakni 1 Oktober hingga 31 Merat, di luar waktu itu kedua petugas tidak aktif melakukan pemantauan.
"Untuk itu, kami berinisiatif memperpanjang masa tugas petugas pantau telemetri menjadi sepanjang tahun, di musim hujan maupun kemarau dengan honor operasional yang diberikan secara swadaya melalui kas KP2C," katanya.
Keputusan KP2C untuk tetap mengaktifkan petugas pantau pada 1 April hingga 30 september 2016 sangat tepat.
Buktinya selama priode tersebut terjadi empat kali banjir, yaitu pada 21 April, 24 Mei, 3 Juli dan 4 September 2016.
"Informasi yang kami kirim kepada warga membuat mereka lebih waspada dan bisa memiliki waktu luang yang lebih untuk proses evakuasi harta beda," katanya.
Kedua petugas pantau telemetri itu adalah Iyan (50) yang bertugas mengawasi TMA Sungai Cileungsi dan Ardi (26) yang bertugas mengawasi TMA Cikeas.
"Tugas saya adalah menginformasikan TMA kepada dua pihak, yakni KP2C dan BBWSCC. Kalau situasi TMA normal, saya kirim data dua kali pagi dan sore. Tapi kalau sedang tinggi, saya update setiap 15 menit sekali selama 24 jam," kata Petugas Pantau Telemetri Cileungsi Iyan.
Menurut dia, pos pantau TMA Cileungsi berlokasi di Desa Telajung Udik RT01/RW21, Kecamatan Gunung Putri Bogor.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileungsi selama ini menjadi pemicu banjir bagi 20 perumahan di sepanjang tepian sungai di antaranya Villa Nusa Indah (VNI) I, II dan III, Villa Jatirasa, Perumahan Pondokgede Permai, Kemang Ifi Graha, Pondok Mitra Lestrari, PPA, Jaka Kencana, Kemang Pratama dan Kompleks Margahayu.
"Kalau di Sumurbatunya hujan lebat di atas 4 jam, sudah bisa dipastikan TMA naik sekitar 250 centimeter dan berpotensi banjir di perumahan tepian sungai dalam waktu 4 jam. Sehingga saya harus benar-benar menyajikan data yang akurat agar masyarakat tidak resah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Dua orang inilah yang selama ini memiliki jasa kepada warga di sekitar tepian sungai atas perannya menginformasikan tinggi muka air (TMA) di Sungai Cileungsi, Cikeas dan Kali Bekasi secara tepat dan akurat, sehingga warga dapat lebih waspada terhadap datangnya banjir kiriman dari wilayah hulu," kata Penasehat Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman di Bekasi, Minggu.
Menurut dia, sumber data terkait TMA ketiga sungai itu bersumber dari informasi yang dikirim oleh petugas pantau telemetri di hulu sungai kepada pihaknya untuk diteruskan secara luas kepada 2.000 perwakilan warga dari 20 perumahan yang berdomisili di sepanjang tepian sungai lewat media sosial Whatsapp dan Telegram.
"Bahkan data kami di KP2C ini telah menjadi rujukan bagi pemerintah pusat melalui Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan petugas Bendung Kali Bekasi," katanya.
Puarman mengaku menyayangkan kebijakan pemerintah yang hanya mengaktifkan petugas piket banjir selamam musim hujan yakni 1 Oktober hingga 31 Merat, di luar waktu itu kedua petugas tidak aktif melakukan pemantauan.
"Untuk itu, kami berinisiatif memperpanjang masa tugas petugas pantau telemetri menjadi sepanjang tahun, di musim hujan maupun kemarau dengan honor operasional yang diberikan secara swadaya melalui kas KP2C," katanya.
Keputusan KP2C untuk tetap mengaktifkan petugas pantau pada 1 April hingga 30 september 2016 sangat tepat.
Buktinya selama priode tersebut terjadi empat kali banjir, yaitu pada 21 April, 24 Mei, 3 Juli dan 4 September 2016.
"Informasi yang kami kirim kepada warga membuat mereka lebih waspada dan bisa memiliki waktu luang yang lebih untuk proses evakuasi harta beda," katanya.
Kedua petugas pantau telemetri itu adalah Iyan (50) yang bertugas mengawasi TMA Sungai Cileungsi dan Ardi (26) yang bertugas mengawasi TMA Cikeas.
"Tugas saya adalah menginformasikan TMA kepada dua pihak, yakni KP2C dan BBWSCC. Kalau situasi TMA normal, saya kirim data dua kali pagi dan sore. Tapi kalau sedang tinggi, saya update setiap 15 menit sekali selama 24 jam," kata Petugas Pantau Telemetri Cileungsi Iyan.
Menurut dia, pos pantau TMA Cileungsi berlokasi di Desa Telajung Udik RT01/RW21, Kecamatan Gunung Putri Bogor.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileungsi selama ini menjadi pemicu banjir bagi 20 perumahan di sepanjang tepian sungai di antaranya Villa Nusa Indah (VNI) I, II dan III, Villa Jatirasa, Perumahan Pondokgede Permai, Kemang Ifi Graha, Pondok Mitra Lestrari, PPA, Jaka Kencana, Kemang Pratama dan Kompleks Margahayu.
"Kalau di Sumurbatunya hujan lebat di atas 4 jam, sudah bisa dipastikan TMA naik sekitar 250 centimeter dan berpotensi banjir di perumahan tepian sungai dalam waktu 4 jam. Sehingga saya harus benar-benar menyajikan data yang akurat agar masyarakat tidak resah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016