Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menyebutkan bahwa rencana pembangunan Jalan Tol Puncak-Cianjur membutuhkan kajian mendalam mengenai aspek dampak lingkungan sekitar.
"Sebelum ada kepastian dari kajian dampak lingkungan dan potensi kebencanaan alam, sebaiknya (pembangunan) perlu dikaji lebih mendalam," ujar Yayat, di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
Menurut dia, kajian mendalam itu berkaitan dengan lahan calon Jalan Tol Puncak-Cianjur yang akan melewati kawasan rentan perubahan bentang alam dan potensi longsoran.
"Ini sama juga dengan wacana Jalur Puncak II. Sama-sama melintasi kawasan yang rentan. Jalan Tol Puncak-Cianjur lebih sensitif lagi dengan masalah lingkungan dan kawasan hutan," kata Yayat yang juga Anggota Tim Percepatan Pembangunan Strategis (TP2S) Kabupaten Bogor itu pula.
Baca juga: Menangani overload Jalur Puncak Bogor, dari kereta gantung hingga jalan tol
Yayat menjelaskan, dengan perubahan bentang alam karena adanya pembangunan jalan, maka akan mengubah kondisi lingkungan yang dilintasi jalan Tol Puncak-Cianjur.
Pembangunan Jalan Tol Puncak-Cianjur dan Jalur Puncak II telah tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2023 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah untuk menata kawasan Puncak.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa Jalan Tol Puncak-Cianjur merupakan tindak lanjut atas aspirasi masyarakat Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur yang kerap menjadi korban kemacetan di Jalur Puncak.
Baca juga: Pemkab Bogor turut andil proses pembangunan Jalan Tol Caringin - Puncak
Ridwan Kamil menyebut wilayah yang akan dilewati jalan Tol Puncak-Cianjur, yakni mulai Kecamatan Caringin, Megamendung di Kabupaten Bogor hingga keluar di Kabupaten Cianjur.
"Dari Caringin, Megamendung, sampai Cianjur, yang nanti akan disambung dari Cianjur ke Padalarang. Nanti bisa disambung oleh Tol Cigatas ke Garut-Tasik-Ciamis-Banjar-Pangandaran, yang sedang dalam proses pembebasan lahan," kata Ridwan Kamil.
Menurut Ridwan Kamil, jika Tol Puncak-Cianjur mulai beroperasi bersamaan dengan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) akan mendongkrak perekonomian Jawa Barat.
"Jalur Jawa Barat Selatan akan kuat ekonomi dan jalur infrastruktur jalannya," ujarnya.
Baca juga: PUPR: Jalan Tol Puncak dan 5 proyek tol lain dalam tahap penyiapan lelang pada 2024
Pembangunan Tol Puncak-Cianjur akan dibagi dalam lima seksi. Seksi I sepanjang 11,6 kilometer, seksi II sepanjang 6,9 kilometer, seksi III sepanjang 9,7 kilometer, seksi IV sepanjang 7,3 kilometer, dan seksi V sepanjang 16,3 kilometer.
Sedangkan Jalur Puncak II direncanakan memiliki bentang jalan 62,8 kilometer di mana 48,7 kilometer berada di Kabupaten Bogor dan 18,5 kilometer berada di wilayah Cianjur. Dari 18,5 kilometer tersebut, sepanjang 15,5 kilometer menghubungkan Desa Warga Jaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor dan Green Canyon di perbatasan Karawang.
Jalan akan dibangun di kawasan Sentul-Hambalang-Sukamakmur-Pacet-Cipanas. Area dengan panjang jalur 62,8 kilometer itu membutuhkan lahan115 hektare. Sebesar 63 persen di antaranya merupakan hibah dari pemilik lahan. Masih ada 1,5 hektare lahan yang belum dibebaskan berada di sekitar Sirkuit Sentul, salah satu akses keluar masuk Jalur Puncak II.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Sebelum ada kepastian dari kajian dampak lingkungan dan potensi kebencanaan alam, sebaiknya (pembangunan) perlu dikaji lebih mendalam," ujar Yayat, di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
Menurut dia, kajian mendalam itu berkaitan dengan lahan calon Jalan Tol Puncak-Cianjur yang akan melewati kawasan rentan perubahan bentang alam dan potensi longsoran.
"Ini sama juga dengan wacana Jalur Puncak II. Sama-sama melintasi kawasan yang rentan. Jalan Tol Puncak-Cianjur lebih sensitif lagi dengan masalah lingkungan dan kawasan hutan," kata Yayat yang juga Anggota Tim Percepatan Pembangunan Strategis (TP2S) Kabupaten Bogor itu pula.
Baca juga: Menangani overload Jalur Puncak Bogor, dari kereta gantung hingga jalan tol
Yayat menjelaskan, dengan perubahan bentang alam karena adanya pembangunan jalan, maka akan mengubah kondisi lingkungan yang dilintasi jalan Tol Puncak-Cianjur.
Pembangunan Jalan Tol Puncak-Cianjur dan Jalur Puncak II telah tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2023 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah untuk menata kawasan Puncak.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa Jalan Tol Puncak-Cianjur merupakan tindak lanjut atas aspirasi masyarakat Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur yang kerap menjadi korban kemacetan di Jalur Puncak.
Baca juga: Pemkab Bogor turut andil proses pembangunan Jalan Tol Caringin - Puncak
Ridwan Kamil menyebut wilayah yang akan dilewati jalan Tol Puncak-Cianjur, yakni mulai Kecamatan Caringin, Megamendung di Kabupaten Bogor hingga keluar di Kabupaten Cianjur.
"Dari Caringin, Megamendung, sampai Cianjur, yang nanti akan disambung dari Cianjur ke Padalarang. Nanti bisa disambung oleh Tol Cigatas ke Garut-Tasik-Ciamis-Banjar-Pangandaran, yang sedang dalam proses pembebasan lahan," kata Ridwan Kamil.
Menurut Ridwan Kamil, jika Tol Puncak-Cianjur mulai beroperasi bersamaan dengan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) akan mendongkrak perekonomian Jawa Barat.
"Jalur Jawa Barat Selatan akan kuat ekonomi dan jalur infrastruktur jalannya," ujarnya.
Baca juga: PUPR: Jalan Tol Puncak dan 5 proyek tol lain dalam tahap penyiapan lelang pada 2024
Pembangunan Tol Puncak-Cianjur akan dibagi dalam lima seksi. Seksi I sepanjang 11,6 kilometer, seksi II sepanjang 6,9 kilometer, seksi III sepanjang 9,7 kilometer, seksi IV sepanjang 7,3 kilometer, dan seksi V sepanjang 16,3 kilometer.
Sedangkan Jalur Puncak II direncanakan memiliki bentang jalan 62,8 kilometer di mana 48,7 kilometer berada di Kabupaten Bogor dan 18,5 kilometer berada di wilayah Cianjur. Dari 18,5 kilometer tersebut, sepanjang 15,5 kilometer menghubungkan Desa Warga Jaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor dan Green Canyon di perbatasan Karawang.
Jalan akan dibangun di kawasan Sentul-Hambalang-Sukamakmur-Pacet-Cipanas. Area dengan panjang jalur 62,8 kilometer itu membutuhkan lahan115 hektare. Sebesar 63 persen di antaranya merupakan hibah dari pemilik lahan. Masih ada 1,5 hektare lahan yang belum dibebaskan berada di sekitar Sirkuit Sentul, salah satu akses keluar masuk Jalur Puncak II.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023