Peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Amaliya, drg., Ph.D mengatakan bahwa TAR pada rokok adalah salah satu penyebab utama dari masalah kesehatan gusi.
Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta pada Selasa, Amaliya memaparkan hasil penelitiannya terkait dengan respons gusi pada pengguna vape dan perokok.
“Kesimpulannya bukan nikotin yang mempersempit pembuluh darah pada gusi dan menutupi tanda klinis peradangan yang normal. Melainkan disebabkan oleh TAR atau kandungan lain dari rokok,” ujar Amaliya.
Amaliya menjelaskan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada para pengguna produk tembakau alternatif yang telah beralih dari rokok dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok.
Baca juga: HTTS 2023 Kota Bogor "Kita Butuh Makanan, Bukan Rokok"
“Penelitian ini bertujuan untuk mengamati respons gusi yang dinilai dari derajat peradangan gusi, yang merupakan tanda awal dari pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi selama percobaan gingivitis (peradangan gusi) pada pengguna produk tembakau alternatif dibandingkan perokok dan bukan perokok," papar Amaliya.
Amaliya menjelaskan gingivitis adalah mekanisme pertahanan dalam merespons plak bakteri yang menempel di permukaan gigi.
Penelitian ini melibatkan 15 peserta berusia 18-55 tahun yang dibagi ke dalam tiga kriteria dengan distribusi gender tidak merata.
Kriteria pertama adalah perokok dengan masa konsumsi rokok minimal satu tahun.
Kriteria kedua adalah pengguna produk tembakau alternatif, yang telah beralih dari rokok dengan masa penggunaan minimal satu tahun.
Baca juga: Puntung rokok meracuni lingkungan
Kriteria ketiga adalah bukan perokok. Selama fase gingivitis eksperimental, peserta diinstruksikan untuk tidak menyikat gigi selama 21 hari. Tujuannya untuk melihat sejauh mana gusi merespons bakteri.
“Ada temuan menarik dari penelitian kami, yakni pengguna produk tembakau alternatif yang telah beralih dari rokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok,” kata Amaliya.
Dari penelitian tersebut juga mengungkapkan fakta baru bahwa nikotin yang selama ini sering dianggap sebagai penyebab utama gangguan pertahanan gusi yang ditandai dengan penyempitan pembuluh darah.
Namun, hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik dengan cairan e-liquid, yang mengandung nikotin, tidak menyebabkan masalah kesehatan pada gusi.
Baca juga: Negara harus hadir lindungi anak dari rokok
Dalam kesempatan yang sama, peneliti Senior University of Patras dan School of Public Health-University of West Attica di Yunani, Konstantinos Farsalinos, mengatakan ada banyak prasangka buruk terhadap nikotin.
Kondisi tersebut menyebabkan minimnya minat ilmuwan meneliti nikotin. Menurut dia, nikotin bisa menjadi bidang yang sangat menarik untuk diteliti sebagai teraupetik untuk membantu proses penyembuhan pasien.
“Prospeknya ada. Persepsi tentang nikotin akan berubah jika efeknya terhadap penyakit Alzheimer dan demensia ditemukan, terutama untuk pencegahan primer,” jelas Farsalinos.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta pada Selasa, Amaliya memaparkan hasil penelitiannya terkait dengan respons gusi pada pengguna vape dan perokok.
“Kesimpulannya bukan nikotin yang mempersempit pembuluh darah pada gusi dan menutupi tanda klinis peradangan yang normal. Melainkan disebabkan oleh TAR atau kandungan lain dari rokok,” ujar Amaliya.
Amaliya menjelaskan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada para pengguna produk tembakau alternatif yang telah beralih dari rokok dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok.
Baca juga: HTTS 2023 Kota Bogor "Kita Butuh Makanan, Bukan Rokok"
“Penelitian ini bertujuan untuk mengamati respons gusi yang dinilai dari derajat peradangan gusi, yang merupakan tanda awal dari pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi selama percobaan gingivitis (peradangan gusi) pada pengguna produk tembakau alternatif dibandingkan perokok dan bukan perokok," papar Amaliya.
Amaliya menjelaskan gingivitis adalah mekanisme pertahanan dalam merespons plak bakteri yang menempel di permukaan gigi.
Penelitian ini melibatkan 15 peserta berusia 18-55 tahun yang dibagi ke dalam tiga kriteria dengan distribusi gender tidak merata.
Kriteria pertama adalah perokok dengan masa konsumsi rokok minimal satu tahun.
Kriteria kedua adalah pengguna produk tembakau alternatif, yang telah beralih dari rokok dengan masa penggunaan minimal satu tahun.
Baca juga: Puntung rokok meracuni lingkungan
Kriteria ketiga adalah bukan perokok. Selama fase gingivitis eksperimental, peserta diinstruksikan untuk tidak menyikat gigi selama 21 hari. Tujuannya untuk melihat sejauh mana gusi merespons bakteri.
“Ada temuan menarik dari penelitian kami, yakni pengguna produk tembakau alternatif yang telah beralih dari rokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok,” kata Amaliya.
Dari penelitian tersebut juga mengungkapkan fakta baru bahwa nikotin yang selama ini sering dianggap sebagai penyebab utama gangguan pertahanan gusi yang ditandai dengan penyempitan pembuluh darah.
Namun, hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik dengan cairan e-liquid, yang mengandung nikotin, tidak menyebabkan masalah kesehatan pada gusi.
Baca juga: Negara harus hadir lindungi anak dari rokok
Dalam kesempatan yang sama, peneliti Senior University of Patras dan School of Public Health-University of West Attica di Yunani, Konstantinos Farsalinos, mengatakan ada banyak prasangka buruk terhadap nikotin.
Kondisi tersebut menyebabkan minimnya minat ilmuwan meneliti nikotin. Menurut dia, nikotin bisa menjadi bidang yang sangat menarik untuk diteliti sebagai teraupetik untuk membantu proses penyembuhan pasien.
“Prospeknya ada. Persepsi tentang nikotin akan berubah jika efeknya terhadap penyakit Alzheimer dan demensia ditemukan, terutama untuk pencegahan primer,” jelas Farsalinos.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023