Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri mengatakan, penanganan kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak akibat masalah gizi kronis di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat harus diintervensi secara tepat.

"Kita harus terbuka dan jangan ada yang ditutupi terkait kondisi nyata stunting agar jika ada kasus stunting di daerah bisa diintervensi dengan tepat, untuk mempercepat penanganan," katanya di Sukabumi pada Sabtu, (24/6).

Menurut Iyos, berbagai program telah diluncurkan oleh Pemkab Sukabumi maupun pemerintah desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi melalui berbagai inovasinya yang melibatkan langsung kader kesehatan dan masyarakat.

Dengan gerakan pentahelix seperti kasus stunting bisa ditekan bahkan diturunkan. Maka dari itu, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sukabumi harus secara rutin membebekan (ekspos) hasil penangan stunting dari waktu ke waktu.

Tentunya dengan adanya data yang sesuai dengan kondisi nyata stunting, kasusnya bisa diintervensi dengan tepat. "Kita ingin melihat kondisi stunting yang sebenarnya mulai dari kondisi anak yang stunting hingga langkah-langkah yang akan dilakukan," tambahnya.

Iyos mengatakan ada dua sasaran pokok yang menjadi fokus Pemkab Sukabumi dalam penanganan stunting dan Ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia (kekurangan sel darah merah).

Maka dari itu, agar dalam penanganan kasus stunting ini bisa efektif, camat memiliki peran yang besar dalam penanganan kasus stunting, seperti turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi warganya dan melakukan pendataan.

Kemudian hasil dari kegiatan lapangan itu dijelaskan kepada TPPS Kabupaten Sukabumi agar jika ada temuan maka akan langsung dilakukan intervensi sesuai dengan yang dibutuhkan mulai dari pemberian makanan bergizi dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Diharapkan dengan berbagai kegiatan pentahelix dalam penanganan stunting, di kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa dan Bali ini bisa menjadi daerah zero new stunting atau nol kasus stunting baru.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : M Fikri Setiawan


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023