Enam warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Manokwari, Papua Barat, berkumpul di ruangan sebelah kanan bekas lapas perempuan.

Di hadapan mereka, ada empat ember berisi kedelai yang telah direbus. Sebelum direbus, kacang kedelai terlebih dahulu direndam menggunakan air bersih selama satu malam.
 
Set Wariwoi, satu dari enam warga binaan, menuturkan bahwa perendaman selama satu malam agar biji kedelai melunak dan mengembang dari bentuk aslinya. Biji kedelai yang telah dibersihkan dari kulit ari kemudian dibersihkan lagi dan dikukus sehingga proses penyerapan ragi yang memakan waktu sehari lebih maksimal.
 
Bahan baku yang digunakan adalah kacang kedelai impor sebanyak 15 kilogram dengan taksiran dapat menghasilkan 370 keping tempe. 
 
Usaha produksi tempe dari balik jeruji besi kembali dimulai ketika jabatan Kepala Lapas Kelas IIB Manokwari dipercayakan kepada Jumadi, mantan Kepala Rumah Tahanan Kelas IIB Sukadana, Provinsi Lampung.
 
Kepala Lapas Kelas IIB Manokwari Jumadi    menjelaskan tempe hasil produksi warga binaan  dijual ke di Pasar Wosi dan Pasar Sanggeng. Seiring berjalan waktu, jumlah kacang kedelai untuk memproduksi tempe akan bertambah.
 
Selain itu, produksi tempe nanti didistribusikan ke pondok pesantren yang telah melakukan kerja sama dengan lapas dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan.
 
Warga binaan Lapas Kelas IIB Manokwari menuangkan biji kedelai ke mesin pengupas kulit ari biji kedelai yang akan diproduksi menjadi tempe. ANTARA/Fransiskus Salu Weking
 
Jumadi berkomtimen melakukan transformasi pembinaan bagi narapidana dan tahanan, meski jumlah warga binaan telah melebih daya tampung Lapas Manokwari.
 
Program pembinaan yang dimaksud adalah pembinaan mental spiritual bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti bimbingan rohani bagi warga binaan beragama Kristen dan peningkatan kemampuan membaca Al Quran bagi yang Islam.
 
Untuk pembinaan kemandirian, warga binaan yang berstatus narapidana maupun tahanan, diberikan kesempatan mengembangkan potensi diri masing-masing misalnya pertukangan, handicraft atau kerajinan tangan, kuliner, dan lainnya.

Selain produksi tempe, warga binaan juga diberikan pelatihan mencetak batako untuk menjawab permintaan kebutuhan akan bahan baku bangunan di Manokwari.
 
Program kemandirian yang telah berjalan sebelumnya yaitu perbengkelan. Tak hanya itu, warga binaan juga diberikan kesempatan mengembangkan bakat bermusik dan berolahraga.
 
Program pembinaan itu diakui ada lebih dan kurangnya setelah dirinya bertugas di lapas ini selama 7 bulan. Kalau ada yang kurang, pihaknya melengkapi atau melanjutkan dari yang sudah ada supaya lebih maksimal.
 

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023