Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Sebanyak 220 warga binaan Lapas Kelas IIA Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengikuti seleksi pembinaan Islam sebagai tahap awal pembentukan pondok pesantren khusus di lingkungan lembaga pemasyarakatan setempat.
Kepala Lapas Kelas IIA Cikarang Urip Dharma Yoga mengatakan seleksi pembinaan agama Islam ini diisi dengan tes kemampuan membaca Al Quran, kitab kuning, serta pemahaman dasar-dasar keislaman.
"Kegiatan ini menjadi tahap awal pembentukan pesantren di lingkungan lapas, hasil kolaborasi bersama MUI dan Kantor Kemenag Kabupaten Bekasi," katanya di Cikarang, Jumat.
Dia menyatakan program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan holistik kepada para warga binaan khususnya peserta seleksi yang terdiri atas 200 warga binaan laki-laki dan 20 warga binaan perempuan.
"Melalui program pesantren nanti, para warga binaan dapat lebih fokus mempelajari Al Quran dan kitab kuning sebagai bekal hidup setelah bebas nanti," katanya.
Baca juga: Lapas Cikarang Bekasi raih penghargaan unit pelaksana teknis terbaik
Baca juga: MUI-Lapas Cikarang sepakat bangun pondok pesantren warga binaan
Urip mengaku fasilitas untuk kegiatan pembinaan maupun saat dimulai pesantren nanti sudah tersedia melalui gedung Pesantren Al Islah yang telah difungsikan sejak tahun 2019 untuk kegiatan keagamaan dan kerohanian Islam.
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat pada Kantor Kemenag Kabupaten Bekasi Nedi Junaedi menjelaskan seleksi dilakukan secara bertahap menyesuaikan kemampuan dan kondisi psikologis masing-masing warga binaan.
"Mereka (warga binaan) yang belum bisa membaca Al Quran akan dibina dari dasar, sementara yang sudah mahir akan diarahkan ke program tahfidz atau kajian kitab kuning," katanya.
Baca juga: Lapas Cikarang siapkan kajian program pondok pesantren bagi warga binaan
Ketua MUI Kabupaten Bekasi Prof KH Mahmud memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan program ini. MUI juga akan berkontribusi dalam penyusunan kurikulum serta penyediaan tenaga pengajar saat program pesantren dimulai.
"Peluncuran resmi program pesantren lapas direncanakan setelah seluruh proses seleksi dan asesmen selesai," ucap dia.
Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2015-2023 itu menargetkan program pesantren warga binaan menjadi model pembinaan keagamaan bagi warga binaan yang dapat di replikasi di lapas-lapas lain.
