Jakarta (Antara Megapolitan) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan Badan Meteorologi Inggris, United Kingdom Meteorological Office (UKMO) mengadakan seminar peningkatan kapasitas dibidang meteorologi penerbangan untuk memberikan kontribusi dan mendukung program-program Meteorologi dunia.

"Tema utama pada seminar ini adalah pemahaman Aviation Hazards atau gangguan cuaca yang berpengaruh signifikan terhadap keselamatan penerbangan," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya di sela-sela pembukaan seminar tersebut di Jakarta, Senin.

Dikatakannya tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pedoman dan bimbingan praktis teknik prakiraan meteorologi dalam rangka mendukung keselamatan penerbangan.

Seminar yang didukung oleh Badan Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization (WMO) diadakan di kantor BMKG yang akan berlangsung selama 5 hari mulai 26 -30 September 2016.

Gangguan cuaca yang dimaksud katanya antara lain bisa dalam bentuk thunderstorm, icing, turbulence, volcanic ash dan fenomena cuaca berbahaya lainnya yang memang terbukti pernah tercatat sebagai insiden pada operasional pesawat.

Ia mengatakan dalam kaitan pelaksanaan ini International Civil Aviation Organization (ICAO) dan WMO juga telah menetapkan standar minimal kompetensi dan kualifikasi personil meteorologi yang megoperasikan dan menyediakan informasi untuk penerbangan sipil.

"Setiap negara anggota ICAO dan WMO wajib memenuhi standar tersebut dan akan diaudit pelaksanaanya secara rutin oleh ICAO," jelasnya dalam keterangan tertulisnya.

Seminar yang diisi langsung oleh para Ahli dari WMO dan UKMO akan menjelaskan pedoman tata-cara pengamatan, prakiraan, dan pelaporan fenomena gangguan cuaca berbahaya terhadap penerbangan.

Para pembicara dari WMO dan UKMO tersebut selanjutnya juga akan memberikan panduan pelaksanaan uji kompetensi terhadap personil meteorologi penerbangan untuk memastikan kualitas personil yang memberikan informasi meteorologi untuk penerbangan sesuai ketentuan ICAO (International Civil Aviation Organization) dan WMO.

Di Indonesia sendiri terdapat 2 MWO yakni MWO Jakarta untuk melayani FIR (Flight Information Region) Jakarta dan FIR, MWO Ujung Pandang untuk melayani FIR Ujung Pandang.

Kedua MWO tersebut secara aktif menyediakan informasi fenomena cuaca berbahaya seperti thunderstorm, volcanic ash, dan turbulence, Informasi tersebut harus didiseminasikan secara internasional dan dimanfaatkan baik oleh pesawat domestik maupun pesawat asing untuk keperluan perencanaan penerbangan," jelas Andi.

Sebelumnya diberitakan adanya tragedi turnbulensi dari 2 pesawat asing di wilayah Indonesia yang terjadi pada bulan Mei 2016 yang menyebabkan beberapa penumpang terluka.

Turbulensi pertama dialami oleh pesawat Etihad Airways EY474 rute Abu Dhabi - Jakarta pada 4 Mei 2016 di atas pulau Sumatera.

Tiga hari kemudian, kejadian serupa dialami Hong Kong Airlines HX6704 rute Denpasar -Hong Kong.

Kedua kejadian tersebut mengingatkan bahwa kondisi cuaca di setiap rute penerbangan berpengaruh serius terhadap kondisi penerbangan, dan oleh karenanya sangat penting untuk diketahui.


Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016