Bogor (Antara Megapolitan) - Penantian selama 12 tahun Dian Kartika Ratnasari akhirnya terbayarkan, untuk pertama kalinya ia berhasil merebut emas pada nomor Lempar Lembing PON XIX/2016 Cabang Atletik yang berlangsung di Stadion Pakansari, Sabtu.
"Terbayang 12 tahun menunggu emas ini, rasanya semua kerja keras dan latihan penuh tebayarkan," kata Dian.
Dian begitu terharu menceritakan komentarnya mendapatkan medali emas. Ada banyak kisah yang dilaluinya untuk bisa mencetak prestasi gemilang di Tanah Legenda.
Termasuk alasannya memilih hengkang dari Jawa Tengah dan bergabung memperkuat tim Jawa Barat ikut mewarnai perjalanan karir atletiknya.
Selama 12 tahun Dian memperkuat KONI Jawa Tengah, mengikuti tiga kali PON. Pada PON 2004 Palembang, ia hanya menyumbang perunggu, lalu PON 2008 di Kalimantan Timur, ia mendapatkan perak, dan PON 2012 di Riau, ia kembali mendapatkan perak.
Untuk pertama kalinya setelah bergabung menjadi atlet Jawa Barat, Dian mampu mewujudkan target yang diamanatkan kepadanya. Sebagai pembuktian dan keyakinan atas usaha keras yang dilakukannya.
"Di Bandung cuacanya tidak menentu, agar bisa latihan rutin setiap hari, saya berlatih di dalam ruangnya, siang, sore, malam latihan, jangan sampai waktu terbuang sia-sia," katanya.
Selain latihan, dara kelahiran Purbalingga tersebut harus membagi waktunya untuk menyelesaikan pendidikan master di Universitas Pendidikan Indonesia(UPI), Bandung. Dalam waktu empat bulan, ia menyelesaikan tesisnya.
"Saya targetkan sebelum PON, kuliah master harus selesai. Selama empat bulan saya kejar menyelesaikan tesis," kata lulusan S1 Universitas Negeri Salatiga (UNNES) tersebut.
Dian secara khusus mempersembahkan medali emas untuk kedua orang tuanya yang telah banyak berkorban untuk mendukung karirnya, juga bagi pelatih dan Provinsi Jawa Barat yang telah menerimanya.
"Pengorbanan orang tua saya cukup besar, untuk persiapan PON ini satu tahun saya berlatih, lebaran Idul Fitri dan Idul Adha saya lewatkan fokus berlatih," ujar dara kelahiran Purbalingga.
Dia berharap, pemerintah dapat terus memperhatikan para atlet, jangan menomor duakan peraih medali perak maupun perunggu. Seperti pengalaman yang ia dapatkan selama menjadi atlet.
"Jangan menomor satukan yang mendapat emas, mereka peraih perak atau perunggu semua punya peluang, nyatanya saya yang dulu diabaikan, dari nomor dua sekarang jadi nomor satu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Terbayang 12 tahun menunggu emas ini, rasanya semua kerja keras dan latihan penuh tebayarkan," kata Dian.
Dian begitu terharu menceritakan komentarnya mendapatkan medali emas. Ada banyak kisah yang dilaluinya untuk bisa mencetak prestasi gemilang di Tanah Legenda.
Termasuk alasannya memilih hengkang dari Jawa Tengah dan bergabung memperkuat tim Jawa Barat ikut mewarnai perjalanan karir atletiknya.
Selama 12 tahun Dian memperkuat KONI Jawa Tengah, mengikuti tiga kali PON. Pada PON 2004 Palembang, ia hanya menyumbang perunggu, lalu PON 2008 di Kalimantan Timur, ia mendapatkan perak, dan PON 2012 di Riau, ia kembali mendapatkan perak.
Untuk pertama kalinya setelah bergabung menjadi atlet Jawa Barat, Dian mampu mewujudkan target yang diamanatkan kepadanya. Sebagai pembuktian dan keyakinan atas usaha keras yang dilakukannya.
"Di Bandung cuacanya tidak menentu, agar bisa latihan rutin setiap hari, saya berlatih di dalam ruangnya, siang, sore, malam latihan, jangan sampai waktu terbuang sia-sia," katanya.
Selain latihan, dara kelahiran Purbalingga tersebut harus membagi waktunya untuk menyelesaikan pendidikan master di Universitas Pendidikan Indonesia(UPI), Bandung. Dalam waktu empat bulan, ia menyelesaikan tesisnya.
"Saya targetkan sebelum PON, kuliah master harus selesai. Selama empat bulan saya kejar menyelesaikan tesis," kata lulusan S1 Universitas Negeri Salatiga (UNNES) tersebut.
Dian secara khusus mempersembahkan medali emas untuk kedua orang tuanya yang telah banyak berkorban untuk mendukung karirnya, juga bagi pelatih dan Provinsi Jawa Barat yang telah menerimanya.
"Pengorbanan orang tua saya cukup besar, untuk persiapan PON ini satu tahun saya berlatih, lebaran Idul Fitri dan Idul Adha saya lewatkan fokus berlatih," ujar dara kelahiran Purbalingga.
Dia berharap, pemerintah dapat terus memperhatikan para atlet, jangan menomor duakan peraih medali perak maupun perunggu. Seperti pengalaman yang ia dapatkan selama menjadi atlet.
"Jangan menomor satukan yang mendapat emas, mereka peraih perak atau perunggu semua punya peluang, nyatanya saya yang dulu diabaikan, dari nomor dua sekarang jadi nomor satu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016