Bogor (Antara Megapolitan) - Perjuangan Putri Ayu Lestari Gulo (17) mengantarkan Sumatera Utara untuk merebut emas pada Cabang Drumband Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 tidak sia-sia, target dua emas mampu dicapai putra-putri Medan dengan rasa bangga.
Dengan wajah berseri menahan nyeri, Putri membukuk di atas podium bertuliskan nomor satu, menunggu pengalungan medali emas dari Ketua Harian Pengurus Besar (PB) PON XIX Jabar Iwa Karniwa, yang secara khusus hadir memberikan pengharagaan bagi para pejuang olahraga.
Dua jam sebelumnya, Putri masih terbaring di ruang perawatan kesehatan Stadion Pakansari, Cibinong, Selasa (20/9) sore. Wajah belianya terlihat pucat, ada nyeri dibagian perutnya, matanya basah menahan sakit, sekuat tenaga ia tetap tegar dihadapan pelatihnya dan juga menajer timnya.
Dara Medan ini tumbang di lapangan, setelah ia berhasil menyelesaikan tugasnya menghantarkan tim drumband Sumatera Utara sampai ke garis finis saat berlaga di final Lomba Berbaris Jarak Pendek (LBJP) campuran jarak 800 meter bersama empat provinsi lainnya.
"Untungnya dia berhasil menyelesaikan lomba, dia tumbang di garis finish," kata Nirwana Agus Sahputra, manager tim Sumatera Utara.
Nirwana sibuk menjawab panggilan telpon yang datang dari Medan, si penelpon adalah ibunda Putri dan juga tantenya, suaranya terdengar panik mengetahui anaknya tumbang di garis finis. Usai menutup telpon, kembali suara telpon berdering lagi.
"Sudah baikan dia, ada dokter dan perawat yang profesional sedang merawatnya," kata Nirwana dengan logat Medannya memberikan kabar segar kepada Fitriyati sang ibunda.
Putri masih terbaring di tempat tidur ruang perawatan kesehatan atlet, mengenakan baju pertandingan warna hijau muda, dengan kombinasi warna kuning. Di sampingnya duduk rekan sejawatnya Irwansyah Ramadhan Prakarsa (20), yang penuh perhatian memberikan dukungan moril. Sambil mengusap-usap kepala Mayoret tim putri Drumband Sumatera Utara.
Irwansyah dan Putri adalah kapten tim Drumband Sumatera Utara, mereka penentu kekompakan atlet dalam menyelesaikan rangkai lomba. Mereka pemimpin dari 20 atlet lainnya di medan laga.
Beberapa menit kemudian, Putri bangkit dari tempat tidurnya, duduk dengan sikap tegap, seperti robot yang baru ditekan tombol `on` (menyala). Seketika ia menyeka buliran air yang menggenak di pelupuk matanya. Sikap itu ia tunjukkan, setelah manejer meminta dokter untuk merujuknya ke rumah sakit karena harus diinfus.
"Saya tidak mau ke rumah sakit," kata Putri tegas.
Lalu sang menejer menepuk punggungnya, seperti sebuah mantra yang dibacakan, Putri sembuh seketika. Sang pelatih M Syahrizal berdiri dihadapnnya, melihat wajah sumbringah sang komandan regu kembali ceria.
Penyebab Putri tumbang di medan laga, karena asam lambungnya naik dan ini hari pertamanya datang bulan ternyata. Usut punya usut, Putri dan rekan-rekannya terlambat makan sebelum memulai perlombaan ke delapan di cabang drumband.
"Maaghnya kumat, tadi terlambat makan," katanya tersipu malu.
Masih tersisa dua hari untuk Putri dan teman-temannya menyelesaikan tugasnya sebagai Patriot Olahraga, sebelum pulang bertemu orang tua. Dua medali emas menjadi targetnya walau tantangan berikutnya tidaklah mudah.
Selama mengikuti perlombaan, Putri mendapat pengawalan dari ibundannya yang juga ikut menemaninya berlaga di Stadion Pakansari. Baru tiga hari sang ibunda pulang ke kampung halaman, setelah memastikan putrinya siap menyelesaikan tugasnya.
"Mungkin karena rindu orang tua," sebutnya.
Perjuangan dan pengorbanan Putri tidak hanya dibayar dengan rasa sakit yang harus ditahan, latihan yang berat setiap saat, kedisiplinan menjadi nafas hidupnya, rela berpisah dari orang tua, bahkan berbulan lamanya.
Target dua emas dan dua perak telah dikantongi atlet Medan, mereka dapat pulang dengan kepuasan. Syahrizal sadar, tidak muluk-muluk memasang target. Untuk dua laga berikutnya LUG dan LBB mereka sulit untuk menyaingi atlet Provinsi Banten yang memiliki jam terbang di tingkat nasional maupun internasional.
Kini Sumut dan Banten berebut posisi kedua, mereka sama-sama mengantongi dua medali emas setelah tuan rumah Jawa Barat yang menggondol empat emas sekaligus.
Drumband salah satu dari 44 cabang dan 12 eksebisi yang dipertandingkan pada PON XIX Jabar. Meski tidak diunggulkan, drumband penyumbang pertama medali emas sebelum acara pembukaan. 10 medali emas, 10 perak dan 10 perunggu diperebutkan delapan provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, Sumatera Utara, Aceh, Jambi dan Papua.
Putri salah satu dari sekitar 9 ribu atlet yang berlaga di Tanah Legenda, mereka layak dipanggil patriot olahraga, berjuang bukan hanya untuk dirinya, tapi atas nama bangsa dan negara. Dengan restu orang tua, mengharumkan nama daerahnya.
PON Ke-19 di Jawa Barat, dapat dibilang yang terbesar dalam sejarah olahraga Indonesia. Tidak hanya sekadar pesta olahraga dengan biaya besar, namun akan bisa melahirkan atlet-atlet kelas dunia yang bisa menjadi juara di event internasional.
"Sesuai dengan tujuan PON yakni kukuhkan persatuan dan kesatuan, serta tingkatkan prestasi," kata Ketua Harian PB PON XIX Jabar, Iwa Karniwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Dengan wajah berseri menahan nyeri, Putri membukuk di atas podium bertuliskan nomor satu, menunggu pengalungan medali emas dari Ketua Harian Pengurus Besar (PB) PON XIX Jabar Iwa Karniwa, yang secara khusus hadir memberikan pengharagaan bagi para pejuang olahraga.
Dua jam sebelumnya, Putri masih terbaring di ruang perawatan kesehatan Stadion Pakansari, Cibinong, Selasa (20/9) sore. Wajah belianya terlihat pucat, ada nyeri dibagian perutnya, matanya basah menahan sakit, sekuat tenaga ia tetap tegar dihadapan pelatihnya dan juga menajer timnya.
Dara Medan ini tumbang di lapangan, setelah ia berhasil menyelesaikan tugasnya menghantarkan tim drumband Sumatera Utara sampai ke garis finis saat berlaga di final Lomba Berbaris Jarak Pendek (LBJP) campuran jarak 800 meter bersama empat provinsi lainnya.
"Untungnya dia berhasil menyelesaikan lomba, dia tumbang di garis finish," kata Nirwana Agus Sahputra, manager tim Sumatera Utara.
Nirwana sibuk menjawab panggilan telpon yang datang dari Medan, si penelpon adalah ibunda Putri dan juga tantenya, suaranya terdengar panik mengetahui anaknya tumbang di garis finis. Usai menutup telpon, kembali suara telpon berdering lagi.
"Sudah baikan dia, ada dokter dan perawat yang profesional sedang merawatnya," kata Nirwana dengan logat Medannya memberikan kabar segar kepada Fitriyati sang ibunda.
Putri masih terbaring di tempat tidur ruang perawatan kesehatan atlet, mengenakan baju pertandingan warna hijau muda, dengan kombinasi warna kuning. Di sampingnya duduk rekan sejawatnya Irwansyah Ramadhan Prakarsa (20), yang penuh perhatian memberikan dukungan moril. Sambil mengusap-usap kepala Mayoret tim putri Drumband Sumatera Utara.
Irwansyah dan Putri adalah kapten tim Drumband Sumatera Utara, mereka penentu kekompakan atlet dalam menyelesaikan rangkai lomba. Mereka pemimpin dari 20 atlet lainnya di medan laga.
Beberapa menit kemudian, Putri bangkit dari tempat tidurnya, duduk dengan sikap tegap, seperti robot yang baru ditekan tombol `on` (menyala). Seketika ia menyeka buliran air yang menggenak di pelupuk matanya. Sikap itu ia tunjukkan, setelah manejer meminta dokter untuk merujuknya ke rumah sakit karena harus diinfus.
"Saya tidak mau ke rumah sakit," kata Putri tegas.
Lalu sang menejer menepuk punggungnya, seperti sebuah mantra yang dibacakan, Putri sembuh seketika. Sang pelatih M Syahrizal berdiri dihadapnnya, melihat wajah sumbringah sang komandan regu kembali ceria.
Penyebab Putri tumbang di medan laga, karena asam lambungnya naik dan ini hari pertamanya datang bulan ternyata. Usut punya usut, Putri dan rekan-rekannya terlambat makan sebelum memulai perlombaan ke delapan di cabang drumband.
"Maaghnya kumat, tadi terlambat makan," katanya tersipu malu.
Masih tersisa dua hari untuk Putri dan teman-temannya menyelesaikan tugasnya sebagai Patriot Olahraga, sebelum pulang bertemu orang tua. Dua medali emas menjadi targetnya walau tantangan berikutnya tidaklah mudah.
Selama mengikuti perlombaan, Putri mendapat pengawalan dari ibundannya yang juga ikut menemaninya berlaga di Stadion Pakansari. Baru tiga hari sang ibunda pulang ke kampung halaman, setelah memastikan putrinya siap menyelesaikan tugasnya.
"Mungkin karena rindu orang tua," sebutnya.
Perjuangan dan pengorbanan Putri tidak hanya dibayar dengan rasa sakit yang harus ditahan, latihan yang berat setiap saat, kedisiplinan menjadi nafas hidupnya, rela berpisah dari orang tua, bahkan berbulan lamanya.
Target dua emas dan dua perak telah dikantongi atlet Medan, mereka dapat pulang dengan kepuasan. Syahrizal sadar, tidak muluk-muluk memasang target. Untuk dua laga berikutnya LUG dan LBB mereka sulit untuk menyaingi atlet Provinsi Banten yang memiliki jam terbang di tingkat nasional maupun internasional.
Kini Sumut dan Banten berebut posisi kedua, mereka sama-sama mengantongi dua medali emas setelah tuan rumah Jawa Barat yang menggondol empat emas sekaligus.
Drumband salah satu dari 44 cabang dan 12 eksebisi yang dipertandingkan pada PON XIX Jabar. Meski tidak diunggulkan, drumband penyumbang pertama medali emas sebelum acara pembukaan. 10 medali emas, 10 perak dan 10 perunggu diperebutkan delapan provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, Sumatera Utara, Aceh, Jambi dan Papua.
Putri salah satu dari sekitar 9 ribu atlet yang berlaga di Tanah Legenda, mereka layak dipanggil patriot olahraga, berjuang bukan hanya untuk dirinya, tapi atas nama bangsa dan negara. Dengan restu orang tua, mengharumkan nama daerahnya.
PON Ke-19 di Jawa Barat, dapat dibilang yang terbesar dalam sejarah olahraga Indonesia. Tidak hanya sekadar pesta olahraga dengan biaya besar, namun akan bisa melahirkan atlet-atlet kelas dunia yang bisa menjadi juara di event internasional.
"Sesuai dengan tujuan PON yakni kukuhkan persatuan dan kesatuan, serta tingkatkan prestasi," kata Ketua Harian PB PON XIX Jabar, Iwa Karniwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016