Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif meminta PT Freeport Indonesia mempercepat penyelesaian pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga semaksimal mungkin.

"Ya harus mempercepat penyelesaian smelter semaksimal mungkin, kan 'spendingnya' dengan (progres) 60 persen ini sudah cukup besar mungkin sudah 1,5 miliar (dolar AS) lebih dari targetnya yang 2,4 miliar dolar AS, artinya ada upaya untuk membangun, kan kalau tidak jadi dibangun artinya aset itu kan terbengkalai ya," kata Arifin di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat.

Saat ini PT Freeport Indonesia tengah membangun smelter tembaga baru di Manyar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2024.

Pemerintah Indonesia telah memverifikasi progres konstruksi smelter Manyar dengah hasil progres kemajuan smelter Manyar disebutkan telah melebihi 50 persen.

Padahal merujuk UU No 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), tiga tahun setelah beleid terbit pada 10 Juni 2020 artinya pada 10 Juni 2023 semua mineral mentah yang diekspor harus melalui proses peningkatan nilai tambah di Tanah Air. Pemerintah pun harus menyetop ekspor mineral mentah, termasuk tembaga.

Selain PT Freeport Indonesia, Arifin menyebut PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) juga dibolehkan mengekspor konsentrat tembaga.

Freeport Indonesia dan AMNT sama-sama sedang membangun pabrik pengolahan konsentrat tembaga baru di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang diperkirakan menelan biaya investasi 982 juta dolar AS atau setara Rp14,7 triliun namun jadwal pembangunannya juga mundur dari jadwal karena pandemi COVID-19.

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023