Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Timur Tengah diperkirakan sebentar lagi akan segera melemah dan hancur. Kelompok militan radikal yang melakukan aksi-aksi keji ini mulai terdesak dan kehilangan wilayah yang sebelumnya sudah dikuasai. Nasib ISIS dapat dikatakan tinggal menunggu waktu.

Daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai ISIS seperti Fallujah mulai dapat dikuasai kembali oleh Pemerintah Irak. Basis utama ISIS di Libya yang terletak di kota Sirte sudah mulai dapat dikuasai oleh Libya. Serangan bertubi-tubi diterima ISIS di beberapa tempat. Di Suriah, ISIS mendapat serangan signifikan dari aliansi Kurdi dan Arab. Amerika memberikan tekanan cukup kuat kepada ISIS dengan melakukan serangan secara bersamaan di beberapa pertahanan ISIS. Tekanan dari banyak pihak ini membuat ISIS semakin tidak berdaya.

Secara psikologis, ISIS sudah menunjukkan melemahnya kekuatan dan pengaruh yang dimiliki. Tindakan-tindakan ISIS yang semakin kejam dan brutal seperti menghukum orang dengan cara menjatuhkan dari atap gedung bertingkat, merendam dalam cairan ter panas, adalah bentuk pelampiasan adanya tekanan yang diterima sekaligus untuk melakukan teror terhadap masyarakat. Publikasi-publikasi ISIS di media internet terlihat sudah tidak segencar dua tahun yang lalu, bahkan cenderung saat ini ISIS melakukan publikasi pengulangan hanya untuk menunjukkan eksistensi pada dunia luar.

Daya tarik ISIS bagi simpatisan terlihat sudah mulai menurun. Kekejaman ISIS dan tekanan banyak pihak terhadap ISIS membuat masyarakat dunia berpikir ulang untuk menjadi simpatisan ISIS. Bahkan dapat dikatakan bahwa ISIS sudah tidak menarik lagi sebagai ladang jihad. Data dari kompas.com (11/07/2016) menyebutkan bahwa pada bulan Mei 2016 ISIS telah kehilangan sekitar 45 persen dari wilayah yang dikuasainya di Irak serta antara 16 dan 20 persen dari wilayahnya di Suriah.

Melemahnya ISIS di Timur Tengah karena perlawanan dan serangan dari banyak pihak tidak serta merta membuat dunia bebas dari ancaman ISIS. Pasukan ISIS sangat militan, dengan jumlah yang sedikit mampu menciptkan suatu aksi yang berdampak siginifikan. Tindakan-tindakan yang keji dan menciptakan ketakutan dari ISIS akan terus meningkat seiring dengan besarnya serangan terhadap ISIS.

Tekanan dari berbagai pihak terhadap ISIS ini memungkinkan para simpatisan ISIS yang berasal dari berbagai negara untuk kembali ke negara asalnya. Sementara itu anggota kelompok ISIS lainnya diperkirakan akan mengubah strategi dalam perang melawan kekuatan dari banyak pihak (negara). Kemungkinan strategi yang akan dilakukan oleh ISIS di saat terdesak ini adalah strategi serangan bawah tanah, aksi-aksi teror seperti bom bunuh diri, dan aksi sporadis lainnya yang diperkirakan lebih efektif untuk menunjukkan eksistensi.

Kekalahan ISIS ini akan membawa dampak secara global. Simpatisan ISIS yang ada di banyak tempat bisa terpicu rasa solidaritasnya dan akan melakukan pembelaan dengan cara aksi lone wolf terror. Aksi-aksi individual ini mudah dilakukan karena gerakannya justru sulit dikenali dan biasanya dilakukan oleh orang yang tidak terduga sebelumnya. Ketrampilan dan bahan-bahan sebagai pendukung teror oleh individu ini bisa diperoleh dengan mudah, terutama dengan dukungan teknologi internet.

Dampak Bagi Indonesia

Arus balik WNI simpatisan ISIS dari Suriah harus diperhitungkan dengan cermat. Desember 2015, Polri menyatakan bahwa sekitar 240 WNI simpatisan ISIS pulang dari Suriah (tempo.co 23/12/2015).  Hal ini melengkapi data sebelumnya yang dikeluarkan oleh Polri bahwa 384 WNI terkonfirmasi bergabung dengan ISIS di Suriah dan 46 orang di antaranya sudah kembali ke tanah air (liputan6.com 18/11/2015).

Semakin gencarnya pemberantasan terorisme di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, maka WNI simpatisan ISIS yang kembali dari Suriah akan kesulitan mendapatkan tempat. Secara organisasi kemungkinan yang akan mereka lakukan adalah mereka membentuk kelompok-kelompok kecil atau mereka terpisah sebagai individu dan melakukan penyebaran. Gerakan secara individu ini akan sulit dideteksi. Dengan gencarnya pemerintah melawan terorisme maka diperkirakan simpatisan ISIS ini akan lebih hati-hati dalam menampakkan diri.

Kemungkinan serangan untuk menunjukkan eksistensi dengan motif ideologi dan balas dendam bisa terjadi. Pengalaman simpatisan ISIS di Suriah tentu menjadi bekal untuk melakukan aksi teror di Indonesia. Kemungkinan yang menjadi sasaran aksi teror dari kelompok arus balik simpatisan ISIS dari Suriah ini adalah simbol-simbol negara barat seperti Amerika. Sementara kelompok radikal kanan yang bersimpati terhadap ISIS di Indonesia mempunyai sasaran aksi teror yang berbeda. Kelompok radikal kanan di Indonesia cenderung menjadikan Polisi sebagai sasaran utama. Paling berbahaya adalah jika kelompok simpatisan ISIS yang kembali dari Suriah bergabung dan berkolaborasi dengan kelompok radikal kanan yang eksis di Indonesia.

Antisipasi

Kemungkinan aksi yang dilakukan oleh simpatisan ISIS baik yang kembali dari Suriah maupun yang selama ini eksis di Indonesia harus diantisipasi. Pencegahan pertama yang bisa dilakukan adalah memperketat pintu masuk kedatangan simpatisan ISIS dari Suriah. Jalur-jalur kedatangan seperti dari Malaysia dan Filipina harus diperiksa dengan ketat.

Jika merujuk pada pernyataan Polri bahwa 384 WNI terkonfirmasi bergabung dengan ISIS, maka data tersebut dapat digunakan untuk memeriksa arus informasi dan aliran dananya. Jika mereka sudah terlanjur masuk ke Indonesia maka pemantauan lebih ketat kepada keluarga dekat dan kelompok perlu dilakukan. Naluri sebagai orang timur yang cenderung akan bertemu dengan keluarga setelah berpergian jauh akan lebih memudahkan aparat keamanan untuk mengetahui keberadaan simpatisan ISIS yang kembali dari Suriah.

Pemerintah perlu bersifat tegas terhadap simpatisan ISIS yang kembali dari Suriah. Secara hukum jika mereka bergabung dengan ISIS yang merupakan musuh bersama banyak negara, sudah merupakan suatu pelanggaran hukum. ISIS ditetapkan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Indonesia pada 11 Oktober 2014. Hal ini berimplikasi bahwa WNI yang menjadi simpatisan ISIS adalah pelanggar hukum. Terorisme adalah kejatahan luar biasa yang harus ditangani dengan serius. Pendukung organisasi terlarang yang melakukan aksi teror tentu saja tidak bisa dibiarkan bebas.

Penutup

ISIS mulai terdesak di Timur Tengah. Pasukan ISIS terurai, simpatisan yang berasal dari berbagai negara akan kembali ke negara asalnya. Pasukan ISIS tergolong militan, tidak akan mudah menyerah begitu saja. Kondisi terdesak justru membuat mereka semakin kejam.

Arus balik WNI simpatisan ISIS yang diperkirakan sudah berdatangan harus ditangani secara serius. ISIS yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai organisasi terlarang menjadi dasar pemerintah untuk melakukan tindakan hukum terhadap simpatisannya.

Ketegasan pemerintah dalam menangani arus balik simpatisan ISIS dari Suriah menjadi kunci untuk menekan aksi terorisme di Indonesia ke depan. ISIS semakin terdesak di Suriah, dan pemerintah Indonesia harus semakin waspada.

*) Stanislaus Riyanta, Analis intelijen dan terorisme, Alumnus Program Pascasarjana bidang Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia (UI).

Pewarta: Stanislaus Riyanta *)

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016