Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta perseteruan antara ibu dan anak dengan seorang pegawai SPBU yang viral beberapa waktu lalu di media sosial diakhiri.
“Kalau masing-masing mencari siapa yang benar sampai kiamat tidak akan ketemu, kemudian kalau merasa paling benar juga tidak ada untungnya. Sekarang peristiwa sudah terjadi dan harus selesai,” kata Dedi dalam sambungan telepon di Purwakarta, Jawa Barat, Minggu.
Kedua pihak telah dipertemukan di rumah Dedi Mulyadi, di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dalam pertemuan tersebut, papar dia, pada awalnya kedua pihak masih tetap dengan argumen masing-masing yang saling menyalahkan.
Baca juga: Dedi Mulyadi berikan pekerjaan guru yang dipecat akibat komentar "maneh"
Dedi tak mau memperkeruh perseteruan tersebut dan mengakhiri adu argumen kedua belah pihak. Baginya sampai kapan pun kedua pihak akan merasa paling benar.
Pada akhirnya Winda yang merupakan mantan pegawai SPBU itu mengakui kesalahannya. Ia tak ingin lagi membela diri dan menyerahkan sepenuhnya penilaian pada masyarakat atas video yang telah viral tersebut.
“Saya minta maaf kepada ibu dan teteh. Ke depan ini akan jadi pelajaran buat saya. Saya ikhlas, dari hati paling dalam meminta maaf,” kata Winda.
Sementara itu, Imas dan anaknya Fanny meminta maaf karena tersulut emosi hingga akhirnya perseteruan tersebut berlarut-larut. Ia menyebut jika saja saat itu Winda meminta maaf tidak akan ada masalah seperti ini.
“Kemarin terus terang tidak ada yang benar, semuanya salah tidak bisa mengendalikan emosi. Di sini kita memaafkan dan saling minta maaf,” kata Imas.
Baca juga: Anggota DPR menilai pelayanan kesehatan di Jawa Barat saat ini belum memadai
Mendengar keduanya telah saling bermaafan, Dedi berharap ke depan perseteruan kedua belah pihak bisa menjadi pembelajaran untuk masyarakat.
Ia ingin setiap masalah dihadapi dengan kepala dingin bukan dengan emosi.
“Saya di sini mempertemukan untuk mengakhiri semuanya. Ya silakan sekarang saling memaafkan. Kedua pihak saling bersalaman meminta maaf," katanya.
Dedi berharap Winda yang memilih "resign" (keluar) dari pekerjaannya setelah keributan di SPBU bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
“Kehilangan pekerjaan bukan berarti kehilangan rezeki karena rezeki datang bukan dari pekerjaan formal saja sebagai pegawai, tapi bisa dari mana saja, jadi tetap semangat,” katanya.
Baca juga: Suami ibu hamil ditolak RSUD Subang bingung kejadian almarhum isterinya jadi viral
Selain saling memaafkan, kedua pihak berjanji tidak akan lagi membahas atau memperpanjang masalah tersebut.
Tidak hanya itu, paparnya, kedua pihak sepakat untuk menghapus video di akun media sosial masing-masing yang berkaitan dengan video viral perseteruan saat di SPBU.
Dedi Mulyadi mengingatkan kepada para "netizen" (warganet) untuk tidak lagi ikut mengomentari masalah tersebut. Terlebih kini kedua pihak telah bertemu dan saling memaafkan.
“Bagi teman-teman di media sosial, ini masalah sudah selesai jangan ditambah-tambah, jangan ada lagi serangan bersifat personal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
“Kalau masing-masing mencari siapa yang benar sampai kiamat tidak akan ketemu, kemudian kalau merasa paling benar juga tidak ada untungnya. Sekarang peristiwa sudah terjadi dan harus selesai,” kata Dedi dalam sambungan telepon di Purwakarta, Jawa Barat, Minggu.
Kedua pihak telah dipertemukan di rumah Dedi Mulyadi, di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dalam pertemuan tersebut, papar dia, pada awalnya kedua pihak masih tetap dengan argumen masing-masing yang saling menyalahkan.
Baca juga: Dedi Mulyadi berikan pekerjaan guru yang dipecat akibat komentar "maneh"
Dedi tak mau memperkeruh perseteruan tersebut dan mengakhiri adu argumen kedua belah pihak. Baginya sampai kapan pun kedua pihak akan merasa paling benar.
Pada akhirnya Winda yang merupakan mantan pegawai SPBU itu mengakui kesalahannya. Ia tak ingin lagi membela diri dan menyerahkan sepenuhnya penilaian pada masyarakat atas video yang telah viral tersebut.
“Saya minta maaf kepada ibu dan teteh. Ke depan ini akan jadi pelajaran buat saya. Saya ikhlas, dari hati paling dalam meminta maaf,” kata Winda.
Sementara itu, Imas dan anaknya Fanny meminta maaf karena tersulut emosi hingga akhirnya perseteruan tersebut berlarut-larut. Ia menyebut jika saja saat itu Winda meminta maaf tidak akan ada masalah seperti ini.
“Kemarin terus terang tidak ada yang benar, semuanya salah tidak bisa mengendalikan emosi. Di sini kita memaafkan dan saling minta maaf,” kata Imas.
Baca juga: Anggota DPR menilai pelayanan kesehatan di Jawa Barat saat ini belum memadai
Mendengar keduanya telah saling bermaafan, Dedi berharap ke depan perseteruan kedua belah pihak bisa menjadi pembelajaran untuk masyarakat.
Ia ingin setiap masalah dihadapi dengan kepala dingin bukan dengan emosi.
“Saya di sini mempertemukan untuk mengakhiri semuanya. Ya silakan sekarang saling memaafkan. Kedua pihak saling bersalaman meminta maaf," katanya.
Dedi berharap Winda yang memilih "resign" (keluar) dari pekerjaannya setelah keributan di SPBU bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
“Kehilangan pekerjaan bukan berarti kehilangan rezeki karena rezeki datang bukan dari pekerjaan formal saja sebagai pegawai, tapi bisa dari mana saja, jadi tetap semangat,” katanya.
Baca juga: Suami ibu hamil ditolak RSUD Subang bingung kejadian almarhum isterinya jadi viral
Selain saling memaafkan, kedua pihak berjanji tidak akan lagi membahas atau memperpanjang masalah tersebut.
Tidak hanya itu, paparnya, kedua pihak sepakat untuk menghapus video di akun media sosial masing-masing yang berkaitan dengan video viral perseteruan saat di SPBU.
Dedi Mulyadi mengingatkan kepada para "netizen" (warganet) untuk tidak lagi ikut mengomentari masalah tersebut. Terlebih kini kedua pihak telah bertemu dan saling memaafkan.
“Bagi teman-teman di media sosial, ini masalah sudah selesai jangan ditambah-tambah, jangan ada lagi serangan bersifat personal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023