Koperasi Karyawan Indocement (KKI) menetapkan komposisi baru dalam membagikan deviden untuk anggotanya pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2023, yakni memperbesar persentase untuk jasa keaktifan.

"Tahun lalu komposisi deviden anggota di KKI 80:20, dan pada tahun 2023 ini jadi 75:25. Ini untuk mendorong supaya teman-teman anggota lebih aktif. Jadi 75 persen untuk penghargaan jasa modal, dan 25 persen untuk jasa keaktifan," kata Ketua KKI, Erfan Adianto di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Menurutnya perubahan komposisi itu telah disepakati dalam RAT KKI yang dilaksanakan di Citeureup, pada Sabtu (18/3) 2023.

Efran menyebutkan, dengan memperbesar deviden jasa keaktifan, diharapkan anggota KKI semakin aktif dalam menggunakan jasa ataupun berbelanja di unit-unit bisnis milik KKI, seperti SPBU, kafe, hingga retail.

"Kita sudah punya sistem database-nya untuk pembagiannya, nanti bisa kita pertanggungjawabkan," katanya.

Baca juga: Dari simpan pinjam, KKI kini punya kafe hingga dua SPBU

Selain mengubah komposisi pembagian deviden, kata dia, RAT tersebut juga menjadi forum untuk mengevaluasi dan merumuskan program-program KKI yang akan dijalankan selama tahun mendatang.

"Evaluasi tentang keuangan, karena itu yang paling krusial, karena kita diberi amanah mengelola aset yang sedemikian besar. Selain evaluasi, kita juga mengeluarkan keputusan strategis untuk tahun mendatang," katanya.

Kini, KKI tercatat memiliki sebanyak 3.271 anggota atau sekitar 85 persen dari total keseluruhan pegawai Indocement. Ribuan anggota KKI ini tidak hanya dari Indocement Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, tapi juga dari Kompleks Pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan, serta gudang dan terminal Indocement yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.

Ia menjelaskan sebaran anggota KKI yang berdomisili di lintas provinsi membuat badan usaha ini berada dalam pengawasan dan binaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).

Kemenkop UKM  mengapresiasi ekspansi KKI yang memiliki banyak unit bisnis, mulai dari simpan pinjam, toko modern bernama "KKI Mart", usaha cucian mobil, biro jasa, dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Gunungputri dan Cibubur, serta terbaru yaitu kafe bernama Harmony Corner di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor.

Baca juga: Indocement berikan pelatihan bantu berdayakan koperasi di Bogor
 
Jajaran pengurus KKI dari kiri, Asep Enuh Amanullah, Budiman Indra Buana, Inge, dan Erfan Adianto di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (FOTO ANTARA/M Fikri Setiawan)


Koperasi yang kini beralamat di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, lahir pada tanggal 16 Februari 1976 dengan nama persatuan Karyawan Indocement atau Perkindos. Koperasi itu dibentuk lantaran adanya tuntutan sosial ekonomi yang pemecahannya dengan cara menggali potensi sendiri.

Namun, Perkindos pada operasional tahun pertamanya mengalami stagnasi karena dinilai belum memiliki sistem yang cukup efektif dalam menjalankan bidang usaha simpan pinjam untuk para anggotanya.

Selang satu tahun vakum, pada tahun 1978 badan usaha para pegawai produk semen merk Tiga Roda itu kembali bangkit dengan nama Indocement Credit Union (ICU), dipelopori oleh Gunawan Purwadi, Suhartoyo, Puji Santoso, dan Nur Setiyono.

Baca juga: Indocement membantu pembentukan koperasi ternak di Lombok

Keanggotaan pertama terdiri atas 33 orang dengan modal kerja awal sekitar Rp100 ribu, diperoleh dari iuran para anggota itu sendiri. Bidang usaha yang dijalankan pun hanya simpan pinjam khusus untuk anggota koperasi.

Pada 4 April 1985, ICU berganti nama menjadi Koperasi Karyawan Indocement atau KKI dengan memperbarui Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART). Kemudian, KKI resmi berbadan hukum tertanggal 4 April 1990.

Kini, KKI dimotori oleh Erfan Adianto sebagai ketua, Asep Enuh Amanullah sebagai sekretaris, serta Budiman Indra Buana dan Inge sebagai bendahara. Masing-masing sudah menjadi pengurus koperasi selama tiga hingga empat tahun.

Kemudian, sekitar 500 anggota di antaranya, merupakan pensiunan pegawai PT Idocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Khusus para pegawai Indocement Kompleks Pabrik Cirebon, tidak tergabung di KKI, melainkan memiliki koperasi tersendiri, yaitu bernama Koperasi Manunggal Prakarsa (KMP).

Dari hasil menjalankan berbagai unit bisnis, KKI hingga kini tercatat memiliki sejumlah aset yang jika dirupiahkan angkanya sekitar Rp454 miliar, demikian Erfan Adianto.

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023