Menurut laporan Populix, "Strategies for success in a Rapidly Changing Market", saat ini 72 persen masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk berbelanja.

"Laporan kami menunjukkan bahwa saat ini 72 persen masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk berbelanja. Terutama melalui smartphone,” kata Co-Founder dan CEO Populix, Dr. Timothy Astandu saat dijumpai di Park Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat malam.

Oleh karena itu, para pelaku bisnis perlu terus beradaptasi dengan cara konsumen mengakses informasi dan bertransaksi seiring dengan pergeseran tren pasar yang muncul berkat adopsi internet dan perangkat digital saat ini, imbuhnya.

Senada dengan itu, VP Brand & Marketing Communication LinkAja Alexander Christian mengatakan perilaku masyarakat dalam membayar pun telah berubah, utamanya di masa usai pandemi COVID-19.

“Adopsi e-wallet waktu pandemi itu meningkat tajam sebenarnya. Jadi orang lebih termotivasi mencoba menggunakan e-wallet sebagai materi pembayaran,” kata Alexander.

“Dan beberapa hal yang biasanya dilakukan secara offline, justru mereka jadi melakukannya online. Tapi sekarang polanya sudah berubah. Dengan kita sudah Post-COVID, kebanyakan experience yang tadinya offline sekarang malah pelan-pelan berangsur beralih ke online. Misalnya di LinkAja itu bayar pajak kendaraan lewat e-wallet,” imbuhnya.

Kendati demikian, Chief Marketing Officer Sociolla Chrisanti Indiana mengingatkan penting juga bagi bisnis kecantikan untuk menghadirkan toko offline.

Sebab, dia mengungkapkan bahwa toko offline bisa melengkapi kebutuhan masyarakat ketika mereka ragu untuk membeli produk secara online, utamanya untuk produk kecantikan dan perawatan diri.

“Misalnya ada yang tetap mau pegang produknya, cium baunya. Tapi kami percaya, ketika membangun omnichannel store, kami membangunnya dengan pengetahuan yang didasari oleh perilaku customer secara online,” ujar Chrisanti.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023