Jambi (Antara Megapolitan) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyarankan agar koperasi-koperasi di Indonesia bergabung agar terbentuk skala ekonomi yang lebih besar dibanding kondisi saat ini.
"Ini harus dibentuk kelompok UKM-UKM, dikelompok-kelompokkan, bisa 20 kelompok, 40 kelompok. Koperasi juga dikelompokkan yang di dalamnya ada ribuan individu pelaku ekonomi sehingga menimbulkan skala ekonomi," kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada Puncak Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-69 Tahun 2016, di halaman Kantor Gubernur Jambi, Kamis.
Dari skala ekonomi yang telah terbentuk itu, kata dia, kemudian dikumpulkan sehingga lebih mudah untuk memperoleh modal.
Solusi itu disarankan Presiden dalam kaitannya dengan upaya memenangkan persaingan kepada para pelaku usaha koperasi di Indonesia.
Menurut dia, pembentukan kelompok-kelompok usaha koperasi yang saling bergabung akan membuat sebuah usaha memiliki skala ekonomi yang tinggi.
"Negara saja bergabung kok, ya kan? Uni Eropa bergabung, TPP bergabung, RCEP bergabung, ASEAN bergabung. Kalau kita dan koperasi yang kecil tidak bergabung, akan jadi apa kita?" Tanya Presiden kepada para hadirin.
Dengan bergabungnya para pelaku usaha koperasi ke dalam satu kesatuan, maka akan diperoleh kemudahan pembiayaan dari pihak perbankan.
Selain itu, rencana bisnis juga akan lebih mudah untuk dibuat.
"Dapatnya kalau pinjam tidak hanya Rp20 juta, karena bareng-bareng pinjamnya bisa seperti korporasi, Rp2 triliun sampai Rp3 triliun. Ini yang bisa efisien dan bisa bersaing," tambahnya.
Presiden juga berharap para pelaku usaha benar-benar mau bergotong royong menyongsong persaingan global.
Sebab, menurutnya, gotong royong adalah cerminan dari ekonomi nasional.
"Ekonomi yang benar adalah ekonomi Pancasila. Ekonomi yang betul adalah ekonomi gotong royong. Hanya melaksanakannya seperti apa ini yang harus dimodifikasi dan dicarikan cara agar bisa berkompetisi di lapangan," tegasnya disambut tepuk tangan hadirin.
Pada kesempatan tersebut, sekali lagi Presiden mengingatkan kepada hadirin mengenai persaingan global.
Presiden menyebut, persaingan yang saat ini terjadi tidak lagi dalam skala kecil, namun sudah dalam skala besar seperti antarnegara dan wilayah.
"Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya agar kita sadar betul bahwa kita sudah masuk kepada persaingan global. Bukan antarindividu, bukan antarkabupaten, bukan antarprovinsi, tetapi sudah antarnegara. Belum nanti persaingan antarkawasan dengan blok-blok perdagangannya," ujarnya.
Namun demikian, persaingan tersebut bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti selama kita mempersiapkan diri dengan baik. Presiden menyebut 3 syarat utama agar mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.
"Kuncinya adalah kecepatan. Kedua, bekerja dengan fokus agar efisien. Ketiga, bagaimana kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan itu, cepat atau tidak kita adaptasinya. Kalau kelamaan sudah pasti kita ditinggal," kata Presiden.
Lebih jauh, Presiden meminta agar semua koperasi di Indonesia untuk berbenah diri. Presiden juga mengungkap data-data mengenai kondisi perkoperasian nasional saat ini.
"Pak Menteri (Koperasi dan UKM) sudah sampaikan, ada 212 ribu koperasi di Indonesia, tapi yang aktif hanya 150 ribu. Berarti sekitar 62 ribu tidak aktif. Ini potret yang harus kita sampaikan apa adanya. Tapi kita harus memperbaiki, harus dibenahi," ungkapnya.
Hadir dalam acara tersebut di antaranya Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Ini harus dibentuk kelompok UKM-UKM, dikelompok-kelompokkan, bisa 20 kelompok, 40 kelompok. Koperasi juga dikelompokkan yang di dalamnya ada ribuan individu pelaku ekonomi sehingga menimbulkan skala ekonomi," kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada Puncak Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-69 Tahun 2016, di halaman Kantor Gubernur Jambi, Kamis.
Dari skala ekonomi yang telah terbentuk itu, kata dia, kemudian dikumpulkan sehingga lebih mudah untuk memperoleh modal.
Solusi itu disarankan Presiden dalam kaitannya dengan upaya memenangkan persaingan kepada para pelaku usaha koperasi di Indonesia.
Menurut dia, pembentukan kelompok-kelompok usaha koperasi yang saling bergabung akan membuat sebuah usaha memiliki skala ekonomi yang tinggi.
"Negara saja bergabung kok, ya kan? Uni Eropa bergabung, TPP bergabung, RCEP bergabung, ASEAN bergabung. Kalau kita dan koperasi yang kecil tidak bergabung, akan jadi apa kita?" Tanya Presiden kepada para hadirin.
Dengan bergabungnya para pelaku usaha koperasi ke dalam satu kesatuan, maka akan diperoleh kemudahan pembiayaan dari pihak perbankan.
Selain itu, rencana bisnis juga akan lebih mudah untuk dibuat.
"Dapatnya kalau pinjam tidak hanya Rp20 juta, karena bareng-bareng pinjamnya bisa seperti korporasi, Rp2 triliun sampai Rp3 triliun. Ini yang bisa efisien dan bisa bersaing," tambahnya.
Presiden juga berharap para pelaku usaha benar-benar mau bergotong royong menyongsong persaingan global.
Sebab, menurutnya, gotong royong adalah cerminan dari ekonomi nasional.
"Ekonomi yang benar adalah ekonomi Pancasila. Ekonomi yang betul adalah ekonomi gotong royong. Hanya melaksanakannya seperti apa ini yang harus dimodifikasi dan dicarikan cara agar bisa berkompetisi di lapangan," tegasnya disambut tepuk tangan hadirin.
Pada kesempatan tersebut, sekali lagi Presiden mengingatkan kepada hadirin mengenai persaingan global.
Presiden menyebut, persaingan yang saat ini terjadi tidak lagi dalam skala kecil, namun sudah dalam skala besar seperti antarnegara dan wilayah.
"Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya agar kita sadar betul bahwa kita sudah masuk kepada persaingan global. Bukan antarindividu, bukan antarkabupaten, bukan antarprovinsi, tetapi sudah antarnegara. Belum nanti persaingan antarkawasan dengan blok-blok perdagangannya," ujarnya.
Namun demikian, persaingan tersebut bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti selama kita mempersiapkan diri dengan baik. Presiden menyebut 3 syarat utama agar mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.
"Kuncinya adalah kecepatan. Kedua, bekerja dengan fokus agar efisien. Ketiga, bagaimana kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan itu, cepat atau tidak kita adaptasinya. Kalau kelamaan sudah pasti kita ditinggal," kata Presiden.
Lebih jauh, Presiden meminta agar semua koperasi di Indonesia untuk berbenah diri. Presiden juga mengungkap data-data mengenai kondisi perkoperasian nasional saat ini.
"Pak Menteri (Koperasi dan UKM) sudah sampaikan, ada 212 ribu koperasi di Indonesia, tapi yang aktif hanya 150 ribu. Berarti sekitar 62 ribu tidak aktif. Ini potret yang harus kita sampaikan apa adanya. Tapi kita harus memperbaiki, harus dibenahi," ungkapnya.
Hadir dalam acara tersebut di antaranya Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016