Dalam sejarah, koperasi selalu menemukan cara untuk mengambil peran dalam upaya menjadi soko guru perekonomian di Indonesia.

Sering koperasi bekerja dalam diam, jauh dari ingar bingar bisnis korporasi pada umumnya.

Dalam sunyi namun pasti, koperasi berkembang seiring berjalannya waktu, seperti kesuksesan Koperasi Karyawan Indocement (KKI) yang sudah 47 tahun berdiri.

Koperasi yang kini beralamat di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, lahir pada tanggal 16 Februari 1976 dengan nama persatuan Karyawan Indocement atau Perkindos. Koperasi itu dibentuk lantaran adanya tuntutan sosial ekonomi yang pemecahannya dengan cara menggali potensi sendiri.

Namun, Perkindos pada operasional tahun pertamanya mengalami stagnasi karena dinilai belum memiliki sistem yang cukup efektif dalam menjalankan bidang usaha simpan pinjam untuk para anggotanya.

Selang satu tahun vakum, pada tahun 1978 badan usaha para pegawai produk semen merk Tiga Roda itu kembali bangkit dengan nama Indocement Credit Union (ICU), dipelopori oleh Gunawan Purwadi, Suhartoyo, Puji Santoso, dan Nur Setiyono.

Keanggotaan pertama terdiri dari 33 orang dengan modal kerja awal sekitar Rp100 ribu, diperoleh dari iuran para anggota itu sendiri. Bidang usaha yang dijalankan pun hanya simpan pinjam khusus untuk anggota koperasi.

Pada 4 April 1985, ICU berganti nama menjadi Koperasi Karyawan Indocement atau KKI dengan memperbarui Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART). Kemudian, KKI resmi berbadan hukum tertanggal 4 April 1990.

Kini, KKI dimotori oleh Erfan Adianto sebagai ketua, Asep Enuh Amanullah sebagai sekretaris, serta Budiman Indra Buana dan Inge sebagai bendahara. Masing-masing sudah menjadi pengurus koperasi selama tiga hingga empat tahun.

Erfan, Asep, Budiman, dan Inge saat berbincang dengan ANTARA pada 20 Januari 2023, sepakat bahwa titik kemajuan badan usaha yang saat ini mereka jalankan tersebut, berawal dari penerapan sistem payroll pada setiap peserta simpan pinjam.

Baca juga: Pegawai Indocement bisa tukar sampah dengan imbalan "ngopi" di kafe

Melalui sistem payroll, KKI bekerja sama dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. untuk melakukan pemotongan gaji secara otomatis bagi para peserta simpan pinjam, sehingga memberi kepastian bagi koperasi dalam menerima pembayaran dari anggotanya.
 
Jajaran pengurus KKI, Asep Enuh Amanullah, Budiman Indra Buana, Inge, dan Erfan Adianto di kantornya, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (ANTARA/M Fikri Setiawan)



Binaan Kemenkop UKM

Kini, KKI tercatat memiliki sebanyak 3.271 anggota atau sekitar 85 persen dari total keseluruhan pegawai Indocement. Ribuan anggota KKI ini tidak hanya dari Indocement Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, tapi juga dari Kompleks Pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan, serta gudang dan terminal Indocement yang tersebar di beberapa provinsi.

Kemudian, sekitar 500 anggota di antaranya, merupakan pensiunan pegawai PT Idocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Khusus para pegawai Indocement Kompleks Pabrik Cirebon, tidak tergabung di KKI, melainkan memiliki koperasi tersendiri, yaitu bernama Koperasi Manunggal Prakarsa (KMP).

Sebaran anggota KKI yang berdomisili di lintas provinsi membuat badan usaha ini berada dalam pengawasan dan binaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).

Kemenkop UKM malah mengapresiasi ekspansi KKI yang memiliki banyak unit bisnis, mulai dari simpan pinjam, toko modern bernama "KKI Mart", usaha cucian mobil, biro jasa, dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Gunungputri dan di Cibubur, serta terbaru yaitu kafe bernama Harmony Corner di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor.

Saking inovatifnya, pengurus KKI bahkan membuat usaha simpan pinjam dengan sistem syariah. Meski jumlah pesertanya baru 10 dari keseluruhan anggota, tapi simpan pinjam berbasis syariah ini peminatnya progresif, dan diprediksi pesertanya terus bertambah.

Dari hasil menjalankan berbagai unit bisnis, KKI hingga kini tercatat memiliki sejumlah aset yang jika dirupiahkan angkanya mencapai Rp454 miliar.

Untuk memakmurkan usahanya, pengurus membuat sistem pemberian apresiasi bagi anggotanya yang aktif berbelanja ataupun menggunakan jasa setiap unit bisnis milik KKI.

Apresiasi itu akan menjadi salah satu variabel penentu jumlah besaran Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima oleh masing-masing anggota KKI.


Pemberdayaan masyarakat

Selain melakukan ekspansi unit bisnis, KKI juga menjalankan sejumlah program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, melalui pembentukan kelompok belajar bernama "Entrepreneur Community".

KKI mengumpulkan masyarakat di desa mitra Indocement dan para pensiunan pegawai untuk dilatih dari segi hard skill seperti menjahit, mengelas, masak-memasak, hingga service mesin pendingin (AC), serta soft skill seperti mengelola keuangan dan pembukuan.

KKI bahkan menyediakan bengkel atau workshop khusus untuk Entrepreneur Community, yaitu di Jalan Ateng Ilyas, Kampung Muhara, Citeureup, Kabupaten Bogor.

Khusus kelas mengelas, Entrepreneur Community sudah melahirkan empat kelompok belajar dengan hasil memuaskan. Para peserta berhasil membuat berbagai macam kebutuhan yang terbuat dari besi, salah satunya yaitu tangga untuk dipasang di rumah.

KKI beberapa kali memfasilitasi para peserta Entrepreneur Community untuk memasarkan produk yang dibuat, seperti saat Bazar Sumpah Pemuda pada 27-28 Oktober 2022 di halaman Kafe Harmony Corner.

Bazar tersebut memasarkan berbagai macam produk, mulai dari makanan dan minuman, pakaian, obat-obatan herbal, sandal gunung, hingga pernak-pernik kebutuhan harian berlogo Indocement.

Baca juga: Indocement berikan pelatihan bantu berdayakan koperasi di Bogor

Baca juga: Indocement membantu pembentukan koperasi ternak di Lombok

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023