Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyebutkan sejumlah tantangan yang akan membayangi pelaku usaha pada 2023
Dalam keterangan di Jakarta, Jumat, ia menjelaskan, salah satu tantangan itu adalah resesi ekonomi global yang dapat berimbas pada industri padat karya yang berorientasi ekspor, seperti produk tekstil, alas kaki dan pakaian.
Resesi dikhawatirkan akan menyebabkan turunnya permintaan ekspor dari negara-negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor andalan.
Baca juga: Kadin Indonesia bentuk "Carbon Market Hub" dukung transisi energi
Sementara itu, lanjut Arsjad, untuk menghadapi gejolak ekonomi fundamental akibat kenaikan agresif suku bunga dari negara-negara maju, Indonesia juga ikut menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen. Kenaikan tersebut bakal diikuti dengan kenaikan suku bunga riil, yang berdampak pada penyaluran kredit.
"Hal ini bakal membebani pengusaha di tengah kenaikan upah minimum yang baru saja ditetapkan. Dampak lanjutannya adalah para pengusaha bakal akan menahan laju ekspansi dan produksi, apalagi bagi sektor-sektor yang kena dampak langsung penurunan ekspor," ujar Arsja.
Arsjad menambahkan, beberapa regulasi baru juga turut menjadi perhatian Kadin di antaranya adalah pengenaan cukai produk plastik, minuman berpemanis dalam kemasan, serta kebijakan Zero Over Dimension and Overload (ODOL).
Baca juga: Kadin Depok siap bantu promosi dan pemasaran produk UMKM
Arsjad Rasjid menyebut pihaknya memahami, sampah dari kemasan plastik merupakan ancaman serius untuk lingkungan, dan minuman berpemanis berkontribusi terhadap penyakit diabetes yang merupakan salah satu "silent killer" terbesar di Indonesia.
Namun kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dengan matang daya saing usaha, mengingat alternatif kemasan ramah lingkungan dan kesadaran konsumen terhadap ancaman kemasan plastik terhadap lingkungan masih rendah.
Arsjad khawatir konsumen tidak mau membeli dengan harga yang lebih mahal, apabila menggunakan kemasan ramah lingkungan. Sementara pelaku usaha tentu saja akan menaikkan harga dari ongkos produksi yang naik.
Baca juga: Kadin Karawang berharap agar UMK ditetapkan tanpa intervensi
Sementara itu, kebijakan ODOL yang akan diberlakukan pemerintah pada tahun depan, juga akan mendorong kenaikan harga barang, karena pelaku industri masih mengandalkan kendaraan-kendaraan tersebut untuk mobilisasi barang secara lebih efisien. Biaya logistik dari distribusi barang, otomatis akan naik dan berpengaruh pada harga-harga di pasaran.
"Mengingat tahun depan ada ancaman resesi ekonomi global dan pemerintah harus tetap menjaga inflasi dan daya beli, regulasi baru tersebut tentu saja akan memberikan dampak pada harga-harga barang, daya beli, dan inflasi. Perlu akan langkah bersama untuk mengatasi lonjakan harga yang berpengaruh pada fundamental ekonomi dalam negeri," kata Arsjad.
Arsjad menegaskan, Kadin Indonesia sebagai rumah semua pelaku usaha dan mitra pemerintah, terus berharap agar ekonomi nasional tetap bertumbuh tahun depan sesuai prediksi.
Ancaman resesi ekonomi global harus disikapi bersama-sama dengan langkah konstruktif, sehingga baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat tidak terbebani.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Dalam keterangan di Jakarta, Jumat, ia menjelaskan, salah satu tantangan itu adalah resesi ekonomi global yang dapat berimbas pada industri padat karya yang berorientasi ekspor, seperti produk tekstil, alas kaki dan pakaian.
Resesi dikhawatirkan akan menyebabkan turunnya permintaan ekspor dari negara-negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor andalan.
Baca juga: Kadin Indonesia bentuk "Carbon Market Hub" dukung transisi energi
Sementara itu, lanjut Arsjad, untuk menghadapi gejolak ekonomi fundamental akibat kenaikan agresif suku bunga dari negara-negara maju, Indonesia juga ikut menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen. Kenaikan tersebut bakal diikuti dengan kenaikan suku bunga riil, yang berdampak pada penyaluran kredit.
"Hal ini bakal membebani pengusaha di tengah kenaikan upah minimum yang baru saja ditetapkan. Dampak lanjutannya adalah para pengusaha bakal akan menahan laju ekspansi dan produksi, apalagi bagi sektor-sektor yang kena dampak langsung penurunan ekspor," ujar Arsja.
Arsjad menambahkan, beberapa regulasi baru juga turut menjadi perhatian Kadin di antaranya adalah pengenaan cukai produk plastik, minuman berpemanis dalam kemasan, serta kebijakan Zero Over Dimension and Overload (ODOL).
Baca juga: Kadin Depok siap bantu promosi dan pemasaran produk UMKM
Arsjad Rasjid menyebut pihaknya memahami, sampah dari kemasan plastik merupakan ancaman serius untuk lingkungan, dan minuman berpemanis berkontribusi terhadap penyakit diabetes yang merupakan salah satu "silent killer" terbesar di Indonesia.
Namun kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dengan matang daya saing usaha, mengingat alternatif kemasan ramah lingkungan dan kesadaran konsumen terhadap ancaman kemasan plastik terhadap lingkungan masih rendah.
Arsjad khawatir konsumen tidak mau membeli dengan harga yang lebih mahal, apabila menggunakan kemasan ramah lingkungan. Sementara pelaku usaha tentu saja akan menaikkan harga dari ongkos produksi yang naik.
Baca juga: Kadin Karawang berharap agar UMK ditetapkan tanpa intervensi
Sementara itu, kebijakan ODOL yang akan diberlakukan pemerintah pada tahun depan, juga akan mendorong kenaikan harga barang, karena pelaku industri masih mengandalkan kendaraan-kendaraan tersebut untuk mobilisasi barang secara lebih efisien. Biaya logistik dari distribusi barang, otomatis akan naik dan berpengaruh pada harga-harga di pasaran.
"Mengingat tahun depan ada ancaman resesi ekonomi global dan pemerintah harus tetap menjaga inflasi dan daya beli, regulasi baru tersebut tentu saja akan memberikan dampak pada harga-harga barang, daya beli, dan inflasi. Perlu akan langkah bersama untuk mengatasi lonjakan harga yang berpengaruh pada fundamental ekonomi dalam negeri," kata Arsjad.
Arsjad menegaskan, Kadin Indonesia sebagai rumah semua pelaku usaha dan mitra pemerintah, terus berharap agar ekonomi nasional tetap bertumbuh tahun depan sesuai prediksi.
Ancaman resesi ekonomi global harus disikapi bersama-sama dengan langkah konstruktif, sehingga baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat tidak terbebani.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022