Bogor (Antara Megapolitan) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Jawa Barat mengingatkan warga untuk teliti membeli jajanan buka puasa, agar terhindar dari makanan yang mengandung zat kimia berbahaya bagi kesehatan.

"Jadilah konsumen yang cerdas, teliti sebelum membeli, membiasakan membaca kandungan produk yang ada di kemasan, pastikan makanan yang kita beli kondisinya baik," kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Bogor Mangahit Sinaga, Jumat.

Sehari sebelumnya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama Dinas Kesehatan melakukan sidak jajanan buka yang dijual di pasar Ramadhan Jalan Bangbarung, Kecamatan Bogor Utara.

Petugas melakukan pemeriksaan kondisi fisik makanan dan melaksanakan pengujian langsung di tempat dengan uji rapit tes. Terdapat 10 jenis lebih makanan yang dicurigai, seperti kikil, tahu, otak-otak, lontong (buras), mie, cendol, cincau, ikan, cumi-cumi dan telur.

Dari 10 jenis makanan yang dicurigai terdebut, hanya tujuh sampel yang bisa diuji menggunakan rapit tes. Dari tujuh sampel yang diujikan terdebut, terdapat tiga produk makanan mengandung bahan kimia boraks.

"Kami menemukan ada makanan yang menggunakan bahan borak, yakni otak-otak, lontong dan tahu," kata Sinaga.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, petugas langsung meminta keterangan ketiga pemilik dagangan. Ketiganya mengaku produk makanan diolah sendiri tidak dibeli dari produsen makanan.

Dari tiga pedagang tersebut, satu pedagang mengakui menggunakan pijer atau borak yang dicampurkan kepada olahan otak-otak yang dijualnya. Lalu menyerahkan semua dagangannya kepada petugas.

"Dua pedagang lagi tidak mengaku, untuk membuktikannya, produk makanan mereka kita kirim ke laboratorium," kata Sinaga.

Sebagai tindak lanjut, petugas meminta pedagang untuk tidak lagi menjual dagangan menggunakan bahan pengawet lainnya. Petugas juga mengecek apakah pedagang tersebut sudah pernah ditegur tahun lalu atau tidak.

"Jika tahun lalu mereka pernah kedapatan juga, maka sanksi tegasnya adalah pidana," kata Sinaga.

Menurut Sinaga, minimnya sosialisasi menjadi penyebab masih ada pedagang yang menjual produk makanan menggunakan bahan kimia berbahaya. Pedagang hanya mengetahui zat kimia tersebut dapat mengawetkan, dan membuat tekstur makanan menjadi kenyal.

"Pedagang otak-otak itu mengaku tidak tahu kalau pijer atau borak itu berbahaya bagi kesehatan," katanya.

Untuk mengantisipasi maraknya peredaran makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, Disperindag Kota Bogor akan menindaklanjuti pengawasan dengan mendatangi langsung distributor makanan yang memasok kepada pedagang.

"Pengawasan hulu dan hilir kita optimalkan, karena kita sulit mengawasi pedagang yang membeli bahan makanan di luar Kota Bogor. Untuk pengawasan dalam Kota Bogor pasti kita tingkatkan, tapi barang yang datang dari luar sulit kita kendalikan," kata Sinaga.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016